Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kepada adik-adikku pencari kerja yang mendasar untuk kerja

JANGAN: AKU INGIN KERJA
TAPI : KERJA YANG INGINKAN AKU
*****
Suatu ketika saya ikut diundang untuk menghadiri diskusi tentang “kompetensi dasar apa yang dibutuhkan oleh anak lulusan SLTA untuk mencari pekerjaan?”. Ketika saya diundang diskusi ini dia sedang digandeng oleh Bappeda Kota Semarang untuk menangani pengentasan pengangguran anak lulusan SLTA. Sedang organisasi kami sendiri juga  berlevel se Jawa Tengah.

Bisa dipahami bila jumlah pengangguran di tingkat SLTA setiap tahun bertambah banyak karena lulusan tahun ini ditambah dengan yang lulusan tahun lalu dan ditambah tahun-tahun kemarinnya lagi sehingga jadi menumpuk. Belum lagi ada sekolah Negeri dan Swasta. Itu saja jumlahnya masing-masing ada sekian sekolah. Namun demikian menurut teman saya yang seorang konsultan SDM pernah terjadi di Semarang jumlah lowongannya sangat banyak di mana prosentasinya melebihi jumlah pencari kerja, toh yang melamar sedikit. Ini aneh.

Ditengarai sekarang banyak yang bekerja terkait dengan online yang entah itu dalam ranah jual beli atau penyediaan jasa atau dalam bentuk UMKM banyak menarik minat para generasi muda. Dengan demikian mereka mempunyai banyak pilihan. Tapi jangan lupa, bekerja di sektor online ini juga sangat membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tidak bisa hanya bermodalkan keinginan dan semangat saja.

Memang harus disepakati dulu bahwa mencari pekerjaan tidak harus bekerja di instansi negeri, BUMN, perusahaan atau pabrik, berwiraswasta seperti di atas pun bisa dinamakan golongan bekerja meski berskala kecil. Yang penting mereka termasuk golongan berpenghasilan.

Dan pencari kerjapun tentu tidak hanya dari para lulusan SLTA saja. Dari lulusan universitaspun banyak. Utamanya S1. Ketika yang lulusan S1 bersedia bekerja turun di level SLTA maka para lulusan SLTA dapat dipastikan mereka akan mempunyai lebih banyak saingan.

Lulusan SLTA ketika bekerja di pekerjaan formal (pabrik) mereka banyak bekerja di bagian produksi. Bekerja di setor ini banyak termasuk kategori dasar dan berat, karena benar-benar membutuhkan pisik yang sangat prima dan tangguh. Ada yang dalam bekerja sambil berdiri, ada yang butuh ketelitian mata dan ketrampilan tangan atau tahan terhadap bau-bauan (pabrik jamu, pengemasan udang, dsb). Tapi jumlah lowongan di bidang ini sangat banyak jumlahnya sampai ada sekian ribu orang. Belum ditambah yang dari lulusan S1 tadi, karena mereka juga banyak yang mau. Ketatnya kompetisi mencari kerja menjadikan mereka mau turun level. Dan itu jelas mempersempit peluang kesempatan kerja yang hanya lulusan SLTA.

Ketika perusahaan harus beralih ke teknolgi moderen yang pakai mesin atau perangkat otomatis dan canggih maka pekerjaan yang di level ini perlu dicermati dan harus ada terobosan yang bisa memecahkan solusi. Jangan sampai mengurangi apalagi menutup peluang atau menghilangkan kesempatan kerja. Betapapun kebutuhan pekerjaan tetap menjadi dambaan utama bagi masyarakat. Harus diakui belum semuanya harus melek teknologi.

Alhamdulillah, di suatu kesempatan ketika saya berbicara dengan GM PT. Pans Brothers, Ownernya masih memikirkan nasib para pencari kerja kita, yang notabene biasa-biasa saja, sehingga otomatisasi belum terlalu digiatkan di sana sehinga masih banyak menyerap tenaga kerja. Saat ini perusahaan tersebut setiap bulan membutuhkan 2 ribu karyawan. Perlu diketahui jumlah pekerja di Pans Brother mencapai 27 tibu pekerja. Itu belum di perusahaan-perusahaan lain di tempat lain. Ketika Perhimpunan HRD Jawa Tengah membuka job fair per 3 bulan, lowongan yang ada bisa mencapai 3 – 5 ribu lowongan kerja di Jawa Tengah. Oleh karena itu tidak mengherankan Propinsi Jawa Tengah di sekitar bulan April 2018 kemarin mendapatkan penghargaan termasuk untuk pengentasan pengangguran.

Kalau toh butuh kompetensi dasar saya kira bukan di masalah skill tapi di atittude. Tahan banting dan tidak bosanan. Dapat berkerja dalam tempo cepat. Pekerjaan lambat sangat banyak dikeluhkan perusahaan karena berpotensi menimbulkan banyak kerugian. Bisa dimengerti untuk tenaga produksi ya tetap saja harus diajari atau dilatih. Untuk yang tingkat sarjana saja tentu butuh penyesuaian. Ada memang penambahan pelajaran terkait SKKNI. Tapi itu lebih banyak ke arah administrasi. Selebihnya kecepatan beradaptasi. Jangan salah, kompetensi skill sangat perlu. Perlu sekali. Tapi itu harus diimbangi dengan atittude termasuk niatnya.

Guno Display
Pemagangan merupakan solusi, tapi perlu pelaksanaan yang benar sesuai yang diamanatkan dalam Kepmenaker Nomom 36 Tahun 2016.

Bahwa tidak adanya penyebaraan yang bekerja secara merata di beberapa perusahaan/pabrik di wilayah (kota) tertentu lebih dominan karena perbedaan upah minimum di masing-masing daerah atau kota. Bisa jadi mereka hanya maunya bekerja di kota/daerahnya saja. Padahal perusahaan atau pabriknya terbatas, sedang kalau di luar daerah mereka tidak mau. Bisa dimengerti karena yang bekerja di bagian produksi ini kebanyakan adalah para wanita. Pihak orang tua kebanyakan tidak mau kalau putrinya (kadang putranya juga) bekerja terlalu jauh dari rumah. Hubungan emosional mereka masih sangat kuat sehingga ada istilahnya masih mbok-mboken (bahasa jawa). Belum lagi bila bekerja di luar kota, di tengah polemik UMKnya yang relatif sedikit, masih dikurangi beaya kos (bagi yang dari luar kota), dan juga untuk keperluan hidup sehari-hari.

Jadi intinya, masalah pencari kerja adalah masalah mindset. Masih banyak (dominan) tercurah di besaran UMK. Kalau yang tertinggi di Jawa Tengah tentu saja kota Semarang. Selain itu masih banyaknya pemikiran yang terpenjara oleh masalah studi, misal studi di bagian administrasi (akuntasi, dan sebagainya) tidak mau bekerja di bagian produksi. Padahal di bagian produksi ya ada bagian administari. Jadi malah dapat dua ilmu.

Di samping itu pekerjaan via on line begitu sangat menggoda dilihat dari sisi waktu kerja maupun besaran perolehan uang disamping dari sisi prestise, lebih modis, dan dari segi waktu juga relatif longgar. Tidak bisa dipungkiri ini menjadi daya tarik dan mepengaruhi jumlah pencari pekerja di perusahaan.

Pemerintah daerah sendiri dengan adanya pola open investasi tentu sangat berharap dapat menyerap banyak tenaga kerja dari tenaga lulusan SLTA ini. Utamanya perusahaan-perusahaan yang bersifat padat karya. Tak hanya itu dari segi pendapatan daerah juga pemerintah daerah berharap dapat banyak pemasukan. Antara lain dari sektor pajak dan program kedua BPJS.

Menilik judul di atas, ini untuk anak level SLTA. Tetapi juga bisa dimaksudkan untuk mereka yang lulusan S1 yang mau bekerja untuk level ini. Sekali lagi skill, knowledge, sangat dibutuhkan meskipun kurang dominan untuk level ini. Sedang attitude dan penajaman talenta sangat dominan mewarnai perjalanan kerja di level ini. Contohnya tadi kelambatan kerja banyak dikeluhkan oleh banyak perusahaan. Bahkan ini menjadi pembeda dengan yang terjadi di luar negeri, soal kecepatan dan ketahanan dalam bekerja. Masalah yang kadang menjadi kendala adalah: Adanya shift malam, tidak memenuhi prosedur kerja, tidak memenuhi target, menikah, sekolah lagi, pindah kota.

Hal-hal yang perlu dipunyai para pekerja baru terkait dengan pengembangan diri, antara lain: cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja, kaya inisiatif, luwes berkomunikasi, cepat paham dengan prosedur kerja yang ada, mampu menunjukkan tanggung jawab penuh, punya strategi dan gambaran untuk bergerak cepat dalam menyelesaikan perkerjaan (termasuk volume pekerjaan), mampu serta bisa bekerja dalam tim, berani mengambil keputusan dan menjalankannya.

Harus bisa membuat pimpinan kerja senang atau memberikan apresiasi, antara lain dengan cara: bisa memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik dan seefektif mungkin, tidak suka banyak bicara atau mengobrol apalagi bicara yang tidak logis, menunjukkan diri sebagai pekerja keras, tahan banting, tidak mudah menyerah, mempunyai talenta, punya visi misi ke depan yang pasti dan jelas, memiliki wawasan yang luas, tidak mudah menyerah, mudah menyesuaikan diri, tidak suka membantah, selalu bisa memberikan argumen yang baik, memiliki ketrampilan yang bisa ditunjukkan.

Itu semua adalah kemampuan dasar yang 



JANGAN: AKU INGIN KERJA
TAPI : KERJA YANG INGINKAN AKU
*****
Suatu ketika saya ikut diundang untuk menghadiri diskusi tentang “kompetensi dasar apa yang dibutuhkan oleh anak lulusan SLTA untuk mencari pekerjaan?”. Ketika saya diundang diskusi ini dia sedang digandeng oleh Bappeda Kota Semarang untuk menangani pengentasan pengangguran anak lulusan SLTA. Sedang organisasi kami sendiri juga  berlevel se Jawa Tengah.
Bisa dipahami bila jumlah pengangguran di tingkat SLTA setiap tahun bertambah banyak karena lulusan tahun ini ditambah dengan yang lulusan tahun lalu dan ditambah tahun-tahun kemarinnya lagi sehingga jadi menumpuk. Belum lagi ada sekolah Negeri dan Swasta. Itu saja jumlahnya masing-masing ada sekian sekolah. Namun demikian menurut teman saya yang seorang konsultan SDM pernah terjadi di Semarang jumlah lowongannya sangat banyak di mana prosentasinya melebihi jumlah pencari kerja, toh yang melamar sedikit. Ini aneh.

Ditengarai sekarang banyak yang bekerja terkait dengan online yang entah itu dalam ranah jual beli atau penyediaan jasa atau dalam bentuk UMKM banyak menarik minat para generasi muda. Dengan demikian mereka mempunyai banyak pilihan. Tapi jangan lupa, bekerja di sektor online ini juga sangat membutuhkan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai. Tidak bisa hanya bermodalkan keinginan dan semangat saja.

Memang harus disepakati dulu bahwa mencari pekerjaan tidak harus bekerja di instansi negeri, BUMN, perusahaan atau pabrik, berwiraswasta seperti di atas pun bisa dinamakan golongan bekerja meski berskala kecil. Yang penting mereka termasuk golongan berpenghasilan.

Dan pencari kerjapun tentu tidak hanya dari para lulusan SLTA saja. Dari lulusan universitaspun banyak. Utamanya S1. Ketika yang lulusan S1 bersedia bekerja turun di level SLTA maka para lulusan SLTA dapat dipastikan mereka akan mempunyai lebih banyak saingan.

Lulusan SLTA ketika bekerja di pekerjaan formal (pabrik) mereka banyak bekerja di bagian produksi. Bekerja di setor ini banyak termasuk kategori dasar dan berat, karena benar-benar membutuhkan pisik yang sangat prima dan tangguh. Ada yang dalam bekerja sambil berdiri, ada yang butuh ketelitian mata dan ketrampilan tangan atau tahan terhadap bau-bauan (pabrik jamu, pengemasan udang, dsb). Tapi jumlah lowongan di bidang ini sangat banyak jumlahnya sampai ada sekian ribu orang. Belum ditambah yang dari lulusan S1 tadi, karena mereka juga banyak yang mau. Ketatnya kompetisi mencari kerja menjadikan mereka mau turun level. Dan itu jelas mempersempit peluang kesempatan kerja yang hanya lulusan SLTA.

Ketika perusahaan harus beralih ke teknolgi moderen yang pakai mesin atau perangkat otomatis dan canggih maka pekerjaan yang di level ini perlu dicermati dan harus ada terobosan yang bisa memecahkan solusi. Jangan sampai mengurangi apalagi menutup peluang atau menghilangkan kesempatan kerja. Betapapun kebutuhan pekerjaan tetap menjadi dambaan utama bagi masyarakat. Harus diakui belum semuanya harus melek teknologi.

Alhamdulillah, di suatu kesempatan ketika saya berbicara dengan GM PT. Pans Brothers, Ownernya masih memikirkan nasib para pencari kerja kita, yang notabene biasa-biasa saja, sehingga otomatisasi belum terlalu digiatkan di sana sehinga masih banyak menyerap tenaga kerja. Saat ini perusahaan tersebut setiap bulan membutuhkan 2 ribu karyawan. Perlu diketahui jumlah pekerja di Pans Brother mencapai 27 tibu pekerja. Itu belum di perusahaan-perusahaan lain di tempat lain. Ketika Perhimpunan HRD Jawa Tengah membuka job fair per 3 bulan, lowongan yang ada bisa mencapai 3 – 5 ribu lowongan kerja di Jawa Tengah. Oleh karena itu tidak mengherankan Propinsi Jawa Tengah di sekitar bulan April 2018 kemarin mendapatkan penghargaan termasuk untuk pengentasan pengangguran.

Kalau toh butuh kompetensi dasar saya kira bukan di masalah skill tapi di atittude. Tahan banting dan tidak bosanan. Dapat berkerja dalam tempo cepat. Pekerjaan lambat sangat banyak dikeluhkan perusahaan karena berpotensi menimbulkan banyak kerugian. Bisa dimengerti untuk tenaga produksi ya tetap saja harus diajari atau dilatih. Untuk yang tingkat sarjana saja tentu butuh penyesuaian. Ada memang penambahan pelajaran terkait SKKNI. Tapi itu lebih banyak ke arah administrasi. Selebihnya kecepatan beradaptasi. Jangan salah, kompetensi skill sangat perlu. Perlu sekali. Tapi itu harus diimbangi dengan atittude termasuk niatnya.

Guno feed
Pemagangan merupakan solusi, tapi perlu pelaksanaan yang benar sesuai yang diamanatkan dalam Kepmenaker Nomom 36 Tahun 2016.

Bahwa tidak adanya penyebaraan yang bekerja secara merata di beberapa perusahaan/pabrik di wilayah (kota) tertentu lebih dominan karena perbedaan upah minimum di masing-masing daerah atau kota. Bisa jadi mereka hanya maunya bekerja di kota/daerahnya saja. Padahal perusahaan atau pabriknya terbatas, sedang kalau di luar daerah mereka tidak mau. Bisa dimengerti karena yang bekerja di bagian produksi ini kebanyakan adalah para wanita. Pihak orang tua kebanyakan tidak mau kalau putrinya (kadang putranya juga) bekerja terlalu jauh dari rumah. Hubungan emosional mereka masih sangat kuat sehingga ada istilahnya masih mbok-mboken (bahasa jawa). Belum lagi bila bekerja di luar kota, di tengah polemik UMKnya yang relatif sedikit, masih dikurangi beaya kos (bagi yang dari luar kota), dan juga untuk keperluan hidup sehari-hari.

Jadi intinya, masalah pencari kerja adalah masalah mindset. Masih banyak (dominan) tercurah di besaran UMK. Kalau yang tertinggi di Jawa Tengah tentu saja kota Semarang. Selain itu masih banyaknya pemikiran yang terpenjara oleh masalah studi, misal studi di bagian administrasi (akuntasi, dan sebagainya) tidak mau bekerja di bagian produksi. Padahal di bagian produksi ya ada bagian administari. Jadi malah dapat dua ilmu.

Di samping itu pekerjaan via on line begitu sangat menggoda dilihat dari sisi waktu kerja maupun besaran perolehan uang disamping dari sisi prestise, lebih modis, dan dari segi waktu juga relatif longgar. Tidak bisa dipungkiri ini menjadi daya tarik dan mepengaruhi jumlah pencari pekerja di perusahaan.

Pemerintah daerah sendiri dengan adanya pola open investasi tentu sangat berharap dapat menyerap banyak tenaga kerja dari tenaga lulusan SLTA ini. Utamanya perusahaan-perusahaan yang bersifat padat karya. Tak hanya itu dari segi pendapatan daerah juga pemerintah daerah berharap dapat banyak pemasukan. Antara lain dari sektor pajak dan program kedua BPJS.

Menilik judul di atas, ini untuk anak level SLTA. Tetapi juga bisa dimaksudkan untuk mereka yang lulusan S1 yang mau bekerja untuk level ini. Sekali lagi skill, knowledge, sangat dibutuhkan meskipun kurang dominan untuk level ini. Sedang attitude dan penajaman talenta sangat dominan mewarnai perjalanan kerja di level ini. Contohnya tadi kelambatan kerja banyak dikeluhkan oleh banyak perusahaan. Bahkan ini menjadi pembeda dengan yang terjadi di luar negeri, soal kecepatan dan ketahanan dalam bekerja. Masalah yang kadang menjadi kendala adalah: Adanya shift malam, tidak memenuhi prosedur kerja, tidak memenuhi target, menikah, sekolah lagi, pindah kota.

Hal-hal yang perlu dipunyai para pekerja baru terkait dengan pengembangan diri, antara lain: cepat beradaptasi dengan lingkungan kerja, kaya inisiatif, luwes berkomunikasi, cepat paham dengan prosedur kerja yang ada, mampu menunjukkan tanggung jawab penuh, punya strategi dan gambaran untuk bergerak cepat dalam menyelesaikan perkerjaan (termasuk volume pekerjaan), mampu serta bisa bekerja dalam tim, berani mengambil keputusan dan menjalankannya.

Harus bisa membuat pimpinan kerja senang atau memberikan apresiasi, antara lain dengan cara: bisa memanfaatkan waktu kerja dengan sebaik dan seefektif mungkin, tidak suka banyak bicara atau mengobrol apalagi bicara yang tidak logis, menunjukkan diri sebagai pekerja keras, tahan banting, tidak mudah menyerah, mempunyai talenta, punya visi misi ke depan yang pasti dan jelas, memiliki wawasan yang luas, tidak mudah menyerah, mudah menyesuaikan diri, tidak suka membantah, selalu bisa memberikan argumen yang baik, memiliki ketrampilan yang bisa ditunjukkan.

Itu semua adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh para pekerja baru yang di bangku sekolah tidak diajarkan tapi terbentuk dari pengembangan diri sendiri. Tidak perlu berlatih dari seorang guru tapi dari diri sendiri. Untuk itu talenta dan kebiasaan positif perlu dimunculkan, terus berlatih dan tidak mudah menyerah. Semoga dengan berbekal itu semua menjadikan anda adalah termasuk orang-orang yang dicari oleh pekerjaan. Semoga Tuhan memberikan kekuatan lahir batin sert meridhoi kita, amin.



Notes: blog ini setiap hari diusahakan ada tulisan baru. Terimakasih.
Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Kepada adik-adikku pencari kerja yang mendasar untuk kerja"