Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DINILAI ATAU TIDAK DIANGGAP OLEH ORANG LAIN, SIAPA TAKUT?

Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, tidak bisa tidak mereka akan saling menilai dan menganggap antara satu dengan yang lain. Ini bisa dimengerti karena di pergaulan masing-masing orang mempunyai karakter dalam bersikap dan bertingkah laku. Itu dapat dilihat dan dinilai oleh setiap orang. Tidak hanya yang bisa dilihat langsung, yang tidak dapat dilihat secara langsungpun manusia melakukan penilaian. Misal dalam catatan sejarah, riwayat, pemaparan di media sosial, bahkan yang hanya sekedar dari penuturan orang atau dalam dongeng.

 

 

Orang menilai dalam rangka agar mempunyai referensi, mempunyai catatan, mempunyai gambaran, yang kesemuanya itu dimaksudkan agar mempunyai masukan tentang seseorang. Langkah setelah itu jelas lalu menjadi pegangan. Dan pegangan ini bukan tidak mungkin akan berubah. Kemungkinan ke arah itu bisa saja penilaian itu tetap saja memuat unsur relatifitas. Apalagi suatu penilaian disadari atau tidak sangat dipengaruhi oleh persepsi. Persepsi sendiri sifatnya tidak baku alias gampang berubah. Yang repot bila penilaian dilandasi dengan sikap apriori oleh si penilai sendiri. Ini yang payah. 

 

Orang yang dinilaipun sudah tahu dan sangat siap untuk dinilai. Bahkan mereka malah ada yang sengaja “pasang badan” agar mudah dilihat. Mereka ada yang bersikap apa adanya, dan ada yang bersikap berkamuflase. Berstrategi. Betapapun mereka sangat menyadari bahwa mereka juga mempunyai kebutuhan dan kepentingan seperti halnya bagi mereka yang menilai itu. Hanya saja ketika penilaian yang diberikan tidak selaras dengan apa yang diberikan, tentu akan berakibat mengecewakan, meskipun ada juga yang merasa acuh saja. Merasa tidak masalah.


Bagi si penilai setelah menilai tahap selanjutnya adalah “menganggap”. Bagi si penilai itu sebagai sebuah “konsekuensi”. Dalam bahasa pengertian “penilaian” adalah “pengumpulan dan pengolahan informasi”. Sedang “menganggap” mempunyai pengertian “memandang sebagai” dan “berpendapat bahwa”. Ibaratnya “penilaian adalah apinya” sedangkan “menganggap adalah asapnya”. Keduanya adalah merupakan “sebab dan akibat” dua hal yang tidak dapat terpisahkan antara satu dan lainnya.

Guno Display

 

Masalahnya “menganggap” sangat dirasakan sebagai suatu “vonis” atau sesuatu yang “sudah menghakimi”. Kalau hasilnya sesuatu yang dianggap “positif” atau baik tentu saja tidak apa, kalau “negatif” atau jelek bagaimana? Vonis biasanya menganggap "pasti" paling begini atau paling begitu.

 

Padahal sebagaimana dalam diagram 4 kuadran Robert T. Kiyosakhi sudah dijelaskan bahwa sesungguhnya 4 “keadaan tahu” dalam kita “melihat” orang lain:

1. Saya tahu, anda tahu.

2. Saya tahu, anda tidak tahu.

3. Saya tidak tahu, anda tahu.

4. Saya tidak tahu, anda tidak tahu.

 

Itupun masih ditambahi “persepsi” yang sangat dimungkinkan terjadi kesalahan dalam “memberi penilaian” dan utamanya dalam “menganggap” orang. Padahal bila terlanjur salah dalam mengangap orang akan ganti mengundang suatu penilaian yang tidak enak dari orang yang dinilai tadi. Meskipun orang yang memberikan kesalahan menganggap tadi bersikap acuh saja.

 

Harus disadari bahwa si penilai juga dinilai oleh orang yang dinilai atau bahkan oleh orang lain, termasuk juga “dianggap begini” atau “begitu”. Harus diakui apapun hasil “penilaian” dan “sebuah anggapan” sangat dirasakan dan membekas dalam hati di masing-masing pihak, dan waktunya bisa saja relatif lama tidaknya. Dan jangan lupa, ketika ada kesalahan dalam penilaian dan anggapan itu akan mengangkat prestise si obyek penilaian dan anggapan tadi.

 

Dalam melakukan “penilaian” dan “menganggap itu” sebaiknya didukung dengan penuh referensi. Tidak bisa hanya berdasarkan hanya yang dilihat di depan mata saja. Apalagi yang hanya karena dari hasil menebak saja. Atau hanya dari ukuran si penilai atau penganggap saja.

 

Dinilai atau tidak diangap oleh orang lain, siapa takut?

 

Guno feed

 NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.

 

  

 

 

 

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "DINILAI ATAU TIDAK DIANGGAP OLEH ORANG LAIN, SIAPA TAKUT?"