Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Branding selebresitas


Belum lama ini diberitakan Pegulat Pro Jepang berdarah IndonesiaHana Kimura (22) diberitakan meninggal dunia pada Sabtu (23/5/2020). Kabar tersebut dibagikan oleh promotor tempat dia berkarir. Situs LA Times mengabarkan, jika kini muncul spekulasi dugaan bunuh diri karena cyberbullying di balik kematian Hana Kimura. Sebelumnya pada media sosial Twitter, Hana Kimura memang menuliskan bahwa dia merasa lemah dan tidak ingin lagi menjadi manusia. Dugaan Kimura mengakhiri hidup karena cyberbullying semakin menguat setelah rekan sesama pegulat memberi isyarat tentang hal itu. Bullying pada Hana Kimura terjadi sejak dirinya bermain di episode terakhir Netflix Terrace House. Pada episode tersebut, Kimura menyesalkan perbuatan rekan kamarnya, Kai yang telah merusak kostum gulatnya. "Ini sama pentingnya dengan hidupku," kata Kimura tentang kostum mahal yang dia pegang. Serangan balik segera didapat Kimura setelah mengucapkan itu. Kritikkan dan kemarahan nitizen setempa terus mengalir untuk Kimura. Hana Kimura sebenarnya sempat memberikan like pada tweet para warganet yang membully dirinya. Di media sosial Instagram, Hana Kimura mengucapkan maaf dalam tulisan Jepang. Perlu diketahui pegulat cantik ini berdarah campuran ayah dari Indonesia sedang ibu dari Jepang.

 

Cyberbullying banyak menyerang para artis di negara mana saja karena mereka adalah para Public Figure. Mereka bisa terkenal karena partisipasi atensi masyarakat. Mereka milik masyarakat. Kosekuensinya mereka sering menjadi sorotan masyarakat. Ada aturan tidak baku mereka harus bertingkah baik sebagaimana harapan masyarakat. Ketika bertingkah, jangankan tidak baik, dirasa yang aneh saja, akan lansung mendapat tanggapan yang tidak mengenakkan dari para nitizen (baca: masyarakat), yang notabene merasa ikut andil membesarkan namanya. Namun ada pula artis yang merasa biasabiasa saja karena tidak luput dari gunjingan. Bahkan mendapat sanjungan.

 

Jangankan para artis, tokoh masyarakatpun bisa tidak luput dari cyberbullying (baca: gunjingan). Tingkah polah mereka juga kadang tak luput dari sorotan. Jangankan para artis dan para tokoh terkenal, warga masyarakat biasapun bisa menjadi korban gunjingan di media sosial ini. Bahkan bukan tidak mungkin dengan berakhir tragis: bunuh diri. Padahal, bagaimanapun mereka para artis, tokoh masyarakat, masyarakat itu sendiri adalah para manusia, yang mempunyai aktivitas secara pribadi atau terkait pekerjaan atau yang lainnya. Bisa dinilai baik atau buruk yang sesungguhnya itu juga penilaian yang subyektif, bukan obyektif.

 

Suka tidak suka, sinis tidak sinis, simpati, empati, antipati, sesungguhnya berjarak tipis, serta mudah berbalik arah. Manusia adalah mahluk sosial yang dinamis. Mereka dengan mudahnya berpendapat tentang diri orang lain meski entah kosinsten atau berkomitmen atau tidak kepada dirinya sendiri. Berkomentar secara bersamasama, ramairamai, saling berkesinambungan, agaknya menjadi daya tarik tersendiri. Bahkan menjadi trend. Berpendapat yang seharusnya mempunyai nilai ketegasan, sebuah gagasan yang berlian, sering rubuh terhanyut di aliran deras sebuah rumpian. Kemudahan berkomunikasi di jaman moderen ini sebagai pemicunya.

 

Guno Display

Perlu dipahami, cyberbullying adalah intimidasi yang terjadi dengan menggunakan teknologi elektronik seperti ponsel, komputer, dan tablet serta alat komunikasi termasuk situs media sosial, pesan teks, ruang obrolan, dan situs lainnya sebagai medianya. Bentuk intimidasinya berupa sindiran atau pesan kasar yang diunggah ke jejaring sosial. Bisa dimengerti banyak selebritis telah terintimidasi secara online tidak hanya oleh publik tetapi bisa juga oleh selebritis lain. Beberapa selebriti lainnya telah menjadi bagian dari 20 persen orang yang menggunakan media sosial yang memiliki masalah dengan intimidasi online. Efek dari cyberbullying banyak, antara lain: tidak tenang, cemas, bingung, tersiksa batinnya, serba salah, tidak percaya diri, bosan hidup, dan sebagainya. Namun bisa saja malah nekat, dinikmati karena cyberbullying dianggap sebagai media yang malah mengatrol namanya. Jurusnya satu saja: Cuek. Emang gua pikirin?

 

 

Di sisi lain, seringkali cyberbullying dapat mencederai tidak hanya secara verbal tapi juga fisik. Dan dampaknya bisa sangat fatal. Bullying dalam bentuk verbal dapat berdampak penurunan mental. Bila orang yang dibully bersifat Introvert maka ia akan merasa dan selalu memikirkan bully yang diterima tersebut. Apalagi yang dasarnya sudah mepunyai penyakit mental seperti gangguan panik (panic disorder) dan fobia sosial (social phobia). Bully adalah kritik. Tidak jarang kritikannya bersifat konstruktif dan  lebih menjurus ke sifat destruktif, sehingga terkadang obyek yang menjadi bahan bully adalah ke perawakan fisik dan sara (suku, agama, ras).

 

Dunia bully ini bagi anda yang pernah kuliah tentu pernah merasakan dengan nama Perploncoan. Sebuah acara yang tujuannya untuk menempa agar mempunyai mental baja. Kegiatan ini menjadi tradisi dan dapat dimengerti dengan perkembangan teknologi mengental menjadi bully dalam arti dan bentuk yang lebih luas.

 

Sebagaimana dalam berkehidupan sosial dalam dunia bully seharusnya juga berlaku etika. Sebab jika tidak akan berefek berbahaya karena mereka yang melakukan melakukan bully yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana bisa merendahkan atau menghancurkan kehidupan seseorang. Meski bisa saja mereka yang melakukan bully adalah mereka yang sebenarnya merasa kekurangan baik secara materi maupun edukasi, sehingga bully menjadi pelampiasan mereka untuk menumpahkan rasa iri dan dengki mereka.

 

Secara umum, ada beberapa hal yang bisa menjadikan seseorang untuk menahan dirinya agar tidak mudah terjerumus dari sifat melakukan bully:  

 

Kontrol emosi. Seperti perilaku hooligan dalam sepakbola, bully dilakukan secara beramairamai. Melakukan sesuatu secara beramairamai memang seperti mencerminkan rasa solidaritas. Tapi tentu ini adalah rasa solidaritas yang tidak benar karena mengkroyok orang dengan tendensi yang tidak baik.

 

Berpikiran realistis. Tidak mudah ikutikutan tindakan orang liain. Harus disadari orang yang menjadi sasaran bully adalah orang yang seperti kita juga: punya masalah, punya keterbatasan, punya tanggunggjawab, punya harga diri, dan sebagainya. Bisa dibayangkan bila bully menerpa kita?

Literasi. 
Dalam  Wikipedia Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. Dengan demikian, diharapkan menjadi penting dalam mengasah tata bahasa dan edukasi kita, jika seseorang sudah mengenal literasi yang baik maka ia akan cenderung berpikir sebelum berbicara.

 

Korban bully umumnya menjadi penyendiri serta tertutup. Stres, tertekan. Hal ini yang menyebabkan seseorang menjadi depresi dan bunuh diri. Seperti pecandu narkoba, mereka sangat butuh terapi. Secara fisik dan mental, mereka lemah. Pemikiran yang kusut dan buntu harus dibuka secara perlahan, tidak bisa dipaksa. Harus diyakinkan tentang realita yang realistis. Masa depan, kehormatan, dan tanggungjawab harus diingatkan kembali. Kenyaataan hidup harus dihadapi bukan dihindari harus disuguhkan secara retorika bukan vulgar. Karena rasa cemas yang begitu ketat menyelimuti mereka. Penaganan yang salah bisa berakibat fatal.

 

Di jaman yang serba canggih ini penggunaan alat moderen memang harus diimbangi dengan mental yang baik. Dengan demikian akan dihasilkan sesuatu yang bermanfaat untuk kebaikan. Baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Di jaman yang penuh persaingan ketat seperti sekarang ini apapun bisa terjadi. Entah itu dalam masalah pergaulan, pekerjaan, bahkan percintaan sekalipun. Di segala bidang dan ruang apapun bisa terjadi. Dan itu waktunya cepat bergerak, tidak bisa diprediksi. Lidah tajamnya melebihi pedang. Tidak punya mata, dan kadang membabi buta. Perangkat moderen tidak diorientasikan kepada kemanfatan, hanya dipergunakan sebagai media yang berbasabasi. Kehormatan seseorang tidak lagi terletak pada jabatan dan gelarnya, tapi pada kemutuan ucapannya. Sehingga jangan disalahkan bila ada pameo: “Jangan dilihat orangnya tapi apa yang diucapkannya.” Nah.

  

Guno feed

 

 

*****

NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Seringlah menjenguk situs ini, karena ada tulisan yang kami jadwal secara otomatis untuk terbit minimal dua kali dalam sepekan. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.    

 

 

 

 

 

 

 

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Branding selebresitas"