Bersaing dengan idola, sebuah pengalaman
Tahukah anda saya pernah bersaing dengan mas Prie GS si budayawan dan penulis handal dari Semarang itu? Tidak tahu bukan? Ya bersaingnya tidak secara terbuka sih, tapi secara diam-diam. Mas Prie pun tidak tahu, karena saya tidak ngomong. Dan tahukah siapa yang mulai mengajak bersaing? Saya.
Setiap saya membaca tulisan mas Prie saya selalu berkata dalam hati:”Saya bisa menulis lebih bagus daripada ini.” Padahal tulisan mas Prie menurutku ya sudah bagus-bagus. Barangkali masyarakat luaspun saya yakin berpendapat begitu.
Tapi niat dalam hati itu saya laksanakan secara sungguh-sungguh. Dan setiap tulisannya mulai saya cermati. Mula-mula pelan-pelan, lama kelamaan ritmenya semakin cepat. Begitu juga dengan cara tulisan. Saya pernah menyelesaikan sebuah tulisan dalam waktu 15 menit. Bukan merupakan tulisan panjang memang. Tulisan pendek tapi ringkas dan padat. Satu lagi, nyaman untuk dibaca. Itu yang terpenting. Ini bukan berarti sebuah tulisan panjang itu buruk. Tidak. Asal informatif dan logis serta nyaman untuk dibaca, itu bagus.
Saya mencermati tulisan bukan dari mas Prie saja. Banyak. Yang menonjol Gunawan Muhammad, Emha Ainun Najib, Gus Mus, Kyai Sahal, Sydney Sheldon, Abdulah Harahap, dan masih banyak lagi.
Yang saya cermati bukan dalam gaya bahasa saja, tapi soal penyampaian materi, penekanan kalimat, liku-liku irama, dan strategi dalam mengaduk perasaan orang. Itu semua harus diramu dengan rasa seni, biar terasa ada magnit. Misalnya saya sering menggunakan irama break di penghujung tulisan saya. Jadi ada kesan menghentak. Hasilnya ya seperti yang penjenengan baca selama ini. Saya sudah survay ke beberapa teman.
Tulisan bisa membuat opini, mempengaruhi imej orang, baik dalam arti yang positif maupun negatif. Bisa membuat orang tersenyum, tertawa, tersindir, atau kecewa. Itupun tergantung persepsi. Bisa pro atau kontra. Esensinya bisa memengaruhi perasaan orang. Tulisan yang baik harus dilandasi kejujuran, obyektifitas, berimbang, tegas. Tulisan bisa mendulang dukungan. Tapi seperti yang diajarkan dalam agama, segalanya tergantung niatnya. Dan membuat tulisan yang baik sama dengan menyiapkan materi dialog yang baik.
Dari hasil mencermati tulisan beberapa tokoh tadi banyak bagusnya. Dari gaya bahasa, cara pembahasan, penyajian data, dan hal-hal lain yang seperti sudah saya sebut di atas semua, dengan lancar ditulis. Tapi kadang saya kaget juga, kadang tulisan mas Prie terasa kedodoran, hambar, terasa ada kurang mood di tulisan itu. Saya bisa memahami. Yah, sebagai manusia biasa, tentu kadang ada situasi pas capek juga. Di satu sisi dikejar dead line. Orak maido. Bahkan herannya, mas Prie pernah ngalem saya, “Terus nulis mas, tulisan mas bagus.” Bengonglah saya. Waktu itu mas Prie terprovokasi tulisan pendekku di surat pembaca SM yang berjudul “Berita infotaimen di tv haram?”.
Bersaing dengan idola itu bagus. Setidaknya bisa membuka cakrawala kita dan tahu batasannya. Ukurannya. Sosoknya. Ya tidak apa bahwa ilmu kita masih jauh di bawah beliau. Bagi si idola, beliau malah senang ketika mendapatkan partner untuk bersaing. Malah bisa tambah semangat. Yang jelas marah malah tidak. Bahkan ikut memotivasi kita. Dalam video iklan Biskuit, seorang ibu malah merasa menang ketika sang anak bisa mengalahkannya dalam lomba lari.
Bersaing positif dengan seseorang memacu kreativitas dan semangat kita. Kita semakin jeli mengoreksi diri sendiri. Dan jeli juga untuk mengiventarisasi kemajuan diri.Tahu mana yang penting dan tidak penting. Lucunya bersaing model begini malah bisa menambah silaturahmi.
Bersainglah secara sehat. Cara berpikirmu menunjukkan seberapa besar kualitasmu.
Selamat bersaing.
****
NB: Jadilah follower blog ini dan beri komentar sera silahkan alamat situsnya disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "Bersaing dengan idola, sebuah pengalaman"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.