Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kemauan Tuhan sering lain dengan kemauan kita

Semua orang  yang beriman pasti mengatakan percaya dan pasrah kepada Tuhan. Semua dapat dilihat dari apa yang dikatakannya. Padahal kenyataannya bisa berbeda dari apa yang diharapkan.


Orang yang akan melakukan suatu pertandingan berdoa dan menyebut nama Tuhan? Apakah dia pasti menang? Belum tentu. Dia bisa menang, bisa juga kalah. Siapkah dia bila kalah?

Orang yang akan mengikuti tebakan quiz pasti akan berdoa dan menyebut nama Tuhan, semoga tebakannnya benar. Apakah tebakannya pasti benar? Belum tentu. Tebakannya bisa benar, bisa salah. Siapkah dia bila tebakannya salah?

Orang pasti ingin punya masa depan yang cemerlang dan sukses, dia akan berdoa serta menyebut nama Tuhan. Selalu begitu malah. Apakah keinginannya pasti akan terkabul? Belum tentu. Bisa terkabul bisa tidak? Siapkah bila tidak? 

Bagi kebanyakan orang yang tidak terlaksana apa yang diinginkan ada yang mengeluh, ada yang hanya nyengir (tersenyum kecut), ada juga yang benar-benar pasrah. Yang nyengir tentu dimaksudkan untuk menghibur diri. Dia sebenarnya juga menyadari bahwa memang belum waktunya tiba, atau belum melakukan persiapan yang benar tentang apa yang akan dilakukannya. Tapi ada juga orang yang merasa malu akan keadaan yang belum memenuhi keinginanannya. Dia merasa diperlakukan tidak adil. Tuhan tidak sayang padanya, katanya. Benarkah? Tentu saja itu tidak benar. Perkataan yang begitu hanya mencari kambing hitam. Melemparkan kesalahan kepada pihak lain. Buruk muka cermin dibelah.

Guno Display
Tuhan selalu bertindak adil. Dan itu kepada siapa saja. Kita saja yang tidak dapat memahami maksudnya. Atau gagal paham. Tuhan mempunyai perhitungan, dan mempunyai rasa penuh cinta kasih kepada semua mahluknya. Ketika kita diberi sesuatu yang belum kita inginkan bisa jadi waktunya belum tiba, atau kita kurang persiapan, atau bila kita diberi apa yang kita minta malah berujung berakibat fatal untuk kita atau keluarga kita, atau apa yang kita minta akan berbentuk wujud lain yang akan kita terima di alam dunia atau di alam lain kelak.

Orang sering bertindak kurang sabar. Berpikir sempit. Sembrono. Hanya memikirkan kebutuhan diri sendiri. Tidak tahu diri. Tuhan bersikap sebaliknya, penuh kasih sayang, penuh ampunan, berkehendak dalam skala panjang. Tapi Tuhan sering ditodong, dipepet, dipaksa memenuhi keinginan orang. Kelak ketika ada yang masuk neraka bukan karena Tuhan tidak sayang. Sebaliknya kalau ada yang masuk surga bukan karena Tuhan sayang. Semua diberi kesempatan yang sama. Ada perjuangan.  Kembali bagaimana perlakuan kita kepada Tuhan. Kitab suci hanya satu. Tidak ada kitab suci untuk orang kaya atau miskin, orang alim atau orang bejat, orang pandai atau orang bodoh, dan sebagainya.

Bisa dimengerti orang secara individual mempunyai keinginan. Mempunyai kebutuhan yang mendesak. Kalau kemudian ketika ada permasalahan di depan mata, baru menyebut nama Tuhan ribuan kali, bila perlu dengan mungucap dengan segala permohonan, dengan ekspresi yang sangat memelas. Dengan begitu manusia tersebut justru tidak bertindak secara adil. Hanya bersikap kamuflase di hadapan Tuhan. Menipu. Mereka butuh Tuhan hanya ketika butuh. Sebelumnya perintah Tuhan banyak diabaikan. Persiapan untuk mencapai sesuatu juga banyak kekurangan. Dan, ini dia, padahal Tuhan lebih tahu apa yang terjadi setelah itu.

Mereka pikir, gampang menipu Tuhan? Hanya dengan menyetorkan tampang memelas serta menunjukkan dia orang yang taat beribadah? Apakah mereka menyadari, mereka yang berusaha menipu Tuhan sesungguhnya dia berusaha menipu dirinya sendiri? Tuhan bersikap wait and see. Tuhan adalah hakim yang adil. Manusia seharusnya bisa berkaca: apakah yang dilakukan sudah benar? Sudah berpikir obyektif?

“Berdoalah kepadaKu maka akan Kukabulkan”, janji Tuhan dalam Kitab Suci Al Qur'an, dipandang begitu sempit. Hanya dipandang sepihak. Diasumsikan seenaknya. Terlebih lagi bagi mereka yang begitu sudah terdesak kebutuhanya, bersikap begitu subyektif. Sedang Tuhan bersikap obyektif. Adil. Tidak pandang bulu, semua dapat perlakuan yang sama. Bagi mereka yang berkata tidak adil sesungguhnya mereka sendirilah yang bertindak tidak adil kepada dirinya sendiri. Menganiaya dirinya sendiri. Meminta pertolongan Tuhan dengan sebelumnya mengabaikan peraturan dan menafikkan Tuhan. Tidak tahu malu. Ini jelas sangat tidak adil. Jika kepada Tuhan saja tidak bisa berbuat adil, bagaimana perlakuannya kepada mahluk lain?

Menggampangkan Tuhan adalah tindakan gampang, tapi sangat berat kosekuensinya di belakang hari. Menyebut  nama Tuhan lebih gampang dibanding menjalankan perintahnya. Menjalankan yang pernah dijanjikannya. Lebih gampang daripada memenuhi segala kewajiban yang harus dilakukan untuk memenuhi kehidupan. Maunya Tuhan menyelamatkan dirinya, tapi untuk dirinya sendiri tidak mau menyelamatkan dirinya.

Jalan yang terbaik adalah instropeksi. Di dalamnya ada unsur evaluasi dan pembelajaran. Instropeksi adalah berdamai kepada diri sendiri. Karena kita harus melihat dari segala sisi dan harus jeli. Instropeksi menawarkan agar kita berpandangan yang sepadan. Berbenah diri. Jangan hanya maunya benar sendiri atau malah telalu menyalahkan diri sendiri. Apapun yang diputuskan Tuhan adalah keputusan hasil dari wasit yang terbaik. Dari hakim yang terbaik. Ketika kita gagal di satu bidang, ada banyak bidang yang bisa kita menangkan. Kalau misal hanya berhasil di salah satu bidang saja, yakinlah itulah bidang yang terbaik untuk kita. Setidaknya itu pilihan Tuhan. Nikmatilah kenyamanan di tempat yang “tidak nyaman”. Kita tidak pernah tahu apakah nanti terjadi seperti apa yang kita inginkan, sebaliknya, biasa saja, atau malah sesuatu yang mengejutkan. Mental dan kecerdasan kita diuji.
Jadi teringat lirik lagu “Jika Surga dan Neraka tak pernah ada” yang dinyanyikan Ahmad Dhani dan Chrisye. Ditonton videonya ya? Tidak lama kok

Haveca nice day.



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih. 

Guno feed





Guno Artikel

Posting Komentar untuk "Kemauan Tuhan sering lain dengan kemauan kita"