Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MENGAPA HARUS BERBEDA?

Bisa dipastikan sebuah partai baru didirikan pasti karena mempunyai pandangan baru, mempunyai harapan baru. Bisa dipastikan pula pasti mempunyai prinsip baru, konsep baru, bahkan target baru. Masih harus dipastikan apakah munculnya sebuah partai baru hanya karena adanya sebuah kekecewaan? Kalau itu benar, maka munculnya partai baru didirikan  karena adanya rasa kecewa. Karena ada rasa kecewa maka berharaplah tentang masa depan.


Rasa kecewa menimbulkan keluhan. Rasa kecewa yang menumpuk, yang terakumulasi, menimbulkan rasa sakit, menimbulkan rintihan. Mereka yang tidak tahan dengan rasa kecewa memerlukan sebuah solusi. Memerlukan sebuah wadah. Maka bukan tidak mungkin hanya karena rasa kecewa hanya akan menimbulkan sebuah atau beberapa partai baru.


Timbulnya partai baru lantas seperti seteguk air sebagai penghilang dahaga. Pertanyaan sederhana yang kemudian timbul apakah rasa dahaga tidak akan datang lagi? Apakah timbulnya partai baru sudah merupakan sebuah jawaban yang tuntas? Lantas apa artinya kalau hanya dapat mengobati sesaat saja?


Rasa kecewa seperti benda cair atau bahkan api tidak dapat diluruskan. Dia selalu bergerak. Selalu ada. Kedatangannya selalu meliuk. Bisa menyekap. Bisa sulit dikendalikan. 


Rasa kecewa datang karena orang. Bahwa karena kecewa kepada sebuah institusi atau keadaan, siapakah yang membuat kedua unsur itu? Manusia. Dan nyatanya bisa saja orang kecewa dengan orang padahal mereka satu partai.


Guno Display

Dan karena alasan legalitas memang memungkinkan, maka dapatlah dibuat sebuah partai baru. Maka yang terjadi partai lama merasa apa yang dilakukan adalah benar, partai barupun merasa apa yang dilakukan adalah benar. Legalitas seolah hanya menjadi penonton. Tugasnya hanyalah mengesahkan.


Mayoritas masyarakat luaspun seolah menjadi penonton. Karena mereka lebih tertarik untuk fokus mencari nafkah atau menggarap apa yang ada di depan mata atau apa yang akan ada di depan mata untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Tapi karena apa yang terjadi selalu mereka tonton di media masa entah tv atau bukan, maka jadilah mereka sebagai penonton. Penonton yang terpaksa menonton.


Bahwa ada yang menjadi loyalis bagi mereka yang berbeda, masih sulit dikatakan bahwa mereka menjadi wakil masyarakat luas. Padahal partai yang berbeda mempunyai tugas yang sama yaitu menyejahterakan masyarakat luas. Tapi masyarakat luas tetap tidak tahu mengapa mereka harus berbeda.


Perbedaan seolah menjadi bukti bahwa di pihak sana dianggap salah sedang di pihak sini menganggap benar. Dan begitulah sebaliknya. Anggapan itu dipegang dan diyakini oleh kedua belah pihak yang berbeda.  Dan masyrakatpun pun menjadi bingung karena keduanya berbicara atas nama kebenaran. Mereka dalam hati bertanya: "Haruskah kebenaran harus diucapkan oleh perbedaan?"


Yang masyarakat tahu kesejahteraan harus diperjuangkan. Keadaan yang aman, maju, sejahtera, dan damai sebisa mungkin harus diraih. Dinikmati sampai ke anak cucu dan generasi yang akan datang.


Mereka bukannya tidak percaya. Dalam hati mereka hanya terbesit pertanyaan: "Apakah keadaan seperti apa yang mereka harapkan akan dapat diraih hanya dengan adanya perbedaan?" 


Apakah dapat dipastikan rasa kecewa tidak akan muncul lagi? Padahal rasa kecewa bisa saja muncul  kapan saja ditengah situasi mapan, apalagi di tengah situasi perbedaan.

 

Memang ada yang meyakini perbedaan adalah rahmat. Perbedaan akan saling melengkapi. Tapi kalau perbedaan yang ada dalam konteks saling merasa paling benar maka perbedaan hanya akan berkutat kepada konflik. Pada keegoan. Dan mereka yang berdiri di tengah akan terhimpit, terjepit. Akan menjadi korban atau harus memilih salah satu diantara keduanya karena terpaksa.


Perbedaan akan terus menjadi perbedaan kecuali semangat perbedaan diarahkan menjadi semangat persamaan. Semangat persatuan. Dan itu bisa diraih dengan jalan kompromi. Dalam kompromi memang di masing-masing pihak harus ada pendapat yang dikalahkan demi persetujuan. Dikalahkan bukan berarti kalah dan salah. Dalam berkompomi dikalahkan dapat saja hanya sebagai sebuah kemenangan, sebuah strategi. 


Padahal seperti yang sudah disebut di atas bukankah perbedaan ini mempunyai tugas yang sama? Lantas mengapa perbedaan ini tidak jadi dipersamakan saja? Apakah ada rasa gengsi? Bagaimana mungkin masa depan dipertaruhkan di atas perbedaan? Di atas rasa gengsi?


Guno feed

Maka bisa saja timbul berbagai pertanyaan. Padahal masyarakat tidak butuh pertanyaan. Mereka akan bingung, dan menjadi semakin bingung. Mereka sudah letih. Sudah bosan. Mereka tidak hanya butuh pertanyaan tapi kepastian. Mereka hanya butuh seteguk air dan segumpal makanan yang dapat dinikmati secara rutin. Mereka butuh masa depan, bukan sekedar hipotesa.


Bagaimana menurut anda?


Have a nice day.





NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih. 


Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MENGAPA HARUS BERBEDA?"