APA YANG KITA HARAPKAN HASILNYA DAPAT DILUAR DUGAAN
Apa yang terjadi di dunia ini tanpa seijin Allah SWT tidak akan pernah dapat terjadi. Entah itu untuk yang bertujuan baik atau yang untuk bertujuan buruk (jahat). Manusia hanya bisa berusaha namun Tuhan yang akan menentukan. Maka sering manusia merasa kecewa karena kecele hasilnya tidak seperti yang diharapkannya. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT untuk bertindak, meskipun itu sebuah kejadian yang tidak masuk akal manusia normal. Termasuk perkara atau kejadian gaib adalah masalah yang teramat mudah bagi Allah SWT.
Kejadian ini sangat terkenal di dunia Islam. Silahkan diperhatikan kisahnya :
Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, terdapat seorang sahabat bernama Abu Dujanah. Setiap usai menjalankan ibadah salat berjamaah subuh bersama Rasullah, Abu Dujanah selalu tidak sabar. Dia terburu-buru pulang tanpa menunggu pembacaan doa yang dipanjatkan Rasulullah selesai.
Pada satu kesempatan, Rasulullah mencoba meminta klarifikasi pada pria tersebut.
“Hai, apakah kamu ini tidak punya permintaan yang perlu kamu sampaikan kepada Allah sehingga kamu tidak pernah menungguku selesai berdoa. Kenapa kamu buru-buru pulang? Ada apa?” tanya Nabi.
Abu Dujanah menjawab, “Anu Rasulullah, ada satu alasan.” “Apa alasanmu? Coba kamu utarakan!” perintah Nabi.
“Begini,” kata Abu Dujanah memulai menguraikan jawabannya. “Rumah kami berdampingan persis dengan rumah seorang pria.
Nah, di atas pekarangan rumah milik tetangga kami ini, terdapat satu pohon kurma menjulang, dahannya menjuntai ke rumah kami. Setiap kali ada angin bertiup di malam hari, kurma-kurma tetanggaku tersebut saling berjatuhan, mendarat di rumah kami.”
“Ya Nabi, kami keluarga orang miskin. Anakku sering kelaparan, kurang makan. Saat anak-anak kami bangun, apa pun yang didapat, mereka makan. Oleh karena itu, setelah selesai salat, saya bergegas segera pulang sebelum anak-anak saya tersebut terbangun dari tidurnya. Kami kumpulkan kurma-kurma milik tetangga kami tersebut yang berceceran di rumah, lalu kami haturkan kepada pemiliknya," cerita Abu Dujanah.
Suatu saat, kata dia, Abu Dujanah terlambat pulang. "Anakku sudah terlanjur makan kurma hasil temuan. Mata kepala saya sendiri menyaksikan, tampak anaknya sedang mengunyah kurma basah di dalam mulutnya. Dia habis memungut kurma yang telah jatuh di rumah kami semalam.”
Mengetahui itu, lalu jari-jari tangan saya masukkan ke mulut anak saya waktu itu. Kami keluarkan apa pun yang ada di sana. Saya katakan, "Nak, janganlah kau permalukan ayahmu ini di akhirat kelak.’ Anak saya menangis, ya Nabi. Kedua pasang kelopak matanya mengalirkan air mata karena sangat kelaparan."
"Wahai Nabi, Saya katakan kembali kepada anak saya waktu itu, hingga nyawamu lepas, aku tidak akan rela meninggalkan harta haram dalam perutmu. Seluruh isi perut yang haram itu, akan aku keluarkan dan akan aku kembalikan bersama kurma-kurma yang lain kepada pemiliknya yang berhak."
Pandangan mata Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sontak berkaca-kaca, lalu butiran air mata mulianya berderai begitu deras.
Rasulullah Muhammad shallahu alaihi wa sallam lalu mencoba mencari tahu siapa sebenarnya pemilik pohon kurma yang dimaksud Abu Dujanah.
Abu Dujanah pun kemudian menjelaskan, pohon kurma tersebut adalah milik seorang pria munafik. Tanpa basa-basi, Nabi mengundang pemilik pohon kurma. Rasul lalu mengatakan, “Dapatkah jika aku minta kamu menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari pohon kurma itu sendiri. Begitu tawar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Pria yang dikenal sebagai orang munafik ini lantas menjawab dengan tegas, “Saya tak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Saya tidak mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji kapan-kapan.”
Tiba-tiba Abu Bakar as-Shiddiq radliyallahu 'anh datang. Lantas berkata, “Ya sudah, aku yang beli dengan harga sepuluh kali lipat tunai". Si munafik berkata kegirangan, “Oke, aku jual.” Abu Bakar menyahut, “Bagus, aku beli.”
Setelah sepakat, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kemudian bersabda, “Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu.” Mendengar sabda Nabi ini, Abu Bakar bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah.
Sedangkan si munafik berlalu. Dia berjalan mendatangi istrinya. Lalu mengisahkan kisah yang baru saja terjadi.
“Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Pohon kurma kita aku jual. Padahal kurma yang aku jual itu masih tetap berada di pekarangan rumah kita. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu buah-buahnya dan tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun.”
Malamnya, saat si pria munafik tidur, dan bangun di pagi harinya, tiba-tiba pohon kurma yang dia miliki sudah berpindah posisi, menjadi berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Dan seolah-olah tidak pernah sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas tanah si pria munafik itu. Tempat asal pohon itu tumbuh, rata dengan tanah. seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Dia keheranan tiada tara.
Dalam kisah ini, dapat kita ambil pelajaran, betapa hati-hatinya sahabat Rasulullah tersebut dalam menjaga diri dan keluarganya dari makanan harta haram. Sesulit apa pun hidup, seberat apa pun hidup, seseorang tidak boleh memberikan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya dari barang haram.
Setiap kebaikan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah subhânahu wa ta’âla sepuluh kali lipat sebagaimana janji Nabi Muhammad. Adapun panen dari pada janji itu bukankan kontan sekarang, namun di akhirat kelak. Karena dunia ini adalah dâruz zar‘i (tempat bercocok tanam), bukan dârul hashâd (tempat memanen). Kisah di atas disarikan dari kitab I’anatuth Thâlibîn (Beirut, Lebanon, cet I, 1997, juz 3, halaman 293) karya Abu Bakar bin Muhammad Syathâ ad Dimyatîy (w. 1302 H).
Have a nice day.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP. Silahkan di kllik akan muncul pilihan artikel bulan kapan tulisan tersebut dimuat. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "APA YANG KITA HARAPKAN HASILNYA DAPAT DILUAR DUGAAN"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.