Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PRINSIP DAN TINGGI HATI JANGAN SALING MENDUKUNG

 Prinsip dan tinggi hati adalah dua hal yang berbeda.


Prinsip menurut wikipedia (Ensiklopedia Bebas) adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang atau kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah objek atau subjek tertentu.
Sedang tinggi hati adalah kata lain dari  sombong; angkuh. Menunjukkan sifat seseorang.

Prinsip digunakan manusia untuk mendukung keyakinannya dalam usahanya menjalani kehidupan. Untuk mencapai sesuatu. Prinsip secara gagah ditunjukkan kepada orang lain, bahwa yang bersangkutan mempunyai harga diri, mepunyai kedaulatan, mempunyai kehormatan, mempunyai ketegasan, mempunyai pandangan, mempunyai pedoman,  tidak mau diremehkan. Sebagai pentunjuk bagi orang lain bahwa dia berbeda dari orang lain, atau hampir sama, atau sama sedikit tapi berbeda dengan orang lain. Meskipun dikatakan sama persis pasti dia tidak mau. Tidak tahu apakah ini demi kepentingan gengsi atau bukan. Oleh karena itu dia biasanya lebih senang dikatakan lebih bagus, bisa mirip, atau bisa kurang sedikit.

Prinsip menjadi dominan dan susah untuk diadu argumentasikan. Prinsip menjadi sesuatu yang kaku, meskipun bisa saja suatu saat prinsipnya berubah. Tapi begitu berubah biasanya tetap disertai argumentasi (bila perlu berbagai argumentasi) agar tetap terlihat gagah. Tidak dicap sebagai plin-plan. Karena plin-plan mempunyai konotasi yang buruk, payah, tidak elegan. Menelan ludah sendiri adalah perumpaan yang menyedihkan untuk ditujukan kepada harga diri sesorang. Padahal bisa saja apa yang diucapkan tempo hari hanya merupakan sebuah pelarian. Sebuah perkataan yang bertolak dari kenyataan. Sekedar kamuflase. Sesuatu yang terasa perih di hati. Suatu kesejatian. Tapi apakah orang mau peduli?

Guno Display
Tinggi hati menunjukkan orang yang bersangkutan mempunyai “power”. Menunjukkan yang bersangkutan tidak bisa disepelekan orang lain. Bisa marah, dan mungkin biasa marah. Dan sesungguhnya tinggi hati menunjukkan bahwa yang bersangkutan “kaku”. Tidak aneh bila di pergaulan dia lebih berpegang pada pedoman: “Siapa yang butuh?”  Jadi jangan berharap dia akan berkata: “Apa yang bisa saya bantu?”

Itu sebabnya bagi mereka yang mempunyai prinsip kaku sangat cocok disertai dengan rasa tinggi hati. Unsur keduanya saling mendukung. Mereka menjadi satu kesatuan. Kompak. Dan menjadi solid. Tinggi hati mungkin dimaksudkan agar prinsip selalu tergenggam di hati. Tidak mudah lumer, tidak mudah goyah. Tidak aneh bila suatu saat salah satu saja menjadi mencair akan mengherankan banyak orang. Jangankan orang lain, orang dekatnya saja bisa menjadi heran.

Ada dugaan, meskipun belum diteliti lebih jauh tentang kebenarannya, sekarang ini banyak terjadi krisis soal prinsip di kalangan anak muda. Mereka banyak yang hanya meniru orang lain tanpa menggali eksistensi diri sendiri. Padahal, bukankah setiap pribadi mempunyai latarbelakang yang berbeda?  Atau sebaliknya, banyak anak muda yang mempunyai prinsip yang masih harus diluruskan. Misalnya: Masa muda harus kita nikmati, masa tua urusan nanti.

Prinsip sering diwujudkan oleh yang bersangkutan dengan mempunyai motto atau slogan. Bentuk kata-katanya pun singkat, supaya mudah diingat. Maklum sebagai penyemangat. Karena situasi yang dirasa tidak enak atau tidak nyaman bisa tiba-tiba datang menyergap, membuat sesak napas, maka secara reflek slogan hidup yang diingat. Dalam situasi yang tidak pengap memang sebenarnya perlu pertolongan seseorang, tapi biasanya karena terdorong rasa gengsi, rasa tinggi hati biasanya menyeruak kedepan untuk menafikan uluran tangan pertolongan, maka moto atau slogan yang sebagai ceriman prinsip yang dengan landasan tinggi hati yang menepiskan uluran tangan sebagii bentuk pertolongan itu.
Manusia adalah produk pikirannya. Produk ini terbentuk dari berbagai unsur dan latar belakang: Pengalaman, pendidikan, agama, berbagai stimulan yang pernah diterima. Itu yang datang dari masa yang lalu. Dari masa yang akan datang berupa harapan, berbagai program yang sudah dijadwalkan, atau rencana antisipasi dari hal yang tidak terduga. Dalam menapaki kehidupan manusia pasti mempunyai tujuan. Dan agar tujuan itu dapat tercapai, setidaknya ketika ada dan terkena goncangan akibat terhempas badai, diperlukanlah penggunaan prinsip, agar kembali ke koridor dan tujuannya semula, serta dapat survive tetap berjalan.

Dalam menjalani kehidupannya manusia menapaki dua jalur jalan. Yang pertama adalah jalur kehidupannya sendiri yang sudah ditetapkan melalui sejumlah program yang telah dibuatnya.  Yang kedua adalah mau tidak mau, suka tidak suka, manusia akan bersentuhan atau bergesekan dengan jalannya orang lain. Ketika manusia yang satu mempunyai prinsip, manusia yang lainnya juga mempunyai prinsip. Dan manusia meskipun mempunyai prinsip yang berbeda mereka bisa mempunyai satu tujuan atau pemahaman. Di satu pihak dari seorang manusia di lain pihak bisa terdiri dari satu atau terdiri dari beberapa pihak atau orang. Yang repot bila berada di jalur yang sama tapi prinsipnya berbeda. Solusinya tentu berkompromi, meskipun ada kemungkinan saling tarik menarik.

Mempunyai prinsip itu jelas sangat perlu dan penting. Prinsip bagai sebuah kompas sekaligus alarm. Sebagai penunjuk arah yang sekaligus sebagai pemberi nada peringatan. Kalau ditambahi sifat tinggi hati sebenarnya tidak cocok karena bisa rentan dengan penolakan bagi mereka yang dianggap tidak seide. Sebuah prinsip diadakan untuk tujuan mulia agar kehidupan bisa dicapai sesuai dengan apa yang kita harapkan. Terlalu memegang prinsip secara kaku bisa mendatangkan permasalahan. Dalam kehidupan nyata sudah ada contohnya bagaimana sebuah keluarga terceraiberai hanya karena adanya perbedaan sebuah prinsip, sehingga prinsip yang lebih tinggi dan mulia yaitu bagaimana dapat membuat sebuah keluarga menjadi terpinggirkan dan terbuang percuma.

Padahal mempunyai prinsip dengan kerendahan hati itu ada dan bisa diusahakan. Prinsip ditambah  kerendahan hati itu bukan sesuatu yang mustahil dan tabu. Serta mempunyai nilai yang mulia. Bisa mengakomodir kepentingan dan kebutuhan semua pihak. Rasa sombong yang menyeruak bisa mengangkangki nurarani dan nalar. Bisa mengacaukan segalanya. Bisa dimusuhi orang. Bisa menghasilkan sesuatu yang sia-sia.

Guno feed
Itulah kita, manusia. Semakin tinggi derajat dan kedudukan, semakin tinggi tingkat pendidikan dan kekayaan, bisa relatif gampang tergelincir karena terlalu berpegang pada prinsip yang dibungkus oleh tingginya hati. Ketika kerendahatian menjauh, ketika kesantunan menjauh, sesungguhnya kita telah kehilangan sesuatu..



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lain. Terima kasih.

Guno Artikel

Posting Komentar untuk "PRINSIP DAN TINGGI HATI JANGAN SALING MENDUKUNG"