DULU DICINTAI, SEKARANG MENJADI ORANG YANG PALING ASING, MUNGKINKAH?
Faisal Syahreza:
Faisal Syahreza, seorang penulis muda, lahir di Cianjur, 3 Mei 1987, dan kini tinggal di Bandung. Suami dari Anis Sayidah, nama ayah: Alarik Syair. Sekarang sedang menyelesaikan kuliah di Fakultas Sekolah Pascasarjana Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pendidikan Indonesia. Bergiat di Klub Mengawal Novel (KMN) dan Arena Studi Apresiasi Sastra (ASAS-UPI).
Bisa disapa melalui Facebook: http://facebook.com/faisal.syahrezaku, Instagram: faisal_syahreza, atau Twitter: @faisal_syahreza.
Memeluk Kehilangan adalah novel debutnya. Bukunya yang pernah terbit adalah antologi puisi Hikayat Pemanen Kentang (2011), Partitur Hujan (2014), dan antologi puisi anak Sekolahku, Ibadahku (2016).
Karena seorang penulis, tentunya tidak aneh dan dapat dimengerti bila postingannya yang pendek itu bisa dirasakan langsung menusuk kalbu seseorang. Terasa to the point. Maklum seorang penulis (handal lagi) sudah tentu lihai dalam hal bermain kata-kata.
***
Orang yang kita cintai tentu orang yang sangat kita kenal dengan baik. Tidak hanya sekedar sosoknya, tapi juga tentang seluruh seluk beluknya. Setiap inci dari "tubuh dan kehidupannya" kita kenal, bahkan mungkin sudah kita hapal. Meskipun bisa saja dia tidak tinggal serumah, orang yang kita cintai adalah orang yang sangat dekat dengan kita." Apalagi bila dia tinggal serumah, masak tiba-tiba menjadi yang paling asing? Ada apa?
Maka bila dihubungkan dengan pernyataan (postingan) Faisal Syahreza tadi - Suatu saat, akan tiba-- seseorang yang kita cintai dan kenal, akan menjadi yang paling asing. - pasti akan mengundang banyak pertanyaan. Pertanyaaan yang termudah dan beruntun adalah : "Mengapa bisa terjadi begitu? Apa sebabnya? Apakah tidak ada usaha untuk menghindari masalah itu? (menjadi yang paling asing) Adakah kiatnya untuk menghindari hal itu? Apakah bisa "menimbulkan jatuh korban?" Apa efek yang ditimbulkannya?" dan sebagainya.
Orang yang kita cintai berubah menjadi orang yang paling asing tentu mengalami lonjakan perubahan sebesar 180 derajat. Sebuah lonjakan yang jauh, sebuah lonjakan sangat drastis dan kontradiksi. Patut diduga itu pasti sudah mengalami banyak tahap serta sudah banyak diusahakan cara untuk menanggulanginya. Sudah mengalami "babak belur" dalam upaya mengatasi permasalahannya.
Bila "menjadi yang paling asing" tentu penyebabnya bukan karena faktor jenuh. Karena kalau jenuh ya jenuh saja, sosoknya masih tetap kita kenali. Seperti yang kita tahu, jenuh adalah: adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa enggan, lesu, tidak bersemangat, atau tidak bergairah untuk mempelajari permasalahannya. Kalau sampai menjadi paling asing, dugaan saya, pasti karena adanya unsur konfrontasi. Dan itu sudah menjadi sebuah konfrontasi yang alot. Dia menjelma menjadi lain, bukan seperti yang dulu. Menjadi sosok yang paling asing.
Bila dicermati, apa yang ditulis oleh Faisal Syahreza tadi terkesan sudah berupa vonis. Sudah finis. Seharusnya tidak. Mestinya tidak titik. Karena perubahan bisa terjadi lagi. Ibarat orang sudah bercerai dapat saja menjadi rujuk lagi. Dunia terus berputar, ada kedinamisan di dalamnya. Selalu berlaku hukum relativitas di sana. Selalu saja ada kemustahilan. Apa saja bisa menjadi mungkin di dunia.
Memang yang repot bila kita dipertemukan dengan orang yang berkonotasi trouble maker. Orang yang suka bikin gara-gara. Orang yang suka bertindak semaunya sendiri. Orang yang memang susah diatur. Dulu dia dikenal baik, ternyata hanya pura-pura baik. Kalau ini yang terjadi yaitu "faktanya", kita yang serasa kecolongan. Berarti dia memang "orang asing". Orang yang bukan kreteria kita. Bila sampai "jatuh korban" apa boleh buat? Satu-satunya orang yang harus disalahkan jika kita tertipu adalah diri kita sendiri.
Have a nice day.
Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "DULU DICINTAI, SEKARANG MENJADI ORANG YANG PALING ASING, MUNGKINKAH?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.