SELAMAT TAHUN BARU 2023
Selamat tahun baru, selamat bergaji baru..
Tak terasa tahun telah berganti lagi, kita bertambah tua setahun lagi. Anak-anak semakin besar dan dewasa, kebutuhan hidup semakin berkembang, kalkulasi harus semakin jeli, semakin banyak saja. Dan itu semua perlu perhatian, termasuk dana. Baik yang untuk sekolah, untuk rencana menikahkan anak, bahkan persiapan untuk menghadapi masa perawatan kita ketika sakit atau pensiun. Usia semakin tambah tua, kesempatan kerja semakin kurang, demikian juga untuk pergerakan lainnya.
Umur memang punya kita, tapi waktu adalah kepunyaan Tuhan. Untuk itulah kita dituntut untuk dapat mempergunakan waktu seefektif mungkin, untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi kita, keluarga kita, dan orang lain. Banyak sekali pilihan kita akan berbuat apa, tapi kita sangat dibatasi oleh waktu yang sudah ditentukan oleh Tuhan, yang kita sangat tidak tahu tinggal berapa lama lagi. Kita hanya bisa menduga dan berharap. Kita punya rencana dan perhitungan. Tapi Tuhan juga mempunyai rencana dan perhitungan sendiri. Dan Tuhan lebih teliti dalam berhitung, yang pasti jalan dan juga Maha Adil. Tuhan perhitungannya sudah pasti, sedang kita yang sering ngawur dan kecele.
Bahwa keluarga mendapatkan prioritas yang utama dan pertama tentu banyak yang setuju. Tuhan menitipkan keluarga kepada kita, bukan pekerjaan kita. Tapi bagaimanapun kita juga harus fokus kepada pekerjaan karena itulah sumber penghasilan nafkah kita untuk menghidupi keluarga dan masa depan serta merupakan sebuah kepercayaan perusahaan/instasi kepada kita. Ada tuntutan tanggungjawab di situ. Di pekerjaan kita bisa menunjukkan aktualisasi dan eksistensi diri kita serta rasa tanggung jawab kita. Bila ingin berwiraswasta, apakah kita masih sanggup menjalaninya?
Bagi yang bekerja di perusahaan swasta, semakin bertambah tahun semakin bertambah berat tantangan yang harus dihadapi oleh tempat bekerja kita. Semakin banyaknya kompetitor, kemajauan tehnolgi, ancaman resesi, kebutuhan untuk memajukan kualitas pekerja, banyak munculnya regulasi baru, dan sebagainya adalah hal-hal yang tidak mungkin terhindarkan.
Sangat disadari masalah pekerjaan sangat menguras waktu dan energi kita. Itu konsekuensi logis yang harus kita tanggung. Bagaimanapun juga kita butuh pekerjaan. Ini bukan hanya masalah prestise tapi sebuah sarana untuk menghadapi dan menjalani hidup yang semakin keras. Demi bisa survive.
Padahal perkembangan perusahaan selalu dinamis. Cepat berubah. Mau tidak mau kita harus menyesuaikan kalau tidak ingin ketinggalan kereta. Kita tentu berharap perusahaan bisa terus berkembang dan maju, minimal stabil, meski ada juga situasi menurun atau stagnan, sebuah situasi rumit yang kadang tidak bisa kita hindari. Apa boleh buat. Kita tidak perlu mencari kambing hitam, tapi akar masalah memang harus segera kita cari dan atasi. Tidak bisa tidak kita perlu terus belajar, menajamkan observasi ilmu, mengembangkan kemampuan, talenta, dan semakin menyolidkan koordinasi di segala bidang. Kemajuan tehnologi mau tidak mau juga membuat corak usaha dan penanganan pekerjaan menjadi berbeda dari yang dulu. Ini sangat mempengaruhi ekosistem dunia usaha. Mempengaruhi kultur. Pembenahan SDM, peralatan produksi, pembentukan budaya, modal, bahkan mental kita juga. Intinya persaingan semakin sengit dan ketat yang harus siap berubah segalanya.
Geliat Industri 4.0 mau tak mau juga menerpa negara kita, karena industri kita juga merupakan bagian dari pergerakan usaha bisnis dunia. Dan ini adalah tren otomatisasi dan pertukaran data terkini dalam tehnologi pabrik, dan itu mencakup sistem siber fisik, internet, komputasi awan, komputasi kognitif. Implikasi yang ditimbulkan adalah adanya perampingan (efisiensi sumber daya manusia dan peralatan) untuk mencapai efektifitas dan kecepatan dan ketepatan kerja, untuk menggapai hasil kerja yang tepat guna dan berhasil guna. Bagaimanapun dunia usaha kita adalah bagian dari sebuah ekosistem yang besar.
Di sisi lain diberitakan banyak perusahaan yang memutus hubungan kerja dengan karyawan. Kita tentu berharap hal itu tidak berimbas kepada kita pribadi. Tapi kalau toh terkena kita bisa banting setir, ganti haluan, putar otak. Ini butuh kemauan dan kemampuan bahkan mungkin modal. Yang jelas, bagi mereka yang ingin maju ini sebuah tantangan. Ini realita, jadi jangan diremehkan. Segera pasang strategi. Siapkan mental. Bagi yang ingin berwiraswaswasta, Bob Sadino pernah memberikan saran: Jangan berpikir punya uang dulu baru berusaha, tapi berusaha dulu baru punya uang.
Pernah ada teman yang ingin punya kamar kos, berhubung uang yang dipunyai tidak cukup untuk beli rumah lagi maka rumahnya ditingkat untuk dibuat kamar kos. Pendapat yang cukup simpel dan efektif. Memang butuh strategi untuk menghadapi hidup, agar tetap survive.
Di sisi lain diberitakan banyak perusahaan yang memutus hubungan kerja dengan karyawan. Kita tentu berharap hal itu tidak berimbas kepada kita pribadi. Tapi kalau toh terkena kita bisa banting setir, ganti haluan, putar otak. Ini butuh kemauan dan kemampuan bahkan mungkin modal. Yang jelas, bagi mereka yang ingin maju ini sebuah tantangan. Ini realita, jadi jangan diremehkan. Segera pasang strategi. Siapkan mental. Bagi yang ingin berwiraswaswasta, Bob Sadino pernah memberikan saran: Jangan berpikir punya uang dulu baru berusaha, tapi berusaha dulu baru punya uang.
Pernah ada teman yang ingin punya kamar kos, berhubung uang yang dipunyai tidak cukup untuk beli rumah lagi maka rumahnya ditingkat untuk dibuat kamar kos. Pendapat yang cukup simpel dan efektif. Memang butuh strategi untuk menghadapi hidup, agar tetap survive.
Di perusahaan bidang jasa geliatnya sangat cepat bahkan fantastis. Mendatangkan untung besar dan usahanya juga bisa melibatkan peran serta masyarakat. Bidang yang disasarpun bermacam-macam. Taruhlah Gojek dan sebangsanya. Asetnya tidak kelihatan (Itangible Asset), tidak berupa seberapa banyak pesawat atau kapal besar atau berapa ribu hektar kapling yang dimilki, tapi benar-benar jumlahnya sangat banyak, punya asset yang tidak kelihatan. Gojek juga ternyata merambah ke soal perubahan mindset terkait budaya kerja. Yang dulu Sarjana harus kerja di kantor sekarang narik taksi pun oke, tidak gengsi jadi tukang ojek atau jualan makanan secara online (Go-food). Dari segi waktu kerja juga sangat leluasa. Demikian juga dari jenis kelamin. Pokoknya lebih luwes.
Sebagaimana yang pernah disampaikan dalam pidato Nadiem Makarim yang ditunjuk sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan sekarang sebagaimana yang diberitakan oleh MOJOK.CO
Dalam pidato itu, Nadiem Makarim menyampaikan propaganda agar para orang tua tak lagi menekankan prinsip kuno bahwa gelar pendidikan bukan di atas segala-galanya, tapi kompentensilah yang penting. Bila benar begitu Nadiem bisa minta ke Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah untuk membantu agar kata-kata itu menjadi lebih bermakna. Nadiem bisa berdiskusi dengan Ida untuk merancang peraturan baru soal syarat penerimaan kerja. Serukan ke pengusaha-pengusaha di seluruh Indonesia untuk mengubah syarat lowongan kerja. Ganti syarat “lulusan S1 minimal IPK 3.00” dan semacamnya dengan hal yang lebih riil. Bisa install ulang Windows, misalnya. Atau pernah bikin postingan dengan like yang banyak.
Jadi nanti kira-kira begini: Misal anda membutuhkan karyawan untuk bagian hukum, kemudian datang seorang pelamar Sarjana Hukum. Tanpa membuka map lamaran, langsung saja dia diminta untuk membuat sebuah draft tentang perjanjian sewa menyewa atau jual beli atau surat kontrak kerja atau apa saja yang berkaitan dengan perikatan. Kalau redaksinya bagus, baru dibuka map lamarannya, siapa dia. dari mana, latar belakangnya seperti apa dan adakan wawancara. Kalau hasilnya jelek, tidak usah dibuka map lamarannya, buat apa?
Jadi nanti kira-kira begini: Misal anda membutuhkan karyawan untuk bagian hukum, kemudian datang seorang pelamar Sarjana Hukum. Tanpa membuka map lamaran, langsung saja dia diminta untuk membuat sebuah draft tentang perjanjian sewa menyewa atau jual beli atau surat kontrak kerja atau apa saja yang berkaitan dengan perikatan. Kalau redaksinya bagus, baru dibuka map lamarannya, siapa dia. dari mana, latar belakangnya seperti apa dan adakan wawancara. Kalau hasilnya jelek, tidak usah dibuka map lamarannya, buat apa?
Dalam menapaki tahun baru ini memang sangat butuh keterbukaan, kejelasan, dan ketegasan. Agar ada rasa keadilan, proposional, profesional, kenyamanan, dan yang penting ada dukungan yang semakin penuh karena semakin mantap dan yakin. Tahun depan ada perubahan fenomena: kaum milenial akan "bereaksi", jadi pimpinan, jadi pengambil keputusan. Padangan dan pemahamannya bersifat kekinian. Beda dengan generasi X, baby boomers, dan generasi keatasnya. Kita harus mau berubah, karena jaman juga sudah berubah.
Selamat tahun baru
Selamat bersemangat baru
Selamat bertarget baru
Selamat sukses baru
Selamat punya harapan baru
Selamat datang di era hidup yang baru.
Selamat datang di era hidup yang baru.
NB: Silahkan diklik gambar tiga garis sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "SELAMAT TAHUN BARU 2023"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.