Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MASALAH KEJUJURAN KEPADA PASANGAN ANDA. BAGAIMANA DENGAN ANDA?

Dulu ketika saya bekerja di sebuah perusahaan ekspidisi yang membawahi para sopir truk, sebagai kepala personalia salah satu tugas saya adalah menghitung dan membagikan gaji mereka. Pada suatu ketika saya menemui suatu peristiwa yang sebenarnya sepele saja tapi menurut saya masih relevan dengan kehidupan kita sampai sekarang ini. Bahkan hingga sampai nanti, khususnya bagi mereka yang sudah berkeluarga.

*****


Suatu hari seorang istri sopir truk datang ke kantor menemui saya. Tujuannya akan menanyakan masalah gaji suaminya.


Setelah bertemu saya dia bertanya, "Pak, saya mau tanya, sebenarnya gaji suami saya berapa ya?"


Waduh, ini pasti ada yang tidak beres nih, pikir saya. "Memangnya ada apa bu?" Tanya saya dengan sopan.


'Begini pak, dia itu setiap bulan memberi saya uang bulanan hanya segini (menyebut jumlah)." Katanya polos. Perlu diketahui para sopir kami kebanyakan terdiri dari orang daerah.

Guno Display


Kurang ajar, pikir saya. "Sebegitu ya hanya separuhnya lebih sedikit, padahal mereka punya anak berapa? " pikir saya. "Begini bu," Saya mencoba menjelaskan. "Gaji para sopir itu pada dasarnya sama. Tapi memang mereka menerimanya bisa lain. Misalnya soal insentif yang diterima, itu sangat tergantung dari rupa barang yang dibawa juga jarak jauh dekatnya kota tujuan. Kemudian juga mereka ada potongan kalau ada pinjaman uang di kantor."


Si ibu itu menjawab, "Ya, saya mengerti pak. Teman-teman para sopir juga berkata begitu. Saya juga menjadi bingung. Suami saya tidak pernah berterus terang masalah perinciannya. Para teman-teman sopir pada menyarankan agar saya bertanya ke kantor saja agar jelas permasalahannya." Si ibu ini memang terlihat jelas tidak bisa menyembunyikan rasa kebingungan di wajahnya. Saya juga ikut merasa prihatin, tapi bagaimana lagi. Masalah seperti ini adalah "masalah dalam negeri" sebuah keluarga. Saya merasa tidak berhak untuk ikut campur. 


"Begini bu," Saya berusaha bersikap bijak. Dan ini memang begitu. "Setiap pekerja sini, jadi tidak hanya para sopir, setiap gajian pasti ada slip gajinya yang diberikan kepada mereka, dan gajinya ditransfer ke rekening tabungan masing-masing pekerja. Nah, di slip gaji itulah ada perinciannya. Cobalah ibu minta slip gajinya itu, nanti ibu akan tahu berapa besar menerima gajinya." Si ibu itu mengangguk tanda mengerti, tak lama kemudian dia berpamitan untuk pulang. Ketika si ibu itu pergi, beberapa saat saya termangu-mangu di tempat duduk saya. Banyak dugaan yang melintas di pikiran saya, misalnya: Bisa jadi si sopir itu  berpikir dengan memberikan gajinya  sejumlah segitu saja sudah cukup, mengingat istrinya di rumah (di kampung) membuka warung untuk menjual barang kebutuhan sehari-hari. Dan para pembelinya cukup ramai karena selalu ada saja yang datang.


Namun bagaimana pun itu tetap sebuah ketidak jujuran, kalau tidak ada pembicaraan sebelumnya. Dugaan saya yang lain, apakah dia... Kemudin saya hanya menggumamkan satu kata saja, "Brengsek."


Tiga hari kemudian, saya mendapat laporan dari staf saya, bahwa si sopir itu menemuinya untuk minta tolong agar sopir itu dibuatkan dua slip gaji dimana yang satu berisi perincian bohongan tentunya. Si sopir itu juga menjajikan memberikan sejumlah imbalan tentunya. 


Saya bersikap tegas saja untuk melarangnya membuat slip sebagaimana yang diminta si sopir itu. Staf tersebut bahkan saya ancam, kalau sampai diubuatkan, dia juga akan saya permasalahkan. Tapi saya juga tidak menegur si sopir itu selama dia tidak memaksakan kehendaknya. Saya pilih pura-pura tidak tahu saja. Saya tidak ingin menimbulkan masalah baru.

*****


Kisah di atas adalah sebuah kisah yang sangat sederhana namun saya yakin semua teman di sini pasti sangat bersinggungan dengan masalah seperti itu. Ini masalah yang sangat vital. Dan kebohongan atau kejujuran memang tidak hanya masalah tentang gaji saja. Masih banyak item yang berhubungan dengan masalah keterbukaan dengan pasangan anda. Dan masalah keterbukaan sangat terkait dengan harga diri anda. Kehormatan anda. Sekecil apapun itu. Bila ada ketidak jujuran berarti keberadaan anda sangat diremehkan oleh pasangan anda.


Bisa dimengerti bahwa kita pribadi ada atau memerlukan pengeluaran sehingga mengurangi jumlah gaji kita. Saya sendiri memerlukan untuk membeli bensin, atau untuk membeli sekaleng, dua kaleng (tergantung kebutuhan) roti Khong Guan sebagai hadiah pribadi dari saya bagi pekerja siapa saja yang mempunyai prestasi menakjubkan sebagai cindera mata sederhana dari saya bagi keluarganya. Saya tidak pernah beli rokok karena saya bukan seorang perokok. Namun sebelumnya jumlah uang total gaji sesuai slip gaji saya berikan kepada istri saya. Baru setelah itu saya diberi oleh istri saya sesuai jumlah yang saya anggarkan.


Tapi jangan salah, keterbukaan soal uang tidak hanya masalah gaji saja. Bila anda tiba-tiba menemukan sekoper uang dilemari pakaian pasangan anda dan anda tidak tahu itu untuk apa, pesan saya, saya sangat kuatir uang yang anda terima di waktu-waktu mendatang juga kecampuran hasil transaksi uang yang tidak jelas itu. Kalau ternyata ada transaksi haram maka anda perlu kuatir ada uang haram yang ikut dimakan anda, anak-anak anda, atau untuk keperluan lainnya. Bila itu yang terjadi (ada uang hasil transaksi haram yang masuk ke perut anda, maka sia-sia dan percuma segala ibadah yang sudah anda lakukan). 


Intinya anda merasa perlu menanyakan asal muasal uang yang diberikan atau diterima anda demi kemantapan keyakinan anda. Bila perlu kalau uang itu meragukan anda harus melakukan investigasi sendiri. Bagaimana kalau dia bohong? Itu urusannya dengan Tuhan, karena anda sungguh tidak tahu, jadi anda selamat. Kalau anda tidak menanyakan, nah itu dia.


Kisah lain, barangkali ini tidak umum, tapi perlu saya ceritakan: Saya punya sepasang teman dimana sepasang suami istri bekerja sebagai pegawai negeri dengan tingkat golongan bagus. Setiap gajian malah si istri yang menyerahkan ke suaminya. Dan si suamilah yang mengelola gaji mereka. Hasilnya: Disamping untuk keperluan setiap  hari, untuk naik haji, umrah, punya tempat kos untuk para pekerja, menguliahkan dua anaknya di fakultas kedokteran sampai lulus, bahkan mungkin anaknya yang ketiga juga akan di kuliahkan ke fakultas kedokteran. Padahal setahu saya kuliah di fakultas kedokteran beaya kuliahnya tidak sedikit, saat ini setidaknya sekitar lebih dari 250 juta rupiah. Belum untuk kebutuhan kuliah yang lain-lain.

Guno feed


Have a nice day.



NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.








Guno Artikel

Posting Komentar untuk "MASALAH KEJUJURAN KEPADA PASANGAN ANDA. BAGAIMANA DENGAN ANDA?"