MATI YANG BAIK YANG BAGAIMANAKAH?
Tempo hari telah disinggung mati yang baik adalah rejeki yang terdahsyat di dunia ini. Tak diragukan lagi tentang masalah ini. (Baca judul: Rejeki yang sesungguhnya).
Kesempatan mati hanya sekali. Tidak dapat diulang. Jadi kedatangannya sangat spesial dan bersejarah. Menyambut mati dengan tenang dan damai perlu dipersiapkan secara khusus dan hati-hati sekali. Masalahnya kita tidak pernah tahu kapan kita mati. Dalam situasi dan kondisi seperti apa kita mati. Tapi yang jelas kita tidak perlu panik. Sikap panik hanya akan mengacaukan apa yang sudah kita persiapkan dengan baik.
Mati yang baik ternyata tidak ditentukan oleh sebabnya tapi oleh cara menghadapinya.
Mati terbunuh tidak berarti mati yang buruk. Bahkan dulu ada yang ingin mati dengan cara terbunuh dalam peperangan di jalan Tuhan. Mereka rela mati syahid. Mati di jalan Allah.
Dalam sejarah Islam ada tiga pemimpin Islam yang juga para sahabat Nabi Muhammad yang wafat karena terbunuh, yaitu: Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Tholib. Padahal iman dan perjuangan mereka sangat hebat. Intergritas mereka tidak diragukan lagi. Kata Nabi insyaallah mereka dijamin masuk Surga.
Demikian juga yang mati karena kecelakaan: Bus yang remnya rusak, pesawat terbang, kapal yang tenggelam, dan sebagainya. Insyaallah mereka mati dalam keadaan yang baik. Siapa tahu ketika sadar ajal akan menjemput mereka sempat mengucapkan kalimat syahadat. Dalam Islam kalimat syahadat diyakini sebagai kunci pintu masuk surga. Jadi Allah sudah memberikan kunci pintu masuk surga, sedang kunci pintu masuk neraka tidak diberi. Tapi jika ternyata kunci tersebut hilang atau lupa ditaruh dimana itu sangat tergantung tingkat keimanan seseorang. Jadi bisa jadi mereka yang mati karena kecelakaan malah sempat mempersiapkan kematiannya dengan baik.
Sebaliknya mati di rumah mewah di kasur yang nyaman dengan ditemani keluarga dan sanak saudara tidak berarti itu menunjukan mati yang baik. Tidak begitu. Apalagi bila mati di tempat maksiat. Sudah keluarganya malu matinya malah nelangsa.
Manusia boleh saja mempersiapkan cara kematiannya, namun Tuhan yang tetap mempunyai kewenangan untuk menentukan. Apa yang dianggap baik oleh manusia belum tentu itu dianggap baik oleh Tuhan. Begitu juga sebaliknya. Apa yang dianggap buruk oleh manusia belum tentu itu dianggap buruk oleh Tuhan. Apa yang diinginkan manusia belum tentu itu yang diinginkan oleh Tuhan.
Apa yang dianggap misteri oleh manusia sesungguhnya sudah diberikan petunjuk oleh Tuhan di Kitab Suci. Kita yang sering lupa atau pura-pura lupa atau melupakan. Kita yang sering tidak konsisten, padahal Tuhan selalu konsisten. Tuhan selalu menepati janji.
Kalau kelak ada yang masuk surga bukan Tuhan pilih kasih. Kalau kelak ada yang masuk neraka bukan Tuhan tidak sayang. Tuhan wait and see.
Posting Komentar untuk "MATI YANG BAIK YANG BAGAIMANAKAH?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.