Pengambilan keputusan ada tahapannya
Setiap orang pernah mengambil keputusan. Baik untuk dirinya sendiri, keluarga, atau orang lain. Keputusan terkadang bisa diputuskan dengan mudah, agak sulit, memang sulit, terlalu sulit. Ada juga yang bersifat menodong: Diputuskan begini akan berkonsekuensi begitu, diputuskan begitu akan berkonsekuensi begini. Serba salah. Diambil keputusan atau tidak akan berkonsekuensi tidak menguntungkan. Padahal keputusan harus segera diambil. Padahal yang diinginkan manusia yang berorientasi menguntungkan, walau relatif tidak banyak. Pengambilan keputusan dilakukan untuk menjawab persoalan yang ada.
Mengambil keputusan memang erat hubungannya dengan waktu. Ada proses meminta pendapat, berdiskusi, kadang menunggu rapat formal. Mengambil keputusan esensinya adalah mengambil tindakan tegas, walau sebelumnya sempat dipenuhi beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Dipenuhi berbagai pertentangan. Pengambilan keputusan dipenuhi dengan wacana pertimbangan logika, walau ketika memutuskan berlandaskan hati nurani.
Pengambilan keputusan sangat diperlukan untuk menjawab persoalan. Entah itu untuk melakukan hal yang baik atau tidak baik. Yang bermanfaat atau tidak bermanfaat. Yang menguntungkan atau merugikan. Dikejar waktu atau tidak dikejar waktu. Bahwa pengambilan keputusan sangat diperlukan situasi pikiran dan hati yang jernih memang sudah seharusnya begitu. Bahwa tanpa itu bisa saja menjadi sahnya sebuah keputusan. Obyektif atau subyektif hanyalah merupakan sudut pandang. Dan setiap orang tentu berbeda cara memandang dan memahaminya.
Para ahli membagi keputusan dalam 3 (tiga) tipe:
1. Keputusan Terstruktur. Keputusan ini terkait dengan perbagai bagian dalam suatu organisasi, sering diadakan dan memakai data. Sehingga keputusan dapat diprogram.
2. Keputusan Semi (setengah) Struktur. Keputusan ini setengah dapat diprogram, setengahnya bersifat insidentil. Memerlukan kecermatan.
3. Keputusan Sama Sekali Tidak Terstruktur. Tidak sering terjadi dan sering karena untuk menyikapi keadaan dari luar organisasi.
Pengambilan keputusan pasti mengakibatkan timbulnya efek, menimbulkan sebuah konsekwensi. Dan akibat inilah yang sesungguhnya ditunggu orang. Pengambilan keputusan adalah api, hasilnya adalah asap. Hasil yang baik akan mempengaruhi kejadian yang akan datang. Ada benang merahnya. Pun juga akan mempengaruhi penanganan permasalahan yang sama di masa datang. Meski bisa saja permasalahnnya sama tapi karena kondisi dan waktunya berbeda maka pengambilan keputusannya juga akan berbeda. Dengan demikian penilaian pengambilan keputusan yang tepat juga sangat tergantung berbagai faktor tersebut. Pengambilan keputusan yang baik sekarang belum tentu baik untuk permasalahan yang sama Di masa yang akan datang.
Bisa dimengerti bahwa permasalahan pribadi dan organisasi tentu akan lain cara penangannya terkait dengan penggunaan strategi dan gaya dalam pengambilan keputusan karena dalam pengambilan keputusan di organisasi sangat dipengaruhi dan melibatkan banyak pihak. Sedang penanganan permasalahan pribadi biasanya relatif lebih simpel. Perbedaannya: masalah organisasi bersifat futuristik (masa depan), sedang yang masalah pribadi biasanya bersifat insidentil (waktu tertentu) saja. Oleh sebab itu disebut juga yang masalah pribadi bersifat tunggal dan yang organisasi bersifat ganda.
Menurut para ahli pengambilan keputusan didasari: Intuisi, pengalaman, fakta, wewenang, rasional.
Sedang gaya pengambilan: Rasional dimana pengambilan keputusan berdasarkan data, fakta, dan analisa. Intuisi; berdasarkan kata hati; Dependent dimana gaya ini lebih melibatkan figur lain seperti orang tua, keluarga, pemimpin suku, dan lainlain; Indecisivinesess (keraguan) dimana gaya pengambilan keputusan ini lebih mengarah menghindari situasi keputusan atau tanggungjawab terhadap orang lain.
Proses pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon ada 3 (tiga) :
1. Kegiatan Inteljen, menyangkut pencarian berbagai kondisi yang diperlukan.
2. Kegiatan Desain, menyangkut pembuatan pengembangan dan penganalisaan berbagai rangkaian yang mungkin dilakukan.
3. Kegiatan pemilihan, yaitu pemililihan serangkaian kegiatan tertentu dari alternatif yang tersedia.
Pengambilan keputusan biasa diambil dari:
Kewenangan tanpa diskusi.
Pendapat ahli.
Kewenangan setelah diskusi.
Kesepakatan.
Keputusan Kontroversial adalah keputusan yang mengundang perdebatan, diluar perkiraan, bertentangan dengan seperti yang diharapkan. Keputusan kontroversial adalah keputusan yang berani menerjang opini umum. Bagaimanapun keputusan kontroversial dianggap suatu keutusan yang terbaik yang diambil oleh pengambil keputusan. Dia sadar bahwa sebuah keputusan tidak akan pernah memuaskan semua pihak. Bagi dia (pengambil keputusan) kepentingan mayoritas adalah yang perlu diutamakan. Dia siap diejek atau dihinakan.
Keputusan bisa malah justru mendatangkan reaksi kontroversial juga (dalam arti positif) yang bisa digunakan untuk menjawab permasalahan yang sama di masa datang. Sebaliknya ketika anda memutuskan untuk diam bisa juga mendatangkan reaksi yang terkadang tidak terduga.
Secara simpel tahap pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Karena ada masalah.
2. Memetakan masalah.
3. Alternatif pengambilan keputusan.
4. Pengambilan keputusan.
5. Mengamankan keputusan.
Karena ada masalah.
Tak akan ada pengambilan keputusan tanpa adanya masalah. Sekecil atau sesederhana apapun masalah itu.
Memetakan masalah.
Masalah harus dipetakan. Sekecil atau sesederhana apapun masalah akan berhubungan dengan halhal lain. Efek domino namanya. Maka harus difokuskan, agar efeknya tidak menjalar kemanamana. Bila masalah berkembang ke arah lain, penanganannyapun akan melebar.
Alternatif pengambilan keputusan.Pengambilan keputusan jangan diambil secara gegabah, terlalu sembrono, terlalu terburuburu. Dan hindari perasaan egois. Mengambil keputusan jangan dalam situasi marah atau dendam.
Pengambilan keputusan.
Ini adalah klimaksnya. Puncaknya. Setelah pengumpulan dan dan data anilis yang relevan, diagnosa, evaluasi, dan pemilihan alternatif yang terbaik, maka sampailah ke tahap ini.
Mengamankan keputusan.
Ini yang sering dilupakan orang, sering lupa diperhitungkan. Mengamankan keputusan sesungguhnya adalah tindakan alternatif sebagai pendukung keputusan.
Saya ada contoh sederhana. Dulu ketika sekolah menengah atas saya sering datang terlambat di sekolah. Setelah ditelisik permasalahanya saya sering menghampiri teman untuk berangkat bersama, atau kendaraan umum lewatnya terlalu lama. Padahal kendaraan sendiri tidak punya.
Alternatif permasalahannya: Beli kendaraan atau bangunnya lebih pagi.
Berhubung orang tua tidak punya uang untuk beli kendaraan maka diambillah keputusan bangunnya lebih pagi.
Pertanyaannya atau masalah yang berpotensi muncul adalah; Bagaimana agar ada jaminan saya bisa bangun lebih pagi? Maka diputuskanlah pengamanannya yaitu pasang alarm pada jam weker.
Posting Komentar untuk "Pengambilan keputusan ada tahapannya"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.