Kesuksesan diri sendiri sering dilupakan
Anda masih ingat ketika dulu berhasil naik sepeda?
Mungkin banyak yang menjawab: Tidak. Tentu karena ini terjadi di waktu masa anak-anak. Masa jauh di belakang sana. Tidak masalah. Bahwa banyak yang sudah lupa, bisa dimengerti, karena hidup berlalu sangat cepat, sudah banyak menumpuk yang ada, juga memikirkan, masalah yang akan datang, masalah hidup yang harus akan dihadapi yang terus datang silih berganti. Padahal ketika anda berhasil naik sepeda adalah esensinya anda telah mengukir prestasi, mencapai kemajuan pribadi walau dalam skala kecil. Padahal lagi, sesungguhnya itu sebuah prestasi yang sangat besar karena pada waktu itu masih banyak anak-anak lain yang belum berhasil naik sepeda. Bukankah itu suatu hal yang sangat membanggakan?
Pada belajar naik sepeda terdapat filosofi kehidupan dan menyerap banyak ilmu di dalamnya termasuk kesehatan, antara lain: mengerjakan keberanian tidak hanya teori tapi juga praktek, mengelola emosi diri, mempertajam talenta, menjaga keseimbangan diri, melatih menstabilkan detak jantung dan aliran nafas, mengontrol otot dan saraf kaki dan tangan, serta menyeimbangkan otak kiri maupun kanan. Semua itu dibutuhkan sebagai modal dalam menjalani hidup dan kehidupan. Disadari atau tidak.
Sayangnya betapa sering kita tidak menghargai diri kita sendiri. Kita lebih sering terpesona dengan keberhasilan orang lain. Prestasi orang lain. Kehormatan orang lain. Kita sering tidak menaruh hormat kepada diri kita sendiri. Alangkah tragisnya. Atau justru sebaliknya, kita begitu sombong dan tinggi hati dengan tingkat keberhasilan kita, walau skalanya kecil. Punya rasa percaya diri boleh, sombong jangan. Keduanya punya konsekuensi dan esensi yang berbeda. Percaya diri adalah berbicara yang ditujukan kepada diri sendiri, sedang sombong kepada orang lain. Yang satu sangat bermanfaat, sedang yang satu tidak sama sekali, malah merugikan diri sendiri.
Untuk bisa punya prestasi harus tidak malas berlatih dan terus berlatih. Terus tanamkan keyakinan bahwa anda bisa. Hargai diri anda. Pertajam talenta, dan terus adakan evaluasi diri. Benar, banyak orang hebat di luar sana. Tapi jangan lupa anda juga orang hebat. Ingatlah beberapa keberhasilan yang pernah anda capai. Mungkin tidak berskala fantastis. Namun kebehasilan adalah keberhasilan. Percaya tidak, mereka yang kita nilai hidupnya berhasil, orang yang hebat, ya merasa biasa-biasa saja. Tidak merasa berbuat yang spetakuler. Seperti kita ketika berhasil naik sepeda, rasanya ya biasa saja. Padahal dengan bisa naik sepeda kita jadi bisa naik motor, lalu mobil. Insting yang dipakai sama. Hanya tantangan dan fisiknya yang berbeda. Apakah anda tidak merasakannya?
Semua bisa dimulai dari kesadaran. Periksalah diri sendiri secara teliti. Jangan kaget bila anda kemudian menemukan potensi diri, atau bahkan mungkin ada beberapa. Mungkin juga akan terlihat sekelebatan, tidak jelas. Tidak apa, terus cari. Dan lebih teliti. Ada juga kadangkalanya kita tidak yakin akan potensi diri kita, atau malas untuk mencarinya lebih jauh. Ini menggelikan, karena ini adalah tentang diri anda sendiri, bukan tentang orang lain. Ini bisa sebagai bukti bahwa anda tidak menghargai diri sendiri. Tidak fokus.
Mencermati potensi diri tidak langsung kelihatan jelas, itu biasa. Harus bertahap. Ada proses. Perlu pemolesan, tidak seketika dalam bentuk jadi. Perlu waktu. Bahkan terkadang yang melihat atau yang menemukan malah justru orang lain. Padahal kenalilah diri sendiri adalah syarat utama untuk bisa berprestasi. Dan jangan salah bisa saja potensi kita ternyata tidak hanya satu, tapi ada beberapa. Langkah selanjutnya tentu saja mengembangkan kemampuan. Mempertajam potensi. Tidak masalah bila harus bertanya ke sana ke mari. Dan mungkin tidak hanya sekali bertanya, beberapa kali tanya. Bahkan mungkin ditanyai. Yang penting jangan hanya menguasai teori, tapi juga praktek. Prestasi sangat terkait erat dengan praktek.
Punyailah keyakinan pada diri sendiri. Potensi harus diyakini, tidak hanya dikenal.Terus dieksplor. Sesekali mungkin terbesit keraguan, kurang percaya diri, itu wajar, manusiawi. Tapi sebaiknya timbulnya keraguan itu untuk bertanya lebih jauh, bukan untuk berhenti. Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah berhenti. Mengakui titik. Padahal banyak jalan menuju roma. Ada banyak strategi dan kiat untuk menuju sukses. Menuju prestasi. Saat kita jatuh waktu belajar naik sepeda, kita bangkit lagi untuk terus belajar naik sepeda.
Terus temukan kegairahan anda. Buat peta yang jelas ke arah yang anda tuju. Biasnya arah akan membuat kita bingung dan capai. Dan kita tidak bisa terus terusan merasa capai. Fokuslah dalam membangun kompetensi diri. Tumbuhkan kepercayaan. Selalulah mempunyai pertanyaan besar agar anda tidak mandek. Koreksi dan selulah melakukan evaluasi. Beranilah memberi nilai agar anda tahu sudah melangkah sejauh mana. Buat agenda agar tidak rancu melangkah. Kita tidak mungkin dapat merengkuh semuanya. Harus kita sortir. Ada seleksi. Tujuan kita harus jelas.
Ketika ternyata harus bertemu untuk bersaing dengan teman sendiri, mengapa tidak? Kebenaran, malah sudah tahu riwayatnya. Tidak perlu sungkan, toh segalanya dilakukan secara sportif. Lagipula biarpun musuh kita bisa saling memotivasi. Pemenangnya adalah tim kita sendiri.
Kesuksesan diri sendiri tidak datang secara tiba-tiba dan dengan sendirinya. Ada tahapan dan latihan. Pengenalan diri sendiri, penajaman kemampuan, evaluasi, mencari referensi, dan keberanian untuk minilai adalah hal-hal yang harus dijalani. Jangan bosan, jangan malas. Jangan kaget bila menemui kegagalan. Gagal adalah kesuksesan yang tertunda. tidak bosan. Teruslah berjalan. Tidak ada yang berhak dan mampu menghentikan anda. Tuhan tidak akan merubah nasib suatu bangsa (baca: manusia) bila mereka tidak mau merubahnya.
*****
Punyailah keyakinan pada diri sendiri. Potensi harus diyakini, tidak hanya dikenal.Terus dieksplor. Sesekali mungkin terbesit keraguan, kurang percaya diri, itu wajar, manusiawi. Tapi sebaiknya timbulnya keraguan itu untuk bertanya lebih jauh, bukan untuk berhenti. Karena kegagalan yang sesungguhnya adalah berhenti. Mengakui titik. Padahal banyak jalan menuju roma. Ada banyak strategi dan kiat untuk menuju sukses. Menuju prestasi. Saat kita jatuh waktu belajar naik sepeda, kita bangkit lagi untuk terus belajar naik sepeda.
Terus temukan kegairahan anda. Buat peta yang jelas ke arah yang anda tuju. Biasnya arah akan membuat kita bingung dan capai. Dan kita tidak bisa terus terusan merasa capai. Fokuslah dalam membangun kompetensi diri. Tumbuhkan kepercayaan. Selalulah mempunyai pertanyaan besar agar anda tidak mandek. Koreksi dan selulah melakukan evaluasi. Beranilah memberi nilai agar anda tahu sudah melangkah sejauh mana. Buat agenda agar tidak rancu melangkah. Kita tidak mungkin dapat merengkuh semuanya. Harus kita sortir. Ada seleksi. Tujuan kita harus jelas.
Ketika ternyata harus bertemu untuk bersaing dengan teman sendiri, mengapa tidak? Kebenaran, malah sudah tahu riwayatnya. Tidak perlu sungkan, toh segalanya dilakukan secara sportif. Lagipula biarpun musuh kita bisa saling memotivasi. Pemenangnya adalah tim kita sendiri.
Kesuksesan diri sendiri tidak datang secara tiba-tiba dan dengan sendirinya. Ada tahapan dan latihan. Pengenalan diri sendiri, penajaman kemampuan, evaluasi, mencari referensi, dan keberanian untuk minilai adalah hal-hal yang harus dijalani. Jangan bosan, jangan malas. Jangan kaget bila menemui kegagalan. Gagal adalah kesuksesan yang tertunda. tidak bosan. Teruslah berjalan. Tidak ada yang berhak dan mampu menghentikan anda. Tuhan tidak akan merubah nasib suatu bangsa (baca: manusia) bila mereka tidak mau merubahnya.
*****
NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap hari Minggu ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "Kesuksesan diri sendiri sering dilupakan"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.