SUDAH PERNAH MENDENGAR "SUN TZU OF WAR?"
Dikutip dari Wikipedia Sun Tzu Art of War, adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan ditulis pada abad ke-6 oleh Sun Zi. Terdiri dari 13 bab di mana setiap bagian membahas strategi dan berbagai metode perang. Karya ini merupakan karya tulis militer Tiongkok yang paling dihormati dan paling terkenal di luar negeri Tiongkok. Siapa yang menulis buku ini sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para pakar sejarah. Beberapa ahli berpendapat bahwa Sun Zi bukanlah nama asli penulis buku ini, melainkan julukan yang diberikan orang kepada penulis tersebut. Sebab, kata "Zi" pada nama Sun Zi sebenarnya digunakan untuk mengacu pada seorang filsuf sehingga Sun Zi diartikan sebagai "filsuf Sun." Buku ini juga menjadi salah satu buku strategi militer tertua di dunia dan banyak memberikan pengaruh dalam perencanaan strategi militer baik Dunia Timur maupun Barat, taktik bisnis, dan banyak lagi. Buku yang ditulis sekitar tahun 400—320 SM ini pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716—735 M. Sementara itu, di Eropa, buku ini diperkenalkan oleh Jean Joseph Marie Amiot, yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Perancis. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten E. F. Calthrop, seorang kapten berkebangsaan Inggris.
Menjalani kehidupan itu seperti akan melakukan perang. Entah itu di rumah atau di tempat kerja. Di sana ada tugas, ada tantangan, ada penataan rencana, strategi, menggelar wacana, kopentensi, logika, dan tentu saja ada spekulasi. Ada semangat untuk memenangi sesuatu. Sebuah usaha pun digelar. Ada rencana, ada usaha, ada proses, ada spekulasi, ada eksekusi. Ada juga suara-suara minor. Tentu semua itu bukan suatu hal yang mudah. Sebab selalu saja ada Faktor X yang selalu membayangi. Selalu mengintip. Kita tidak pernah tahu "Faktor X" itu apa dan dengan cara bagaimana dia datang? Namun seperti apa dan bagaimana cara dia datang, insting kita harus ikut bekerja, meskipun hal sekecil apapun harus kita cermati dan bersikap hati-hati. Tidak boleh ada yang lolos dari perhatian kita.
Dalam berperang sangat berhubungan dengan hidup atau mati, atau kita akan mendapat keselamatan atau kehancuran. Karenanya, sebelum berperang segala sesuatunya harus dipelajari dan diperiksa dengan cermat. Harus teliti. Jangan bertindak sembrono. Ini menyangkut masalah kehormatan. Masalah harga diri. Masalah eksistensi. Berperang adalah sebuah keputusan pahit. Sebuah keputusan yang tidak mengenakkan. Berdamai dengan keputusan adalah keberanian mengambil keputusan. Tunjukkan bahwa kita bukanlah pecundang. Kita harus menang, harus jaya, harus merdeka. Kita harus menyiapakan hati kita. Harus menenangkan hati kita. Memantapkan hati kita. Kita harus tetap gagah, tidak boleh menyepelekan sesuatu.
Dalam berperang menerut Sun Tzu Art of War yang disebutkan dalam merencanakan, ada tujuh dimensi yang seorang jendral harus analisis serta bandingkan dengan dimensi musuh, yaitu:
(1) Penguasa mana yang memiliki Pengaruh Moral lebih besar?
(2) Jendral mana yang lebih cakap?
(3) Pasukan mana yang mampu memanfaatkan Langit dan Bumi?
(4) Pasukan mana yang mampu melaksanakan dan menerapkan hukum dan perintah secara lebih efektif?
(5) Pasukan mana yang lebih kuat?
(6) Pasukan mana yang lebih banyak memiliki perwira dan orang-orang yang terlatih secara baik?
(7) Pasukan mana yang lebih mendapat mencerahan dalam pemberian berbagai penghargaan dan hukuman?
Jenderal yang menerapkan berbagai strategi dan rencana saya akan menang bila ia ditempatkan untuk bertempur; dia harus diberikan kekuasaan untuk memimpin. Sementara jenderal yang tidak menerapkan segala strategi dan rencana saya, akan kalah; dia harus diganti.
Disamping menerapkan rencana yang saya ajukan, sang jendral juga harus dapat menciptakan dan mengambil keuntungan dari berbagai keadaan yang berada di luar aturan yang biasa dalam pertempuran militer.
Menciptakan keadaan menuntut seorang jendral untuk bertindak secara menguntungkan sehingga dapat mengendalikan keseimbangan kekuatan.
Setiap pertempuran harus didasarkan pada prinsip penipuan.
Jadi, bila Anda mampu, berpura-puralah bahwa anda tidak mampu; Ketika Anda mampu menempatkan kekuatan prajurit Anda, berpura-puralah Anda tidak mampu melakukannya; Ketika Anda hampir mencapai tujuan Anda, berpura-puralah Anda masih jauh sekali; dan bila Anda masih jauh sekali dari tujuan Anda, berpura-puralah Anda sudah dekat.
Ketika musuh rakus untuk mendapatkan keuntungan kecil, tawarkanlah umpan untuk memikatnya (Jadi ingat perang Troya). Ketika musuh berada dalam keadaan kacau balau dan berantakan, lancarkanlah serangan dengan cepat dan hancurkan dia.
Ketika musuh kuat dan efektif, bersiaplah untuk menghadapinya. Ketika musuh jauh lebih unggul dan sangat ganas, adalah lebih baik untuk menghindarinya.
Jika musuh Anda adalah orang yang mudah marah, carilah jalan untuk menggusarkan dan menjengkelkannya. Berpura-puralah lemah sehingga ia menjadi sombong dan meremehkan Anda.
Ketika musuh beristirahat dalam keadaan segar, gunakanlah berbagai cara untuk membuatnya lelah. Ketika musuh dalam keadaan rukun dan bersatu, gunakan berbagai cara untuk memecahbelahnya.
Seranglah musuh ketika mereka tidak siap. Bergeraklah, muncul dan seranglah daerah-daerah di mana musuh paling tidak memperkirakan kedatangan Anda.
Ini adalah rahasia-rahasia dan prinsip-prinsip untuk memenangkan perang. Namun, semua itu tidak dapat dibahas, diputuskan, dan juga tidak dapat diungkapkan sebelumnya.
Jadi, orang-orang yang melakukan perencanaan sebelum pecahnya perang akan menang jika rencana yang dibuat itu secaramenyeluruh dan terperinci. Orang yang melakukan perencanaan sebelum perang meletus tidak akan menang jika rencana itu tidak menyeluruh dan juga tidak terperinci. Betapa pastinya kekalahan bila seseorang tidak melakukan perencanaan sama sekali. Dengan mengamati bagaimana perencanaan dilakukan, maka kita dapat meramalkan kemenangan dan kekalahan.
Begitulah seharusnya ketika kita dalam menjalani kehidupan untuk memenangkan masa depan, dalam hal meniti karir, dalam usaha, alam berumah tangga, dalam upaya mencapai cita-cita kita. Tidak boleh hanya menutruti apa yang menjadi kata hati. Apa yang ada di depan mata. Bahkan apa yang menjadi logika kita. Kita tidak bisa bergerak dengan secara tergesa-gesa. Atau karena sebuah alasan yang sudah mendesak dada. Kita butuh ketenangan. Kesabaran. Keselarasan. Kemantapan. Kehati-hatian. Dan ketelitian. Sebab kalau tidak rasa penyesalan panjang sudah menunggu kita di depan sana. Entah sampai kapan. Dan jangan sampai terjadi seperti sebuah pepatah: "Bagai buruk muka cermin dibelah". Berpasrah diri itu memang harus. Tapi kita juga wajib berikhtiar, berusaha.
Have a nice day.
Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "SUDAH PERNAH MENDENGAR "SUN TZU OF WAR?""
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.