BAGAIMANA ANDA MELAKUKAN POSTING DI MEDIA SOSIAL
Bukan rahasia lagi keberadaan media sosial sangat merebut perhatian banyak orang. Tidak peduli tentang jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, latar belakang agama, budaya, atau tingkat sosial .
Seiring dengan kemajuan teknologi, cepatnya perkembangan jaman, cepatnya perubahan data, serta mudahnya menerima serta mencari dan mengirim informasi, membuat seolah dunia ada di tangan manusia. Manusia dengan cepat mendapakan serta mengolah itu semua. Gatget memberi peluang untuk itu semua.
Bahkan manusia semakin terlihat tergantung kepadanya. Di setiap detik mata dan tangannya tidak pernah lepas darinya. Manusia selalu mendekap telepon pintarnya. Seolah manusia menyamakan telepon pintarnya dengan nyawanya. Manusia setengah mati menjaganya.
Intensitas dialog menjadi sangat kental. Walaupun hanya melihat gambar, bertukar kata, membaca informasi, atau menyimpan berbagai file tetap saja dikonotasikan sebagai dialog. Dan intensitas dialog ini diakui atau tidak mengalahkan dialog dengan keluarga. Padahal dari segi kepentingan dan prioritas, dialog keluarga tetap saja menempati urutan nomor satu, karena intensitas dialog keluarga sangat mempengaruhi masa depan keluarga. Sehingga pernah digalakkan untuk mengajak orang untuk benar-benar lepas atau free pada jam jam tertentu serta dengan durasi selama waktu tertentu. Banyak orang yang dapat melakukannya, tapi lebih banyak yang tidak dapat melakukannya.
Gatged banyak menghipnotis manusia. Banyak mendikte kehidupan manusia. Begitu banyak "mengacau" kehidupan manusia. Kalau dilihat dari batas ini serasa ada kepiluan hati karena menjadi sangat ironis mengingat gatged adalah buatan manusia. Buah karya munusia, tapi malah memperbudak manusia.
Meskipun harus diakui ada beberapa manusia yang kehidupannya menjadi maju dan menjadi lebih baik serta mapan berkat adanya gatged. Banyak manusia yang masih memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai media berbasa-basi daripada memanfaatkan secara hakiki. Yaitu untuk mencari uang atau mempertajam ilmu yang dipunyainya.
Karena dunia ada dalam genggamannya manusia lalu suka memposting apa yang dipunyainya: keluarga, karier, prestasi, situasi, kondisi, pertemanan, bahkan masa depan.
Intinya mereka ingin berbagi informasi, entah itu yang terkait dengan kegembiraan, kebahagiaan, dan kesedihan. Wujudnya bisa hanya sebatas tulisan, gambar, atau video pendek.
Manusia adalah mahluk sosial. Dan mereka saling berinteraksi di dalamnya. Dia menyadari hidup dalam suatu komunitas dimana di sana dia terkait baik dari kepentingan, kubutuhan, atau sekedar dalam sebuah jaringan informasi. Dan hubungan itu bersifat timbal balik. Bahkan dapat pula didapati dalam tingkat saling mempengaruhi.
Untuk itu mereka sering berkirim kabar. Dengan demikian maka timbullah adegan berselfi sendiri. Lebih lanjut kegiatan ini berbungkus rasa narsis yang disadari atau tidak, bila dikuliti tersembunyi rasa kesombongan karena ada tindakan pamer diri.
Secara keduniawian kegiatan selfi atau berbagi informasi tentang kegiatan diri sendiri itu sah-sah saja dan biasa-biasa saja. Namun secara agamis yang bersandar pada ajaran moral ada yang harus dicermati dan hati-hati. Betapapun timbulnya rasa kesombongan dalam konteks agama harus dijauhi.
Diyakini, dalam koridor agama, setiap dilihat orang, meskipun kelak kita sudah meninggal apapun yang kita posting bila dengan dilembari rasa kesombongan akan mendatangkan dosa di alam sana. Sebaliknya walaupun kita sudah meninggal, setiap dilihat orang, postingan kita yang mendatangkan manfaat atau ilmu tentang kebenaran, akan selalu mendatangkan pahala di alam sana.
Bila kita memposting makanan walau dari rumah makan terhebat sekalipun, maka makanan yang kita posting itu memang tetap enak rasanya tetapi menjadi tidak berkah karena kita pamerkan.
Ketika kita akan sholat tahajut lalu mengirim sms atau wa dengan tulisan "mari sholat tahajut", walau itu dimaksudkan sebagai ajakan maka itu akan menciderai pahalanya, karena ketika kita akan sholat tahajut kita tidak perlu mempamerkannya kepada orang lain. Tapi bila misal jam 10 pagi kita mengirim sms atau wa dengan tulisan "jangan lupa ya nanti malam sholat tahajut" ya tidak apa-apa, karena kita sekedar mengingatkan. Jadi walau bermaksud mengajak beribadahpun kita perlu bertindak hati-hati agar jauh dari rasa kesombongan.
Memang ini agak repot. Tapi bila kita mau berpikir dengan hati dingin hal di atas bermaksud mengajak berbuat baik. Secara umum kemudahan berinteraksi dengan media sosial harus disikapi dengan sikap yang cerdas dan jangan ambigu. Dengan demikian kita dapat menggunakan media sosial dengan hasil yang tepat guna dan berhasil guna.
Media sosialpun seperti facebook, twitter, dan sebagainya sudah memberi petunjuk "apa yang anda pikirkan" bukan "apa yang akan anda pamerkan?". Nah.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "BAGAIMANA ANDA MELAKUKAN POSTING DI MEDIA SOSIAL"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.