IBLIS LAGI, LAGI-LAGI IBLIS
Dalam Alquran ada ayat yang menggunakan"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah dia sebagai musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 5). Dan tidak ada salahnya meskipun merupakan musuh besar tapi harus dikenali. Setidaknya disana tentu ada hikmah yang dapat kita ambil serta dicermati agar kita dapat lebih berhati-hati dalam melangkah untuk menapaki hidup dalam kehidupan sesuai dengan kehendak Allah SWT.
Nama asli Iblis adalah Al Harits. Dia pernah dipercaya Allah SWT untuk menjaga Surga. Sedangkan di kumpulan para Malaikat Iblis mempunyai nama panggilan Azazil. Dan dia dulu merupakan penghulu para Malaikat. Dan dia sudah beribadah kepada Allah SWT selama 1.500 tahun. Dengan demikian meskipun menolak untuk bersujud kepada Adam, Iblis pernah melakukan ibadah kepada Allah SWT dan sampai sekarangpun Iblis masih sangat merasa takut kepada Allah SWT. Bandingkan dengan mereka orang yang sampai sekarang tidak pernah beribadah dan merasa takut kepada Allah SWT. Maka tidak berlebihan kalau orang yang begini ini lebih nekat dan hebat daripada Iblis. Dan Iblis tidak perlu repot-repot untuk menggoda. Orang itu telah menjerumuskan dirinya sendiri. Nauzubillah mindzalik.
Sehingga dalam surah al-Baqarah hal itu tercatat, “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; dia enggan dan takabur dan adalah dia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Untuk itulah harus diakui kita bahwa selama ini selalu membayangkan iblis dengan berbagai hal yang negatif, padahal banyak sekali hal-hal yang positif yang bisa kita ambil pelajaran darinya.
Pertama: ibadah tidak dapat menjamin kita masuk ke dalam surga, makanya kita harus berhati-hati dan selalu berdoa kepada Allah SWT supaya ketika kita nanti meninggal dunia dalam keadaan husnul khatimah. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya kedalam surga, dan menyelamatkannya dari neraka. Tidak juga dengan aku, kecuali dengan rahmat Allah SWT.” (HR. Muslim).
Dan itulah yang dialami oleh Iblis, ibadahnya kepada Allah selama 1.500 tahun lamanya, hilang begitu saja, sebagai akibat dia ingkar dan tidak mau mematuhi perintah Allah SWT. Inilah pelajaran bagi kita umat Nabi Muhammad saw agar nasib kita tidak seperti Iblis.
Bahkan dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw bertanya kepada Malaikat Jibril, mengapa dia menangis. Jibril menjawab: Dia tidak tahu bagaimana masa depannya. Makanya dia takut nasibnya seperti Iblis yang sebelumnya ahli ibadah, tetapi tiba-tiba bisa dilemparkan ke neraka oleh Allah Swt.
Bandingkan pula, Iblis pernah ada di Surga tapi dengan berbuat kesalahan satu saja kepada Allah SWT, dia dikeluarkan dari Surga. Bagaimana bisa kita yang belum pernah ada di Surga dengan mempunyai banyak kesalahan kepada Allah SWT malah sangat berharap dapat masuk Surga?
Kedua: Sabar dan tatennya Iblis dalam menggoda manusia dibuktikan dengan berbagai cara yang dia lakukan untuk terus menggoda manusia, dimulai dari manusia bangun tidur, beraktivitas, dan tidur lagi. Apabila cara pertama tidak berhasil, dia akan menggunakan cara kedua dan seterusnya sampai dia berhasil memperdayai manusia. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari pada hadis ke 1.142, “Setan mengikat manusia dengan tiga ikatan ketika seseorang tidur, apabila seseorang bangun tidur dan berzikir maka lepaslah ikatan pertama, dan apabila dia pergi untuk berwudhu, maka lepaslah ikatan kedua. Dan apabila dia shalat maka lepaslah ikatan yang ketiga”
Sabar dan telaten inilah yang perlu kita tiru dari iblis, sehingga kita tidak pernah mengeluh kepada diri kita sendiri bahkan kepada Allah SWT, sehingga kita terus berusaha untuk mencapai hasil yang lebih baik. Dr. Yasir Burhami didalam bukunya “A’malul Qulub”, beliau membagi sabar itu menjadi tiga; sabar dalam taat kepada Allah SWT, sabar untuk tidak berbuat maksiat dan sabar terhadap ujian yang diberikan oleh Allah. Iblis saja bisa bersabar kenapa kita tidak bisa?
Ketiga: Cara kerja Iblis terkontrol dan terorganisir dengan sedemikian rupa, sehingga masing-masing anak buah Iblis memiliki tugas yang jelas, dan tugasnyapun berbeda-beda pula; ada yang yang menggoda manusia untuk berbuat maksiat, ada yang membuat manusia lalai dalam shalatnya, ada yang menggoda manusia ketika berwudhu’, ketika tidur, berinteraksi sosial, makan, minum dan sebagainya, sehingga tidak ada anak buah Iblis yang mencampuri urusan (tugas) anak buah Iblis yang lain, bahkan kerjanya sangat professional dan efektif. Kalau misi mereka tidak berhasil, mereka akan dikumpulkan oleh raja Iblis dan digantikan posisinya dengan Iblis yang lain. Makanya anak buah Iblis takut sekali kepada rajanya, oleh karena itu dia bekerja semaksimal mungkin agar posisinya tidak digantikan dengan yang lain.
Ketika kita bekerja dalam satu tim, maka sebaiknya belajarlah dari timnya Iblis, tidak pernah ikut campur dengan urusan dan tugas orang lain bahkan sibuk untuk mengurus tugasnya sendiri dan bekerja menurut tugas yang dibebankan kepadanya. Dan hendaklah bagi seseorang pimpinan belajarlah dari Iblis, dimana kalau ada bawahannya yang tidak maksimal kerjanya dan tidak sesuai dengan target yang diinginkan maka digantilah dengan yang lebih baik sebagaimana yang dilakukan oleh Iblis.
Keempat: ada dua kata kunci Iblis di depan Allah Swt tatkala Iblis dalam posisi terjepit: Pertama adalah lafaz, Inni akhafullah (Saya takut kepada Allah). Dalam Alquran, kata-kata ini disebutkan oleh iblis sebanyak tiga kali; dua kali dia ucapkan ketika berada di dunia (salah satunya ketika akan berlangsungnya perang Badar) dan sekali lagi ia ucapkan di akhirat tatkala dia berdebat dengan manusia di dalam neraka, seakan-akan Iblis ingin mengatakan, saya lebih baik dari pada kalian, walaupun saya seperti ini, saya tetap sangat takut sekali kepada Allah SWT.
Kedua adalah lafaz fabiizzatika, yang artinya atas nama kemulianmu ya Allah, ini dia ucapkan ketika dia ingin memperdayai manusia dia minta izin dulu kepada Allah SWT, sebagaimana yang dia lakukan terhadap Nabi Aiyub as, “Demi kekuasaan-Mu ya Allah, aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shaad: 82).
Dua kata kunci inilah yang perlu kita tiru dari iblis; yang pertama, lafaz inni Akhafullah. Lafaz inilah yang jarang sekali kita ucapkan tatkala kita diberikan cobaan oleh Allah Swt, bukannya kita takut kepada Allah karena sudah diberikan peringatan, tetapi kita selalu menyalahkan Allah dan selalu negative thinking kepada Allah.
Yang kedua adalah lafaz fabiizzatika. Ketika kita ingin memudharatkan orang lain; apakah kita teringat kepada Allah SWT? Apakah kita meminta izin kepada Allah SWT terlebih dulu? Pasti tidak. Oleh karena itu, kita harus banyak belajar lagi dari iblis terhadap sesuatu yang belum bisa kita lakukan. Jangan sampai iblis laknatullah bisa melakukannya, tetapi kita tidak bisa.
"Sebab dia telah diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah SWT tentang makrifatullah tentang perbendaharaan langit dan bumi," tulis At Turjani.
Ilmu yang didapat iblis itu didapat melalui ibadah-ibadah yang pernah dia lakukan. Atas ketinggian ilmunya ini sehingga dia pun mendapat gelar ‘abid (ahli ibadah). "Namun ternyata ilmu yang dimilikinya tidak bermanfaat sama sekali," kata At Turjani.
Karena semua ilmu yang dia miliki hanya berupa ilmu pengetahuan tanpa diamalkan, dan juga ilmunya tidak diarahkan untuk mengetahui kehendak hendak Allah SWT.
Jika saja Iblis mempergunakan ilmunya untuk mengetahui kehendak-kehendak Allah SWT, pastilah dia termasuk makhluk yang tawadu dan memahami tentang kehambaan. "Sehingga apapun perintah yang diperintahkan Allah SWT pasti dia akan menaatinya, termasuk sujud kepada Adam," katanya.
Akan tetapi ternyata Allah SWT berkehendak lain, Iblis yang berilmu itu termasuk makhluk takabur dan akhirnya tergolong kafir yang dan membangkang.
Kemudian kalau saja kemuliaan dan kebahagiaan itu Allah SWT letakkan di dalam harta benda, tentu orang yang paling mulia dan bahagia adalah orang yang banyak memiliki harta benda. "Dan orang tersebut pastilah Qarun,” katanya.
Sebab Qarun ketika dia belum menjadi kaya dia adalah termasuk yang berilmu dan dia juga termasuk kerabat dekat Nabi Musa AS. Tatkala dia masih miskin Musa mengajarinya sebuah ilmu kepadanya sehingga dia termasuk orang yang menguasai ilmu pengetahuan itu. Dengan kemampuannya itu lah dia, kian hari kian menjadi kaya, bahkan orang paling kaya di kalangan kaum Nabi Musa, ternyata kebahagiaan itu tidak terletak pada harta benda yang banyak, justru apabila Allah mengaruniakan harta kepada seseorang bisa dikatakan marabahaya.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "IBLIS LAGI, LAGI-LAGI IBLIS "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.