HUBUNGAN KODEPENDESI PERLU DISIKAPI
Setiap orang pasti mempunyai keinginan mempunyai masa pernikahan yang indah dan damai dengan pasangannya. Sejak awal pada masa pacaran bayangan yang indah tersebut menjadi obsesi. Dapat menikahi orang yang sangat dicintai, mempunyai keturunan, dan dapat berjalan abadi adalah dambaan setiap orang.
Tapi dalam menapaki proses perjalanan hidup di kehidupan ini keadaan dapat saja berubah menjadi berbeda dari seperti apa yang direncanakan. Terjadi banyak timbul masalah. Pasangan ternyata mempunyai kebiasaan jelek, bosan, pasangan selalu menekankan kehendaknya. Bahkan sampai ada yang merasa sampai tidak dapat teratasi. Meskipun pada dasarnya dulu karena ada rasa saling mencintai maka ada pasangan yang selalu berusaha untuk bertahan mengingat mereka dulunya mempunyai rasa ingin saling memiliki. Bahkan ada yang mampunyai rasa ketergantungan dari sebuah hubungan.
Maka oleh para pakar disebutlah ada istilah kodependensi.
Kodependensi adalah kecanduan hubungan. Seorang kodependensi cenderung menghindari ketidaknyamanan atau masalah emosional demi memenuhi keinginan pasangannya. Dan itu bisa dilakukan dalam kondisi tenang atau panik. Mereka ingin menyelamatkan hubungan. Namun sesungguhnya mereka mempunyai reaksi. Orang-orang yang mempunyai hubungan kodependensi sering kali merasa ketakutan bila pasangan mereka menghilang walau sebentar saja.
Pada dasarnya bergantung kepada pasangan adalah merupakan hal yang wajar. Namun seiring berubahnya waktu maka keadaan bisa berubah menjadi tidak sehat karena sangat bergantung pada pasangannya. Apalagi permasalahan dapat timbul karena ada unsur mendekte. Lantas ada pertanyaan: Siapa yang mendekte siapa?
Malah karena untuk menyenangkan pasangan, atau sampai menutupi perilaku buruk, mereka tidak segan untuk melakukanya. Dan tentu saja itu sebuah tindakan yang tidak sehat. Oleh karenanya harus menjadi peringatan bagi mereka yang sedang menjalani hubungan kodependensi. Hubungan saling tergantung yang paling ekstrem adalah rela mengorbankan kenyamanan diri sendiri untuk orang lain (pasangannya).
Menurut para ahli kejiwaan, dapat dicermati ada tujuh tanda-tanda dalam sebuah hubungan kodependensi, seperti yang dimuat Readers Digest:
1. Menutupi kecanduan alkohol atau narkoba pasangan.
Pada pasangan yang kecanduan alkohol, obat-obatan terlarang, dan hal-hal yang berbahaya biasanya akan membuat pasangan ingin membantu menghentikan kebiasaan buruk tersebut. Dan hubungan kodependensi terjadi bila pasangannya menutupi kebiasaan buruk pasangan demi melindunginya. Misalnya, saat pasangan yang mabuk tidak masuk kerja, si pasangan membantu dengan berkata bohong kepada atasannya. Ini payah.
2. Mendahulukan kebutuhan pasangan demi menyenangkannya.
Kebutuhan pasangan menjadi lebih penting daripada kebutuhan sendiri terjadi dalam hubungan yang tidak mandiri. Pada akhirnya, hal ini malah justru dapat melemahkan hubungan dan menghilangkan kebutuhan salah satu pasangan.
3. Melakukan lebih daripada seharusnya dalam hubungan.
Dalam hubungan yang saling tergantung, satu pasangan cenderung melakukan lebih banyak pekerjaan daripada pasangan lainnya. Itu mungkin karena satu pasangan tidak merasa mampu melakukan lebih dari itu, atau bisa juga karena pasangan itu manipulatif atau egois. Apa pun situasinya, hubungan akan menjadi tidak sehat jika salah satu pasangan melakukan sebagian besar tugas dan pekerjaan. Maka dapat dikatakan akan terjadi sebuah hubungan yang tidak adil dan seimbang.
4. Merasa ingin melepaskan diri tetapi tidak bisa.
Jika kita mulai merasa terjebak dalam sebuah hubungan, perhatikan nilai apa yang ada dalam kehidupan kita. Psychology Today melaporkan bahwa hubungan membutuhkan otonomi. Mencurahkan waktu bersama memang dapat mendekatkan pasangan. Namun ada beberapa batas pribadi yang jika dilanggar dapat menyebabkan kerusakan besar pada sebuah ikatan.
5. Sulit menentukan batasan.
Batasan yang sehat diperlukan dalam sebuah hubungan yang sehat. Jika sulit menetapkan batasan dalam hubungan, evaluasi apa penyebabnya. Bagi sebagian orang, gagasan menjaga jarak antara mereka dan pasangan mereka mungkin keliru. Namun menurut Psych Central, menetapkan batasan justru akan membantu menciptakan lingkungan yang saling menghormati dan meningkatkan kedekatan.
6. Ketakutan akan ditinggalkan.
Orang-orang dalam hubungan kodependensi sering kali ketakutan ketika pasangan mereka menghilang meski sebentar. Jika menghadapi ketakutan yang sangat besar akan ditinggalkan oleh pasangan, si pasangan mungkin akan bertindak ekstrem untuk mempertahankannya. Hal ini dapat menyebabkan berbagai perilaku dan pola tidak sehat yang pada akhirnya dapat merusak hubungan.
7. Sulit berkata "tidak" kepada pasangan.
Pasangan merasa perlu mengatakan "ya" kepada pasangannya, meskipun sangat ingin mengatakan tidak. Jika pasangan mengharapkan pasangannya untuk selalu setuju dengan mereka, jelas mereka tidak bertindak secara adil serta tidak mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan pasangannya. Unsur egois mendominasi pada hubungan semacam ini.
Menjalankan hubungan kodependensi memang agak rumit. Tapi ketika sebuah hubungan diijalankan dengan cara saling menghormati, saling menghargai, saling terbuka, dan saling memiliki maka hubungan akan berjalan seimbang dan langgeng. Pertanyaannya bisakah terus dalam keadaan begitu?
Itu semua dapat berjalan dan dak hanya membutuhkan sebuah perjuangan tapi juga membutuhkan sebuah keterbukaan, persiapan dan kedewasaan. Tidak ada sebuah kebaikan hubungan yang datang secara tiba-tiba tanpa diusahakan.
Have a nice day.
NB: Dari berbagai sumber. Silahkan diklik garis sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "HUBUNGAN KODEPENDESI PERLU DISIKAPI"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.