Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERNAHKAH KITA MENGELOLA MANAJEMEN KONFLIK PRIBADI?

Suatu ketika anda ingin berbuat begini atau begitu. Pertanyaannya adalah..

Suatu ketika anda ingin menjadi ini atau itu. Pertanyaannya adalah..

Ketika anda berpikir ingin menikah dengannya. Pertanyaannya adalah..


Dalam menjalani hidup betapa banyak keinginan yang muncul dalam benak pikiran kita. Betapa banyak yang ingin kita dapatkan. Betapa banyak muncul beberapa pilihan yang ada di hadapan kita. Kemudian lantas kita menjadi kebingungan sendiri karenanya, baik yang karena kita merasa mampu untuk menggapainya maupun yang karena kita merasa tidak mampu untuk menggapainya. Hasilnya, kita menjadi diam, tergugu dalam bisu.

 

Tapi jangan salah, karena ada hal yang menurut kita, sebenarnya itu realistis untuk bisa kita dapatkan dan ada yang tidak realistis. Namun terkadang apa yang sebenarnya menurut kita itu realisits untuk kita dapatkan tapi pada kenyataannya tidak dapat kita peroleh. Sedangkan yang tidak realistis malah justru dapat kita peroleh, walaupun tidak sesempurna seperti yang kita harapkan.


Oleh karena itu "Pertanyaannya adalah.." sebuah frasa kata yang tidak dapat terlepas dari segala apa yang menjadi keinginan kita. Karena frasa tersebut merupakan substansi masalah tersebut. Substansi adalah komponen mendasar yang membangun segala hal yang kita inginkan. Adalah merupakan konsep yang mendasar atas terbentuknya sesuatu. Kita sangat memerlukan substansi itu.


"Pertanyaannya adalah.." membawa kita untuk berinstropeksi diri. Untuk melihat kemampuan kita. Karena mempunyai keinginan tanpa didukung adanya kemampuan adalah sesuatu "yang tidak mungkin". Tidak logis. Lebih besar pasak daripada tiang. Keinginan yang terlalu muluk. Tidak realisitis. Betapapun bertanya dulu kepada diri kita sendiri adalah sebuah langkah berani yang luar biasa. Mawas diri adalah sebuah kejujuran. Tidak berani berinstropeksi alias mawas diri berarti melakukan kamulfase alias melakukan sebuah kebohongan alias menipu diri sendiri. Hanya untuk menghibur diri.


Apa yang diuraikan di atas sebenarnya adalah sebuah "Manajemen Diri Sendiri". Memang tidak mudah mengelola diri sendiri, memerintah diri sendiri. Mungkin kita sudah terbiasa dan bisa memerintah serta mengatur orang lain. Namun kepada diri sendiri belum tentu. Terasa lebih sulit. Padahal logikanya kita tentu sangat lebih mengenal diri kita sendiri. Lebih paham. Maka ada benarnya ada pepatah yang berbunyi "Nyamuk di seberang lautan nampak jelas kelihatan namun gajah di pelupuk mata tidak kelihatan".


Dalam mengelola Manajemen Diri pada dasarnya sama dengan mengelola Manajemen Konflik pada umumnya. Manajemen konflik merupakan proses untuk mengelola konflik dengan menyusun strategi yang dilakukan oleh pihak yang memiliki konflik sehingga mendapatkan resolusi yang diinginkan. Sementara itu, dalam sudut pandang demokrasi, manajemen konflik berbicara mengenai bagaimana konflik ditangani. Cara penanganan konflik di dalam manajemen konflik ini biasanya dilakukan secara konstruktif dan membawa pihak yang berkonflik ke dalam suatu proses yang kooperatif serta dapat merancang sistem kooperatif yang praktis untuk dapat mengelola perbedaan secara konstruktif.   


Meskipun ini masalah Manajemen Konflik dengan diri sendiri biasanya tetap saja berhubungan dengan beberapa orang yang ada di sekitar kita. Karena bukan tidak mungkin mereka juga yang akan merasakan efeknya. Artinya konflik harus dikoelola dengan baik . Sehingga dapat membatasi berbagai aspek negatif dan bahkan mampu meningkatkan aspek positif dari terjadinya konflik tadi. Bagaimanpun itu memerlukan perencanaan yang merupakan bagian yang rasional dan bersifat iteratif alias reptitif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik perencanaan terus mengalami penyempurnaan sampai mencapai model ideal. Jangan tergesa dalam mengambil keputusan. Tidak perlu mencari yang sempurna. Yang ideal saja. Meskipun harus disadari ideal bagi kita belum tentu ideal bagi orang lain. Setidaknya ideal lebih dapat diterima dan tidak sesulit untuk mencapai yang sempurna.


Intinya, walaupun itu adalah masalah pengambilan keputusan atas masalah atau keinginan pribadi, kita harus mempertimbangkan dan mau mendengarkan pendapat orang lain atau mereka yang ada di sekitar kita. Bagaimanapun orang lain bisa jadi mereka lebih teliti dan cermat dalam menilai kemampuan kita. 


Bagi mereka yang mempunyai keyakinan yang kuat dalam beragama, ada saja faktor X (campur tangan Tuhan) dalam terjadinya suatu peristiwa. Namun demikian adalah kewajiban kita untuk berjuang secara maksimal demi mendapatkan sesuatu. Apapun nanti hasilnya.


Selamat berjuang!.


Have a nice day.




Notes: Dari berbagai sumber. Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.




1 komentar untuk "PERNAHKAH KITA MENGELOLA MANAJEMEN KONFLIK PRIBADI?"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel