Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KEUNIKAN SUASANA HARI RAYA IDUL FITRI

Sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H (Tahun 2022) akan tiba. Meskipun jelas itu bukan pertama kali kita merayakan sebuah Hari Raya Idul Fitri, namun tetap saja kita merencanakan berbagai kegiatan formal dan non formal seperti yang sudah kita lakukan di tahun-tahun yang lalu ataupun di tahun-tahun yang akan datang di acara yang sama. Bukannya kita kurang pekerjaan Merayakan Hari Raya Idul Fitri sebagaiman tuntunan dalam agama adalah cerminan kita dalam merayakan sebuah kemenangan dalam sebuah pertempuran besar yaitu dalam melawan nafsu kita sendiri. Saya tidak akan menceritakan bagaimana teknisnya cara menyiasati dan memenangkan pertempuran besar itu karena saya percaya anda lebih tahu dan pintar daripada saya.


Meskipun merayakan Hari Raya Idul Fitri yang sering diimplentasikan dalam acara silahturahni dan halal bihalal, nuansanya menjadi sangat formal sehingga menjadi "acara wajib" yang harus kita selenggarakan. Jadi sempat tidak sempat acara itu harus diselenggarakan. Yang terasa utama dan penting adalah acara silahturahmi kepada orang tua dan kepada para saudara. Bungkusnya adalah acara saling meminta maaf dan saling memberi maaf. Meskipun konteks ini sangat dianjurkan oleh Allah SWT, konon tradisi acara halal bihalal hanya ada di Indonesia. Bahkan pada akhirnya melebar ke acara sosial bahkan ke ranah bisnis dan politik yang pada gilirannya dapat merambah ke arah konsolidasi dan bernegoisasi.


Dengan demikian acara silaturahmi terbukti menjadi alat senjata yang dirasakan sangat ampuh. Apalagi ditambah dengan acara halal bihalal yang menyiratkan untuk menyingkirkan rasa sombong dan angkuh, 2 hal yang dirasa susah untuk menjadi alat tawar menawar di ranah politik dan bisnis. Halal bihalal dapat meleburkan kekakuan dialog yang harus diakui selalu dalam cengkeraman rasa "siapa yang butuh". Saling maaf memaafkan dapat mencairkan kedalam rasa "semua sangat membutuhkan". Akan terasa aneh dan lucu bila ada pihak atau orang yang secara terang-terangan tidak membutuhkan adanya konteks halal bihalal yang sudah mentradisi ini.


Adanya pengeluaran beaya ekstra tidak dapat terelakkan. Mulai dari beaya transpot hingga akomadasi. Bahkan bagi mereka yang mempunyai banyak keponakan terutama yang berusia 15 tahun ke bawah, harap bersiap diri menyediakan uang jajan bagi mereka yang terkadang jumlahnya tidak sedikit itu.


Salah satu kegiatan perayaan Hari Raya Idul Fitri yang tidak mungkin diabaikan adalah membalas dan mengirim SMS atau WA Lebaran. Luar biasa peran SMS atau WA ini dalam menyiapkan paket lebaran yang praktis, efisien dan murah. Dapat diduga anda pasti mempunyai hp pintar yang didalamnya ada aplikasi WhattsApp (WA). Berbeaya gratis, kecuali untuk memperpanjang penggunaan nomor hp anda yang sudah sangat diindetikkan dengan keberadaan diri anda baik di WA itu atau bukan dan harus membeli pulsa ke pemilik kartu (vendor).


Menyapa lewat WA ini begitu mudah dan praktis. Tidak hanya kalimat saja kita juga dapat mengirimkan gambar, bahkan berbicara langsung melalui fiture video call dalam  sebuah grup. 


Tapi itulah yang terjadi sebuah berkah, terkadang juga menggandeng musibah. Saking praktis dan asyiknya mengirim pesan malah tidak terasa menyita waktu dan kegiatan kita. Lucunya sudah jauh-jauh kita mudik, sudah capai kita bepergian kesana kemari menemui kerabat dan saudara, namun setelah ketemu, kerjaan kita cuma memencet-mencet keypad handphone belaka. Suami, istri, anak-anak asyik pada mencet. Maka lupalah kita pada saudara jauh yang sedang berada di depan mata. Namun apa mau dikata, mereka  juga sedang asyik mencet seperi kita. Jadilah seperti arena sedang berlomba mencet. Inilah paradoks handphone yang hebat itu, dia dapat mendekatkan orang jauh dan dapat menjauhkan orang dekat. Bayangkan, untuk bermaaf-maafan dengan teman sekampung saja melalui pesan WA. Dan karena saktinya, bunyi kalimatnya berulangkali hanya seperti itu-itu saja. Maklum, hasil produk copy paste. Maka setiap kali kita mendengar dering pesan di handphone kita, kita menjadi tidak tegang lagi. Ah paling begitu-begitu juga. Kita memang tersanjung atas kiriman pesan dari para sahabat, dan kerabat itu. Kita mencintai mereka dan mereka pun pasti mencintai kita. Tapi sebagaimana layaknya orang yang mencintai, dia sebenarnya menolak untuk dimadu. Jika pesan yang kita terima adalah juga pesan yang dikirim ke banyak manusia, apa boleh buat, kita terpaksa merasakan dilema perasaan itu: Bahagia karena dicintai sekaligus sedih karena dimadu.


Maka demikianlah romantika dalam merayakan Hari Raya Idul Fitri. Ada rasa senang, ada rasa bahagia, tapi juga terselip rasa geregetan karena menemui hal-hal yang terasa menjengkelkan kita.


Have a nice day.






Notes: Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan dan tahun kapan tulisan dimuat. Insyaallah setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.


2 komentar untuk "KEUNIKAN SUASANA HARI RAYA IDUL FITRI"

  1. Tks pak guno itu tulisan baru apa lama...njih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tulisan lama yang direviuw lagi. Salam saya untuk keluarga tercinta di rumah ya? Nuwun.

      Hapus
Guno Display
Guno feed
Guno Artikel