Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SERINGKAH ANDA (PARA SUAMI) MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH?







Saya sangat yakin, sebagai seorang suami, bukan hanya saya saja yang mengerjakan pekerjaan ini. Banyak para suami di luar sana yang mau dan iklhas mengerjakan pekerjaan rumah ini. Ini bukan pekerjaan kotor, meskipun nyatanya kalau tidak hati-hati dapat membuat pakaian menjadi basah dan kotor. Pekerjaan itu adalah: Menguras bak kamar mandi.



Menguras bak kamar mandi bukan soal asing bagi saya. Sejak kelas 3 Sekolah Dasar saya sering membantu kakak saya menguras bak kamar mandi. Dasar anak masih kecil, sekalian pelaksanaan tugas yang seharusnya merupakan pekerjaan malah juga menjadi arena mainan. Malah pernah saudaraku yang seumuran denganku ketika bermalam di rumahku kuajak melaksanakan tugas yang sesungguhnya menjadi arena bermain itu secara sukarela. Tentu saja dia merima tawaranku dengan senang hati. Padahal waktu itu belum waktunya bak kamar mandi dibersihkan. Dinding bak dan airnya masih bersih. Tidak masalah. Toh tidak ada pembantu di rumah kami.



Ketika saya berumah tangga pelaksanaan pekerjaan ini banyak didominasi oleh istri. Saya pernah mencoba memintanya, semula tidak diperbolehkan, katanya bisa kecapekan. Dia merasa kasihan kepada saya. Maklum saya sering mempunyai banyak perkerjaan di kantor maupun di luar kantor. Padahal menguras bak kamar mandi saya anggap sebagai pekerjaan refereshing. Sebagai selingan. Sebagai hiburan. Akhirnya saya sering nekat dengan mendahului jadwalnya istri saya tentang itu.

Harus diakui sangat banyak item pekerjaan yang dilakukan oleh seorang isteri. Mengerjakan ini, mengerjakan itu. Belum selesai mengerjakan pekerjaan sini, mengerjakan pekerjaan sana. Memasak, mencuci, menjemur, menyapu, mengepel, menjahit, dan sebagainya. Kalau diukur memakai meteran barangkali setiap hari dia berjalan sepanjang 10 kilometer selama bolak-balik menjelajahi setiap sudut ruangan rumah, teras, dan halaman. Rumah saya tidak luas dan besar, tapi dalam melakukan aktifitas sehari-hari capainya cukup lumayan. Bahkan pernah saya dibantu dengan putra saya, rencananya dalam sehari mengerjakan pekerjaan di rumah, tapi belum genap jam 12 siang kami sudah mencapai kelelahan yang luar biasa. Padahal tidak lebih dari 5 item tugas yang kami kerjakan, tapi kami sudah KO.



Memang banyak sekali pekerjaan rumah tangga yang dikerjakan setiap hari oleh istri. Begitu banyak rupanya item pekerjaan itu yang celakanya tak semuanya mudah diidentifikasi. Jenisnya tak pernah jelas tetapi kelelahannya demikian tegas. Ibu Rumah Tangga adalah sebuah status sosial namun masalah identitas kopetensinya tidak kalah dengan aturan kopetensi dari sebuah intansi.

Itulah mengapa seorang istri bisa amat terpukul dan kecewa setengah mati bila pekerjaannya tidak diapresiasi, tidak dihargai. Tidak dianggap mengerjakan apa-apa hanya karena hasilnya tidak kelihatan dan suasana rumah tampak tidak ada perubahan. Pekerjaan seorang istri adalah jenis pekerjaan sunyi. Dan itulah jenis pekerjaan yang memang tidak pernah berujung karena selalu sambung menyambung serasa tidak ada habisnya.

Para suami tentu mengetahui dan mengalami sendiri bahwa mengerjakan pekerjaan rumah tidak pernah berhenti. Bila anda kerjakan hasilnya dapat membuat anda sesak napas, kelelahan dan berhenti di tengah jalan. Selesai mengerjakan ini muncul itu, dan setrusnya. Setelah merapikan kamar ingin merapikan pakaian, namun ternyata ada juga merapikan mainan anak, belum juga ada merapikan tulisan, merapikan semua arsip lama, ada ini, ada itu, ada anu, yang semuanya butuh dikembalikan, dirapikan dan ditata ulang. Setelah satu sudut rapi, sudut yang lain jadi terlihat brengsek. Ada yang suka menaruh pakaian secara sembarangan, ada kaos kaki yang kemarin begitu sulit dicari ternyata hanya menggeletak di sini, dan sebagainya. Banyak diketemukan pelangaran akibat indisipliner. Namun celakanya di antara pelanggar itu ternyata juga saya sendiri.



Dapat dibayangkan, saya menikmati refreshing tapi juga menikmati satu atau beberapa buah kejengkelan. Dan saya tidak dapat membayangkan derita yang selama ini pasti diderita istri, termasuk ketika harus menguras bak kamar mandi. Betapa lama saya hanya mandi tanpa pernah lagi menguras bak mandi tadi. Dengan kata lain berarti sudah lama istri saya mengalami penderitaan ini. Pekerjaan yang sangat melelahkan tetapi tidak kelihatan.

Untuk itulah saya bertekad untuk tidak akan mengeluh ketika membereskan pekerjan di rumah. Saya harus tetap bersemangat, sabar dan iklhas. Ini bukan masalah pekerjaan yang akan membuat capai atau tidak, tapi akan saya anggap sebagai persiapan membuat sebuah persembahan perkawinan. Akan saya buktikan bahwa hadiah perkawinan adalah sesuatu yang amat murah dan jika mau setiap hari bisa saya berikan.




Have a nice day.


Posting Komentar untuk "SERINGKAH ANDA (PARA SUAMI) MENGERJAKAN PEKERJAAN RUMAH?"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel