MENGURAI MASALAH PERCERAIAN
Pernahkah anda membayangkan sepasang suami istri yang sedang berbaring akan tidur malam tiba-tiba salah seorang berkata dengan nada datar, "Besok pagi aku akan melayangkan gugatan cerai."
Bisa diduga perkataan itu akan sangat mengaggetkan pasangannya. Walaupun mungkin sudah dapat diduga sebelumnya oleh pasangannya bahwa akan ada omongan semacam itu. Jadi ya meskipun kaget tetapi tetap merasa kaget meskipun tidak kaget sekali. Yang omong tadi bisa dari pihak suami bisa juga dari pihak istri.
Maaf, saya tidak bermaksud membahas permasalahannya. Tapi inti timbulnya permasalahan. Dan mari kita belajar bersama.
Pokok permasalahan bisa karena adanya pihak ketiga atau bukan. Bisa kita duga pokok permasalahan biasanya karena adanya masalah interen. Sedang adanya kehadiran pihak ketiga biasanya sebagai imbas adanya masalah interen dulu. Pihak ketiga yang tiba-tiba hadir dan dapat merebut perhatian permasalahan memang bisa terjadi tetapi sangat jarang terjadi. Bahwa kehadiran pihak ketiga kemudian menjadi kambing hitam sudah biasa terjadi.
Saya bukan seorang psikiater atau ahli dalam bidang masalah perkawinan. Tapi masalah ini sangat umum terjadi. Untuk itu mari kita cermati secara umum dan kita saling belajar. Saya sangat menunggu masukan dari anda semua.
Masalah internal yang menjadi permasalahan tentu tidak terjadi secara instan. Pasti sudah terjadi akumulasi baik secara perlahan maupun cepat bahkan terasa signifikan. Biasanya pula, kegagalan berkomunikasi yang baik juga dapat menambah pemicu ruwetnya permasalan.
Bola salju terus menggelinding dan sangat berpotensi bertambah besar. Bola salju dapat menyeret unsur lain untuk bergabung sehingga dapat menambah masalah. Baik bergabung dengan permasalahan yang ada atau membentuk menjadi permasalahan baru lagi. Kalau tambah permasalahan baru, permasalahannya bertambah semakin rumit.
Berbagai stimulan bisa memperuncing permasalahan. Berbagai stimulan bisa datang dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Kedatangannya dapat berefek secara sporadis atau tidak. Signifikan atau tidak.
Secara umum, kasus perselingkuhan sering menjadi penyebab perceraian. Padahal tidak hanya itu, tetapi ada beberapa hal. Dari pengamatan beberapa ahli penyebab terjadinya perceraian antara lain: Selain perselingkuhan, penyebab perceraian pada pasangan juga bisa berasal dari kondisi ekonomi keluarga, masalah kecanduan, situasi stres yang berdampak parah, hingga masalah ketidakcocokan yang dialami pasangan. Beberapa penyebab ini memang sering menjadi pangkal masalah dalam pernikahan yang berujung perceraian.
Secara singkat mari kita kita kenali satu persatu.
Perselingkuhan.
Perselingkuhan tidak terjadi begitu saja. Memang kebiasaan mereka bertemu dapat mempengaruhi. Tetapi timbulnya permasalah interen di dalam rumah bisa saja menjadi dasar terjadinya perselingkuhan. Misalnya, berpindahnya perhatian kasih sayang. Kegagalan komunikasi suami istri biasanya yang menjadi biang keladi. Namun kasus perselingkuhan juga sangat tidak menutup kemungkinan adanya suatu kepentingan.
Kondisi ekonomi.
Jangan salah, kondisi ekonomi yang menjadi masalah tidak harus karena miskinnya ekonomi, meskipun secara umum seringnya memang begitu masalahnya. Pendapatan istri yang lebih besar juga bisa menjadi penyebab permasalah. Bagi beberapa orang suami, kemajuan karir istri yang menanjak dan pendapatan ekonomi yang lebih maju secara psikologis dapat mempengaruhi jiwanya. Meski tidak semua suami begitu. Ada kok yang malah bersyukur.
Kecanduan.
Masalah kecanduan tidak hanya karena masalah obat terlarang, meski umumnya begitu. Perilaku sex yang menyimpang, yang keterlaluan juga dapat menjadi masalah.
Stres.
Masalah stres juga bisa. Pasangan yang menderita penyakit kanker yang tidak dapat terobati atau adanya permasalahan keluarga yang ruwet, dapat saja malah justru meminta pasangannya agar menceraikannya.
Ketidakcocokkan.
Adanya masalah ini yang sering menjadi penyebab. Terutama tidak adanya rasa hormat atau penghargaan. Rasa hormat dan penghargaan yang layak saja tidak ada, apalagi yang spesial. Tidak ada keseimbangan. Sepasang suami memang tidak sempurna, tapi sekedar komunikasi yang seimbang seharusnya dapat diusahakan. Saya sungguh tidak tahu, pasangan hasil dari perjodohan apakah mempunyai efek seperti ini, karena tidak mengenali sifat aslinya sejak awal. Yang jelas, masalah ego yang terlalu nya biasanya menjadi biang keroknya.
Dalam Islam setahu saya ucapan talak dapat menjadi dasar perceraian. Tapi apakah hanya itu yang dapat menjadi syaratnya sebuah perceraian? Apakah pihak istri dapat menggugat untuk cerai? Kalau suami dianggap berbuat dholim apakah pihak istri tidak dapat mengajukan gugatan cerai?
Have a nice day.
Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "MENGURAI MASALAH PERCERAIAN"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.