Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Praduga yang salah bisa merusak pertemanan. Setujukah anda?

 


Seorang teman wanita di facebook menulis status seperti ini :

 

Jika ada orang yang bertanya tentang:
"Suamimu kerja dimana? Kerja apa?"
Sebenarnya mereka sedang mengukur bagaimana cara memperlakukan kita selanjutnya.

Kalau jawabannya:
"suami saya kuli serabutan"
Kira-kira perlakuan mereka akan sama tidak dengan jawaban "suami saya seorang CEO"?
atau "suami saya Dirut"?
atau "suami saya Presiden"?

Ya gitulah pokoknyalah ya...

Zaman sekarang berkenalan, berteman baik itu, selalu diawali dengan lihat siapa mereka, kaya atau tidak..
Kalau kaya dibaiki, tidak kaya dimusuhi.

 

Siapa yang berbuat begini?
Ada...
Banyak malah..

 

Itulah mengapa dari dulu saya selalu memilih menjaga jarak dengan teman yang berpotensi mengajak hidup ala hedonisme.
Bukan saya tidak mau berteman, tapi saya takut alam bawah sadar saya akan merasa saya harus bisa seperti mereka.
Ya, kalau suami mampu.
Kalau tidak, bagaimana?
Jika itu bisa di jadikan motivasi, okelah..
Jika hanya dijadikan alasan untuk berkeluh kesah, bagaimana?

 

Bahagialah dengan caramu sendiri.

Suamimu menjadi apa, seperti apa, atau malah bukan siapa-siapa, tidak apa.
Dia adalah orang yang paling berhak atas hormat dan patuhnya kita.

Sikap orang lain padamu, hanya karena suamimu atau dirimu bukan siapa-siapa, anggap saja iklan.
Jika tidak suka, ganti channel.
Selesai.

 

Pertanyaan yang sering tertuju pada diriku
"Suami kamu sekarang kerja dimana, sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) ???
Padahal suami bekerja di BUMN (Perusahaan milik negara), menjadi Manajer oil dan gas.

 

******

 

Sebenarnya bisa dimengerti pada dasarnya orang senang berkenalan dengan teman baru. Disadari atau tidak, mendapat teman baru adalah mendapat wacana baru, referensi baru, sebuah media baru. Dan itu dapat berarti sempit maupun luas. Tidak hanya bagi yang ingin berkenalan, yang dikenalpun mempunyai perasaan yang sama. Hanya saja, dalam proses berkenalan ada proses menjajagi. Namun  dalam proses menjajagi ada pula proses praduga. Menerka-nerka. Menebak-nebak. Nah, hal inilah yang sering menjadi masalah.

 

Sebenarnya, pada mulanya, si penanya sungguh-sungguh ingin bertanya. Baginya pertemanan dengan si orang yang baru dikenalnya diharapkan dapat menjadi suatu hubungan pertemanan yang baik dan langgeng. Karena pertemanan yang tulus harus didasari keterusterangan. Dia menyadari bahwa di jaman sekarang ini sangat dipenuhi kepalsuan dan kebohongan. Dia ingin menghindari itu dan tidak ingin menjadi korban. Terlihat sangat bodoh alias tolol bila dapat dipecundangi oleh seorang teman baru dengan mau begitu saja menerima kebohongan alias kepalsuan keterangan dari si teman baru tadi. Untuk itulah dia mengajukan pertanyaan yang cukup komplet dan terkesan beruntun, yang sebenarnya bagi si teman baru tadi dapat membuat merasa menjadi jengah alias tidak enak hati.

 

Bagi si teman baru, mendapat berbagai pertanyaan yang relatif detail itu sangat dirasakan sebagai interogasi. Tentu di dalam hatinya berkata: “Ini apa-apaan?” Maklum, baru juga kenal, sudah “memberondong” dengan berbagai pertanyaan. Ada yang bersifat pribadi lagi. Apalagi bila yang bertanya itu adalah seorang wanita pasti ampun deh..

 

Sebenarnya tidak ada standar atas struktur dalam bertanya (karena biasanya mengalir begitu saja), namun sebaiknya ada etika dalam mengajukan pertanyaan. Apalagi kepada orang yang baru dikenal. seharusnya ada apreasi yang positif dalam bertanya dan dalam menerima jawaban.

 

Selain itu bagi pihak yang ditanya apabila bila jawabannya tidak seperti yang diharapkan oleh si penanya merasa pasti akan mengecewakan dan akan menimbulkan sikap yang tidak enak. Barangkali pengalaman semacam itu sudah beberapa kali dia terima di berbagai tempat yang ujung-ujungnya dia sendiri merasa tidak enak dan tidak nyaman.

 

Dia merasa, apabila jawabannya di bawah standar dari harapan yang bertanya, apalagi yang notabene di bawah standar umum, kuatirnya nanti akan diketawain. Bila jawabannya di atas standar dari yang diharapkan, nanti dikira sombong. Padahal dia ingin menjawab pertanyaan yang diajukan dengan jawaban yang jujur. Yang polos. Oleh karena itu, akhirnya jawaban yang diberikan memang terkadang adalah jawaban yang dibuat-buat alias tidak jujur alias tidak polos. Ini merepotkan ya? Ingin berbuat jujur saja susah. Ingin berbuat jujur tapi terbelenggu rasa sungkan kepada orang lain. Nah, bila ada permasalahan seperti ini, pihak penanya dapat memahami permasalahan ini tidak?

 

Padahal, permulaan pertemanan yang tidak didasari dengan kejujuran bisa menimbukan permasalahan kelak di kemudian hari. Padahal kejadian seperti ini dapat timbul karena hal yang sebenarnya tidak diinginkan oleh kedua belah pihak. Sebenarnya bisa bila dalam adegan tanya jawab itu di dahului oleh niat kerusterangan meskipun disampaikan dengan perkataan bercanda. Misalnya dengan berkata: “Boleh aku jawab dengan jujur ya? Boleh ya? Begini.. bla..bla..la..”

 

Yang bertanyapun harus mengapreasi jawaban yang diberikan tanpa ditambahi perkataan atau bersikap yang berlebihan, dalam konteks merespon dengan kalimat yang positif, bukan negatif. Apalagi yang bersifat menghina.

 

Kita tidak tahu, teman baru kita itu dalam kondisi yang bagaimana. Bisa jadi dia berkondisi yang lebih baik dari yang kita kira. Dan sangat bijaksana apabila kita selalu merespon dengan baik apapun jawaban yang kita terima. Apapun keadaannya sekarang.

 

Menjalin pertemanan dengan cara yang keliru atau sebaliknya, tanpa kita sadari dapat memberikan stempel yang baik atau buruk bagi media tempat kita berkenalan. Atau lebih parahnya, secara umum. Padahal sesungguhnya kan tidak seperti itu.

 

Bersikap bijaksanalah dalam menjalin pertemanan, karena hal itu juga dapat memberikan penilaian terhadap diri anda senadiri.

 

Have a nice day.

 

*****

NB: Jadilah pengikut blog ini dan agar tidak ketinggalan setiap ada artikel baru. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Seringlah menjenguk situs ini, karena ada tulisan yang kadang kami jadwal secara otomatis untuk terbit setidaknya minimal dua kali dalam sepekan. Insyaallah. Ingat google Guno HRD. Jangan lupa klik tulisan Subscribe Us. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.

 

 

 

Posting Komentar untuk "Praduga yang salah bisa merusak pertemanan. Setujukah anda?"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel