BERPIKIR DAN BERSIKAP KRITIS ITU PERLU
Selalu bersikap dan berpikir kritis itu boleh. Bahkan kalau bisa harus begitu. Sudah lama saya terbiasa bersikap dan berpikir kritis. Tidak peduli saat ada di rumah, di kampung, di sekolah, di perkumpulan organisasi, termasuk di tempat kerja.
Berpikir kritis tidak harus karena pandai, tapi berpikir secara progresif, secara cermat dan teliti. Tapi tidak berpembawaan kaku. Bahwa saya pernah ditipu oleh orang karena saya yang terlalu percaya kepadanya. Dan saya, sedari semula saya memang tidak mau ingin mencederai sebuah kepercayaan, mengingat kedekatan kami sudah sangat familiar dalam tempo yang relatif lama. Bahwa akhirnya dia tega menipu saya, saya menjadi tahu seberapa kualitas dan level dia yang sebenarnya. Ternyata mulutnya tidak beda dengan knalpot kendaraan.
Di sisi lain, harus saya akui tidak semua orang mau dan bisa memahami pola pikir kekritisan saya. Apalagi jika bisa menerimanya. Dan itulah sebuah resiko yang saya anggap wajar. Saya tidak heran. Apalagi bila saya sedang menyandang sebuah jabatan tertentu. Dalam berbagai diskusi yang saya ikuti saya harus selalu siap dalam keadaan sepakat untuk tidak sepakat.
Apalagi di jaman seperti sekarang ini dimana masa depan yang masih diselimuti sebuah ketidak pastian. Semuanya masih berwarna abu-abu. Dan bukan tidak mungkin di masa seperti itu sikap dan berpikir secara liberalisme dapat meraja rela. Wong ilmu pengetahuan saja dapat menjadi fitnah. Si A bilang begini, si B bilang begitu. Semuanya terasa benar. Jadi pertanyaannya: Mana yang akan dipilih?
Yang berskala besar (Nasional), kita baru saja dihadapkan pada persoalan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2022. Kita sebagai masyarakat biasa hanya bisa tertegun dari berbagai pendapat yang ada.
Yang berskala kecil, mungkin ketika kita dihadapkan pada sebuah persoalan yang sebenarnya kita tidak sependapat dengan kebijakan bos atau top manajemen, tapi apa daya kita yang hanya sebagai karyawan biasa? Meskipun jabatan kita adalah Manajer HR. Masalahnya sampai kapan kita akan bersikap seperti bunglon? Padahal terus terang saja kita selalu merasa tidak nyaman bila harus bersikap seperti bunglon terus. Belum lagi kelak ketika nanti dimintai tanggung jawab kita kepada Tuhan di alam sana.
Bersikap dan berpikir kritis selalu membawa sebuah konsekuensi. Dan tentu saja itu mendorong kita untuk mengambil sikap yang tegas. Tidak apa. Bagaimanapun itu akan mencerminkan sebuah eksistensi diri. Sebuah harga diri. Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Bersikap Istiqomah itu sangat perlu. Dan harus. Apapun yang terjadi.
Have a nice day.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "BERPIKIR DAN BERSIKAP KRITIS ITU PERLU"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.