APAKAH FILOSOFI BIBIT-BEBET-BOBOT MASIH RELEVAN DI JAMAN SEKARANG?
Manusia hidup di dunia hanya sekali saja. Untuk itu saat pada masanya bila ada kesempatan menikah mereka benar-benar selektif dalam memilih pasangan hidupnya. Mereka tidak ingin salah pilih. Tidak ingin ada penyesalan di kemudian hari.
Di tanah jawa ada filosofi mencari bibit-bebet-bobot. Dan sesungguhnya semua orang di mana saja berada di dunia ini mempunyai tujuan yang sama, hanya istilahnya saja yang lain. Intinya adalah mencari bakal calon pasangan hidup yang ideal karena akan diajak mengarungi samudera kehidupan yang sangat luas dengan segala bentuk gelombang yang nanti akan menerpa. Mencari yang ideal karena sangat tidak mungkin mencari yang sempurna. Kesempurnaan hanya milik Tuhan saja.
Bibit bermakna latar belakang keturunan calon pasangan dalam hal ini orang tua atau keluarga. Demikian juga diharapkan akan dapat memberikan keturunan yang baik, gigih, dan cakap.
Bebet berkaitan dengan tingkat ekonomi calon pasangan. Dengan demikian diharapkan akan dapat memberikan rasa aman terkait dengan urusan materi.
Sedangkan bobot, adalah kualitas diri dari calon pasangan yang lebih condong pada segi kepribadian, pendidikan, keimanan, ataupun pencapaian lainnya.
Ya, meski begitu pemilihan jodoh terkadang juga melibatkan keluarga terutama orang tua. Tidak heran apabila orang tua juga memiliki kriteria menantu idaman yang juga didasarkan pada bibit, bebet, dan bobot atau mungkin dengan yang lain. Namun, sekali lagi tidak semua aspek tersebut bisa sekaligus diperoleh meskipun menjadi keburuntungan tersendiri jika mampu mendapatkan ketiganya. Sebab apapun yang akan terjadi pada gilirannya akan menyinggung ke harkat dan martabat orang alias kehormatan orang tua.
Perlu disadari keputusan menikah bukan menjadi akhir sebuah hubungan, melainkan awal dari perjalanan baru bersama pasangan yang dipilihnya. Tidak heran apabila sejumlah orang memilih menjalin masa pacaran dengan tujuan mengenal lebih dekat calon pasangannya. Sebab mereka bukan hanya akan mengikat tali pernikahan berdua melainkan juga "menikakan" keluarga satu sama lain.
Menentukan pilihan berdasarkan bibit, bebet, bobot seseorang memang bukan perkara yang mudah. Jika seseorang anak sudah “dimabuk cinta” terhadap pasangannya, biasanya ukuran-ukuran tersebut bisa lenyap begitu saja. Maka tak heran jika karena pertimbangan-pertimbangan tersebut banyak sekali terjadi konflik antara anak dan orang tua karena berbeda pandangan terhadap sebuah pernikahan.
Lalu, apakah masih relevan hal tersebut untuk anak-anak di jaman sekarang? Jawabnya: Masih. Semakin diperketat malah, karena anak jaman sekarang pergaulannya sedemikian rupa, cenderung bebas, semakin bebas dan beridentitas tidak jelas. Untuk kita yang memiliki anak gadis, adalah merupakan kewajiban kita selaku orang tua untuk sedari dini mengingatkan tentang kriteria memilih pasangan, bukan memaksakan kehendak orangtua, tapi lebih ke reminder and alarm. Jadi untuk kita hal ini masih jadi masalah yang sangat penting. Jangan sampai kebablasan, harus dipikirkan baik-baik, jangan sampai jadi boomerang di kemudian hari dan akhirnya timbul penyesalan seumur hidup. Dengan demikian reminder tidak apa disampaikan secara berulang kali. Bakal calon harus dicermati dengan penuh kesungguhan, tidak bisa sembarangan. Tidak bisa seperti membeli kucing dalam karung. Tidak tahu karakter sebenarnya. Itu sangat berpontensi membuat menyesal di belakang hari.
Karena itulah pada akhirnya semua keputusan terserah kepada anak, karena merekalah yang akan menjalankan dan merasakan akibatnya kelak. Apapapun itu. Kita sebagai orang tua hanya berkewjiban mengingatkan.
Filosofi Jawa yang lain mengatakan, “Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman”, (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi). Tetapi, apa salahnya kalau status sosial sesorang juga menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan calon menantu. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa status sosial juga merupakan kebutuhan dasar manusia. Walaupun pemilihan yang hanya berdasarkan wujud lahiriah dan harta benda dapat melupakan tujuan mendapatkan keturunan yang baik, sholeh, berbudi luhur, cerdas, sehat wal afiat, dan sebagainya.
Have nice day.
Notes: Setiap hari diusahakan ada tulisan baru. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "APAKAH FILOSOFI BIBIT-BEBET-BOBOT MASIH RELEVAN DI JAMAN SEKARANG?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.