Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

DASAR PENGAMBILAN TINDAKAN DAN MENGENALI SIKAP RAGU-RAGU

Patut dipastikan orang tua dalam mendidik anaknya berdasarkan penggalamannya ketika dididik oleh orang tuanya. Tidak harus sama. Bahkan mungkin bertolak belakang. Contoh: Dulu dia dari berasal dari keluarga yang tidak mampu, kemudian ketika menjadi orang tua dia hidup berkecukupan di segi ekonomi. Maka dalam mendidik anaknya di berpendapat:

1. Dia akan memanjakan anaknya sedemikian rupa, sehingga anaknya tidak menjalani hidup yang cukup memprihatinkan sebagaimana dirinya dulu semasa anak-anak.

2. Dia akan mengajari anaknya hidup dengan penuh keprihatinan sebagaimana dirinya dulu semasa nak-anak agar dapat belajar memahami hidup yang sederhana. Yang penting dalam menjalani kesederhanaan itu jangan sampai mengalami penderitaan.

3. Campuran keduanya, mengalir saja, tapi tidak dimanja sekali dan tidak ketat sekali.


Apapun yang dipilih di atas tentu sudah melalui pertimbangan dan perhitungan tertentu. Apapun yang dipilih di atas adalah baik dan tidak salah, yang penting tidak berlebihan. Contoh yang berlebihan: Ketika anak memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA) anaknya minta dibelikan motor, malah dibelikan mobil. Benar mungkin karena orang tuanya mampu membelikan mobil. Apa akibatnya? Anak yang harusnya jam sekian sudah pulang ke rumah tapi belum sampai di rumah. Temannya yang nunut numpang naik mobil semula hanya satu orang tidak berselang lama menjadi dua orang. Tidak lama berselang lagi menjadi tiga orang. Tidak berselang lama lagi tiga atau empat orang, dan seterusnya. Pemberian yang berlebihan pada anak berpotensi malah "meracuni" anak.


Intinya: Dalam kita mengambil sikap tidak harus berdasarkan pengalaman kita sendiri atau harus sama dengan pengalaman orang lain. Hal ini tidak dalam masalah cara mendidik anak saja tapi dalam segala hal terkait tentang bagaimana kita harus bersikap untuk mengambil sebuah tindakan. Baik itu untuk sebuah tindakan yang biasa saja, apalagi untuk sebuah tindakan yang sangat penting dalam hidup kita.


Kita tidak bisa menilai apa yang berdasarkan pengalaman kita pasti benar. Pendapat kita yang berdasarkan pengalaman kita sendiri itu tidak dapat digeneralisasi atau dipakai sebagai standar umum kalau tidak sama dengan pendapat saya adalah salah.


Demikian pula apa yang disampaikan oleh orang lain meskipun itu logis belum tentu cocok dengan keadaan kita atau belum tentu sesuai dengan kebutuhan kita. Apalagi kalau setiap pendapat orang meskipun logis kita turuti itu akan berdampak kita menjadi menjadi bingung sendiri, menjadi tidak konsisten alias berubah-ubah karena setiap pendapat orang berbeda-beda.


Di sisi lain kecenderungan untuk selalu meragukan diri sendiri merupakan salah satu ciri dari impostor syndrome. Kondisi ini tergolong sebagai gangguan psikologis yang perlu ditangani. Impostor syndrome adalah istilah psikologi untuk perilaku seseorang yang selalu merasa takut gagal dan meragukan kemampuannya. Ironisnya, kondisi ini justru kerap dialami oleh mereka yang berprestasi. Meski sudah ada bukti nyata hasil dari usaha yang dilakukan, mereka yang mengalami impostor syndrome akan tetap menilai bahwa keberhasilan tersebut hanya keberuntungan belaka dan bukan karena kemampuannya. Kondisi ini mungkin bisa menjadi motivasi anda untuk terus mengembangkan diri dan memberikan yang terbaik. Namun, jika semakin parah dan terjadi dalam jangka waktu yang panjang, impostor syndrome dapat berpotensi menjadi depresi.


Ada beberapa tipe impostor syndrome dengan karakteristik yang berbeda-beda. Penderita impostor syndrome perfecsionis akan selalu mengejar kesempurnaan. Bahkan, ketika mereka berhasil mengerjakan sesuatu, mereka akan cenderung tetap merasa tidak puas. Kondisi ini akan semakin parah ketika mereka mengalami kegagalan, di mana mereka akan semakin sering meragukan kemampuan diri dan merasa cemas. 


Seperti halnya the perfectionist, the expert akan selalu merasa tidak puas. Mereka tidak akan berhenti mengerjakan atau mempelajari sesuatu sebelum mereka benar-benar menguasainya. Meski dapat dengan mudah dan cepat menguasai keterampilan baru, the natural genius cenderung akan merasa sangat lemah dan malu ketika mereka gagal. Sedang tipe impostor syndrome yang satu ini umumnya cukup keras terhadap diri mereka sendiri, pekerja keras, dan ahli dalam beragam bidang. Bagi mereka yang memiliki tipe the supehero cenderung akan mengalami burnout atau jenuh pada pekerjaan yang dapat memengaruhi kesehatan fisik, hubungan, dan bahkan mental. Sedang tipe the soloist umumnya segan atau cenderung menghindari meminta bantuan dalam mengerjakan pekerjaannya. Pasalnya, mereka berpikir bahwa meminta bantuan orang lain akan menunjukkan kekurangan atau ketidakmampuan mereka.


Ada lima alasan yang membuat seseorang ragu terhadap diri sendiri: Pengalaman di masa lalu, pendidikan di masa kecil, membandingkan diri dengan orang lain, ada tantangan baru yang dihadapi, takut gagal.


Sebelum mengambil sikap tentunya kita harus jeli dan teliti dalam berhitung dan mengkalkulasi. Bila ternyata berbuat salah, jangan menyerah. Yang penting Istikomah (berketetapan hati). Berani menghadapi segala konsekwensi yang ada. Orang bijak mengatakan: "Orang yang tidak pernah berbuat kesalahan biasanya adalah orang yang tidak pernah berbuat sesuatu, karena Orang yang tidak pernah mengenal kesalahannya, tidak pernah mengenal kebaikan dirinya. Berbuat kesalahan adalah kekurangan manusia, namun belajar dari kesalahan adalah kelebihan manusia." "


Have a nice day.


                          


Notes: Dikutip dari berbagai sumber. 

Tulisan lainnya dapat dilihat di:

solusi-guno.blogspot.com (Perpustakaan abadi).

guno-idea.blogspot.com Perpustakaan abadi in English).

Diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.





















Posting Komentar untuk "DASAR PENGAMBILAN TINDAKAN DAN MENGENALI SIKAP RAGU-RAGU"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel