Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TAK TERASA MENJADI SOMBONG

 Sejujurnya tulisan ini terinspirasi oleh apa yang disampaikan oleh Emha Ainun Nadjib atau yang terkenal dipanggil Cak Nun, seniman dan penceramah yang bertempat tinggal di kota Yogyakarta, Indonesia. Cak Nun mengatakan setiap kita mendapati kemajuan tanpa kita sadari diikuti oleh adanya rasa kesombongan. Dulu sejak kita bisa naik sepeda, kita menjadi sombong. Kemudian bisa naik sepeda motor, kita menjadi tambah sombong. Kemudian bisa naik mobil, kita tambah lagi menjadi sombong, dan seterusnya.

 

Tidak hanya soal keberhasilan naik sesuatu, mempunyai sesuatu kita juga tanpa disadari dapat menjadi sombong. Punya rumah, tanpa disadari kita juga bisa menjadi sombong. Mempunyai mobil, kita menjadi tambah sombong. Tambah punya rumah lagi, kita menjadi semakin tambah sombong. Tambah punya mobil lagi, kita menjadi tambah lagi tanpa disadari menjadi dua kali lipat sombong. Dan seterusnya. Pendeknya, semakin kita bertambah kaya, tanpa disadari kita bertambah menjadi sombong.

 

Tidak hanya mempunyai sesuatu kita menjadi menjadi sombong, bertambah pintarpun tanpa teras kita menjadi sombong. Mempunyai kepintaran dari yang lain kita menjadi sombong. Mempunyai gelar yang lebih tinggi, kita tambah menjadi sombong. Bertambah gelar lagi, kita tambah menjadi semakin sombong. Diberi kepercayaan oleh pemegang kekuasaan, kita pun lantas menjadi sombong yang tidak ketulungan. 

 

Yang lebih ironis juga ada. Kita semakin rajin beribadah, tapi tidak terasa kita malah menjadi sombong. Kita semakin tekun beribadah, malah menjadi semakin bertambah sombong. Kita menjaga jarak. Kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita adalah calon penghuni surga. Kita menunjukkan kepada orang lain bahwa kita adalah orang pilihan dan yang dipercaya oleh Tuhan. Ini aneh, darimana dia tahu bahwa dia menjadi orang yang dipercaya oleh Tuhan?

 

Timbulnya rasa sombong bermula dari kita “menyadari” bahwa kita “mempunyai kelebihan” daripada orang lain. Rasa sombong adalah perwujudan bahwa keberadaan kita dapat “mengalahkan” keberadaan orang lain. Rasa sombong adalah “menunjukkan bahwa kita tidak bisa disepelekan” oleh orang lain. Timbulnya rasa sombong adalah “implentasi dari rasa kemenangan kita”. 

 

Dalam wikipedia bahasa Indonesia, Kesombongan, berasal dari kata sombong (bahasa Inggris: pride; bahasa Latin:superbia; dan lain-lain), juga angkuh, takabur, arogan, atau congkak merupakan suatu perasaan atau emosi dalam hati yang dapat mengacu pada dua makna umum. Dalam konotasi negatif biasanya mengacu pada perasaan meningkatnya status atau prestasi seseorang, yang sering kali disebut "keangkuhan". Sementara dalam konotasi positif mengacu pada suatu perasaan puas diri seseorang terhadap tindakan atau pilihannya sendiri, atau terhadap pihak lain, atau juga terhadap suatu kelompok sosial; dapat dikatakan sebagai satu produk turunan dari pujian, refleksi diri, atau rasa memiliki yang terpenuhi. Para filsuf dan psikolog sosial telah mengamati bahwa kesombongan adalah suatu emosi sekunder yang kompleks, yang memerlukan pengembangan dari satu perasaan pribadi dan penguasaan perbedaan konseptual yang relevan (misalnya membedakan kesombongan dari kebahagiaan dan sukacita) melalui interaksi secara lisan dengan orang lain. Beberapa psikolog sosial juga mengidentifikasinya terkait dengan suatu sinyal dari status sosial yang tinggi.

 

Rasa sombong bisa diperlihatkan melalui aksi tertentu atau justru dengan sikap diam. Sikap diam bisa dikonotasikan dengan sikap angkuh. Sikap angkuh dipersepsikan sama dengan sikap sombong.

 

Pemahaman umum dari kesombongan adalah merupakan hasil dari kepuasan yang berlebihan yang diarahkan ke diri sendiri untuk memenuhi tujuan pribadi. Bisa jadi kesombongan juga didorong oleh egosentris dimana egosentrisme adalah ketidakmauan seseorang untuk melihat dari perspektif orang lain. Hal ini meliputi gagalnya seseorang untuk menarik kesimpulan dari apa yang orang lain pikirkan, rasakan, dan lihat. Orang yang sombong menempatkan dirinya sebagai “yang paling baik”. Implentasinya banyak ditunjukkan dengan sikap yang tertutup. Membutakan mata dan telinga hati. 

 

Tapi jangan salam paham, orang yang sombong bisa juga dengan menunjukkan rasa “merendahkan diri”. Namun merendahkan dirinya adalah sebagai  kamufalse agar orang-orang semakin memuji dirinya. Dia berkata seolah-olah dia manusia yang mempunyai banyak kekurangan sehingga berharap orang lain akan memuji apa yang dipunyainya. Misalnya dia berkata “Selamat datang di gubuk saya”, padahal rumahnya megah dan mewah serta luas.

 

Orang yang sombong sejatinya ingin “menunjukkan siapa dirinya”. Bahwa akan menunjukkan secara langsung atau tidak langsung atau dengan cara lain, seperti merendahkan diri, adalah hanya masalah strategi. Intinya tetap sama yaitu ingin menunjukkan “kelebihannya”. 

 

Orang yang sombong, orang yang narsis, sesungguhnya adalah mereka orang yang dengan tidak punya rasa malu menyatakan kelebihannya atas orang lain, padahal kebebalan cara berpikirnya itu “menunjukkan betapa kebodohannya”. Mereka orang-orang yang cerdas akan geli dan gemas saat menonton “akrobat” kelakuan orang yang sombong. Namun kebanyakan mereka pada diam saja karena melihat penampilan bodoh mereka (orang yang sombong tersebut) sebagai hiburan belaka.

 

Agaknya tugas Iblis tak hanya menjadi semakin ringan. Dia dengan sukses dan sangat mudah membuat orang-orang yang merasa hebat menjadi sebuah permainan yang menyenangkan dan yang sebenarnya bagi Iblis emua itu merasa sangat menyebalkan.

 

Sebenarnya, mempunyai kemajuan tentang kebisaan atau kekayaan atau peningkatan pendidikan, atau keimanan atau dalam menjalankan ibadah adalah hal yang wajar saja, dan harus malah begitu. Namun sebaiknya ada kerendahan hati atau takut terjerumus kepada perbuatan sombong. Dengan demikian punyailah kebijaksanaan dengan perasaan yang rendah hati. Punyailah peningkatan kekayaan batin dan bersikap dengan perasaan rendah hati. Musuh kita yang sebenarnya adalah “kesesatan diri kita sendiri”. Dengan kata lain “kemenangan kita” adalah “mengalahkan diri kita senadiri”. 

 

Perasaan rendah hati akan menjaga dari pemikiran meremehkan orang lain. Perasaan rendah hati akan memelihara otak dan hati bekerja dengan lebih teliti dan seimbang. Perasaan rendah hati sesungguhnya membuat perasaan kita menjadi nyaman, tenang, tentram dan aman. Perasaan rendah hati adalah pernyataan untuk selalu memohon petunjuk Tuhan sebagai usaha memelihara hati. Perasaan rendah hati adalah perwujudan perasaan takut akan kekuasaan Tuhan. Perasaan rendah hati adalah kecerdasan.




 


Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terimakasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   

 

 

 

 

 

 

 

Posting Komentar untuk "TAK TERASA MENJADI SOMBONG"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel