Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEMINJAMKAN UANG, URGENSINYA APA?

 Ketika seseorang datang ke rumah anda dan bermaksud hendak meminjam uang kapada anda apa yang anda lakukan? 


Biasanya jawabannya begini: berkelit, di beri janji (jawa: disemayani), atau malah dikuliahi (ini yang aneh bin lucu, sudah tidak memberi pinjaman malah dikuliahi).

Orang yang datang akan berhutang uang jelas karena terdesak kebutuhan yang sangat penting. Seakan sudah hilang akal sehingga mereka memberanikan diri mengajukan hutang. Apa boleh buat. Pertimbangan mereka berhutang masih mending masih  “waras” daripada melakukan kejahatan. Mencopet misalnya atau mencuri atau merampok . Mereka butuh uang tapi kehormatan tetap dijaga.

Mereka mengajukan hutang bukan meminta apalagi meminta-minta.  Mereka masih punya harga diri. Mereka butuh dipercayai. Jadi yang mereka datangipun adalah orang-orang yang sangat mereka percayai.

Umumnya mereka yang diharapkan akan memberikan pinjaman biasanya malah mengajukan bebagai argumentasi. Si pengaju hutang butuh duit, malah diajak berdiskusi/berargumentasi. Kapan bisa ketemu?

Si pemberi argumentasi juga berbicara tentang kebutuhan, kebutuhannya sendiri. Kalau perlu dia juga berpikir negatif. Bahkan kadang berpikir “sudah menuduh” paling tidak dibayar. Kalau perlu menolak dengan jurus lebay, bahwa dia sendiripun butuh pertolongan. Butuh dibantu. Ini apa-apaan? Orang juga sudah pada tahu status sosialnya yang sering dibangga-banggakan itu. Padahal kalau sampai (apalagi terlalu) merendahkan diri sendiri tentu ditertawai bukan hanya oeh manusia tapi juga oleh Tuhan, karena tidak mensyukuri rejekinya. Percuma dia melakukan ibadah yang lainnya.

Ketidakmauannya membantu orang lain sejatinya muncul dari rasa keserakahan dirinya sendiri yang dibungkus demi keperluan keluarga. Dia berpikir bahwa itu sebuah alasan standar yang pasti akan dimaklumi orang . Itu benar tapi tidak tepat. Ada rasa keegoisme di situ. Benar bagi kita belum tentu benar bagi Tuhan.

Ingat, kita jangan cepat puas atas apa yang kita punyai. Kelimpahan rejeki jangan sebatas dipahami Tuhan telah menyayangi pada kita. Padahal kemudahan mendapat rejeki sejatinya sebuah ujian yang artinya belum tentu Tuhan ridho atas rejeki yang diberikan.

Kita harus ingat kita tidak pernah tahu klimaks hidup kita: kita besok mati dengan cara apa dan bagaimana nasib kehidupan kita setelah mati.

Diriwayatkan banyak para ulama besar ketika menjelang akan menjemput ajal menangis tersedu-sedu karena merasa belum siap menghadap Tuhan karena persiapan amalannya masih jauh dirasakan masih sangat kurang. Bagaimana dengan kita? Masih mengandalkan amalan kita?


Siti Khotijah istri Nabi SAW, adalah orang yang semula pemilik 2/3 kekayaan kota Mekah. Ketika beliau wafat bisa dikatakan beliau tidak punya apa-apa, demi perjuangan Islam dan membantu orang lain. Bahkan diceritakan kain kafan sebagai pembungkus jasadnya saja sampai dikirimi oleh Alloh SWT melalui Malaikat Jibril kepada Nabi SAW.

Dalam Islam ada literatur pemberian pahala dalam memberikan (bantuan) pinjaman hutang tanpa riba.

Dalam Alquran ada ayat yang menjelaskan tentang keutamaan meminjamkan uang ini:
“Tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu tolong menolong dalam dosa dan permusuhan” (QS: Al Maidah ayat 2)
Dalam surat Al Maun juga di firmankan:
“ Dan orang- orang yang lalai dengan sholatnya dan orang orang yang berbuat riya yang enggan menolong dengan barang yang berguna” (QS : al Maun ayat 5-7)
Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 280)


Sedang yang dalam hadis diriwayatkan :
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang meringankan sebuah kesusahan (kesedihan) seorang mukmin di dunia, Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan urusan seseorang yang dalam keadaan sulit, Allah akan memberinya kemudahan di dunia dan akhirat. Barangsiapa menutup ‘aib seseorang, Allah pun akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699) 

Abu Umamah ra mengatakan bahwasanya Rasullullah SAW SAW bersabda: “Ada orang yang masuk surga melihat tulisan pada pintunya: “Pahala sedekah adalah sepuluh kali lipat, sedangkan (pahala) memberi pinjaman adalah delapan belas kali lipat.’” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa orang tersebut adalah Rasulullah SAW sendiri. (HR Thabrani dan Baihaqi).

“Ada seseorang didatangkan pada hari kiamat. Allah berkata (yang artinya), “Lihatlah amalannya.” Kemudian orang tersebut berkata, “Wahai Rabbku. Aku tidak memiliki amalan kebaikan apapun selain satu amalan. Dulu aku memiliki harta, lalu aku sering meminjamkannya pada orang-orang. Setiap orang yang sebenarnya mampu untuk melunasinya, aku beri kemudahan. Begitu pula setiap orang yang berada dalam kesulitan, aku selalu memberinya tenggang waktu sampai dia mampu melunasinya.” Lantas Allah pun berkata (yang artinya), “Aku lebih berhak memberi kemudahan”. Orang ini pun akhirnya diampuni.” (HR. Ahmad. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shohih).


Kalau menurut saya ada jalan aternatif, jalan tengah. Misal datang kepada saya orang yang hendak berutang uang 1 juta. Saya ya ada uang segitu. Namun kebetulan saya juga ada suatu kebutuhan yang mendesak dan sangat perlu sekali. Saya akan mengambil langkah ini: saya akan berterus terang dan berhati-hati kepadanya bahwa saya ada uang segitu tapi kebetulan saya juga ada keperluan yang tidak dapat terelakkan. Saya beri dia 200 ribu (atau berapapun yang penting anda ikhlas). Karena ini pemberian jadi tidak perlu membayar atau dikembalikan. Lain dengan hutang yang memang harus dibayar kembali. Kita berharap langkah ini tidak terlalu mengecewakan orang itu. Sambil berdoa semoga Alloh SWT menjadi ridho karenanya. Bahwa bila orang itu berbohong kepada kita, itu urusan yang bersangkutan dengan Alloh SWT. Dan itu berat nanti konsekwensinya. Kecuali kita bisa ikhlas benar.  Wallahu a’lam bish-shawab.



*****
NB:  blog GUNO HRD diusahakan ada tulisan baru setiap hari. Terima kasih,

Posting Komentar untuk "MEMINJAMKAN UANG, URGENSINYA APA?"

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel