Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

AIB DAN BUKAN AIB ITU BEDA, TAPI..

 Dalam sebuah tulisannya almarhum Prie GS menulis: takdir aib itu pertama, untuk dihindari dan kedua untuk disembunyikan. Di sembunyikan pun, jika aib itu sudah keterlaluan ia akan memunculkan diri. Apalagi jika aib itu sudah keterlaluan, masih pula didokumentasikan. Karenanya aib jenis ketiga ini bukan hanya akan muncul di kelak kemudian, tetapi juga akan menjadi azab dan kegemparan.


Saya dulu mempunyai kisah yang tentu saja bukan aib, tapi saya menyembunyikannya secara rapat seperti menyimpan sebuah aib, agar tidak diketahui oleh semua teman saya.


Ini bukan pula masalah malu. Saya hanya menjaga agar masalah saya tidak memberi beban kepada mereka dengan berpikir kasihan kepada saya. Saya tidak ingin mengganggu atau merusak kegembiraan dan kebahagian mereka yang saat ini sedang mereka nikmati. Saya bukan robot, saya punya perasaan.


Waktu itu acara naik kelas di SMA. Naik dari kelas 2 naik ke kelas 3. Saya juga naik kelas seperti teman-teman yang lainnya. Bahkan saya sudah merasa sangat yakin bahwa tahun depan saya akan lulus dari SMA. Yang membuat saya sedih adalah setelah lulus saya pasti tidak akan dapat melanjutkan ke bangku universitas karena orang tua saya tidak akan mampu membiayai. Jadi harus mencari kerja. Bahkan saya dulu sengaja tidak ikut studi tour karena ketiadaan biaya dari orang tua. Ada guru yang ingin membantu membayari, saya ucapkan terima kasih tapi saya tidak mau. Kata teman beliau respek dengan kelakuan saya di sekolah. Di kegiatan OSIS saya aktif dan menjadi salah seorang bidan atas kelahiran majalah sekolah.


Namun demikian situasi dan kondisi seperti itu tidak menyurutkan dan meruntuhkan semangat saya. Bahkan saya bertekad akan merubah kondisi saya itu.


Barangkali sikap saya pada waktu kenaikan dulu sungguh terlalu berlebihan. Tapi saya juga yakin pertimbangan saya juga masuk akal. Sebuah aib adalah karena sebuah kejadian yang memalukan, karena itulah harus disembunyikan. Seperti ada sebuah tuntutan. Sedang yang saya alami hanya berdasarkan adanya rasa malu saja. Saya sangat merasa berdosa kepada orang tua saya bila ingat kisah ini.


Tapi beberapa tahun kemudian saya membayarnya. Dengan pertolongan dan seijin dari Tuhan saya berhasil mendirikan sebuah perusahaan sendiri meskipun kecil-kecilan sehingga mempunyai beberapa karyawan. Semoga itu dapat membanggakan orang tua saya meskipun para beliau sudah meninggal dunia.


Masa lalu sesungguhnya sebuah modal, dalam kondisi apapun itu. Kita bisa belajar dari sana. Kita dapat mengumpulkan kekuatan dari sana. Kita dapat menjumpai berbagai inspirasi dari sana. Tuhan membekali latar belakang yang tidak bagus sejatinya untuk menggembleng kita. Mengenalkan beberapa kesulitan kepada kita.


Tuhan ingin mencerdaskan kita dengan berbagai cara. Ingin mendewasakan pemikiran kita dari berbagai keadaan. Tuhan memang tidak turun langsung ke hadapan kita, tetapi melalui perantara. Kita harus tanggap. Tidak terhitung Tuhan mempertemukan kita dengan berbagai manusia dan keadaan dalam keadaan yang sangat menjengkelkan hati kita. Mereka datang silih berganti. Bahkan sering pula terjadi sebuah masalah belum tuntas ditangani, sudah muncul lagi satu atau lebih masalah baru.


Intinya: jangan kaget bila kita dimodali oleh Tuhan dengan sesuatu yang sangat tidak mengenakan.  Karena sesungguhnya kita diminta untuk belajar serta pandai bersyukur.  Dan bila itu jalan, sesungguhnya kita diberi kelebihan. Ketika orang lain tidak kuat mengangkat beban 10 kilogram, kita mampu mengangkat beban 50 kilogram. 


Have a nice day.



Notes: blog GUNO HRD diusahakan setiap hari ada tulisan baru. Terima kasih.


 




Posting Komentar untuk "AIB DAN BUKAN AIB ITU BEDA, TAPI.."

Guno Display
Guno feed
Guno Artikel