SAYA KALAU MARAH MALAH MIKIR. BAGAIMANA DENGAN ANDA?
Saya kalau marah malah mikir. Ada beberapa alasan mengapa saya berbuat begitu.
Pertama: Permasalahan yang berpotensi membuat marah adalah suatu hal yang sangat luar biasa kebangetannya. Suatu hal yang di luar instruksi saya. Suatu hal yang sangat merugikan saya atau organisasi. Ini memerlukan fokus perhatian yang khusus, pemikiran yang tersendiri. Bila langsung kita tanggapi dengan marah juga itu malah membuang dan menguras tenaga, waktu dan pikiran. Dan yang jelas permasalahannya tidak langsung teratasi. Bahkan kemarahan dapat semakin berkobar dan berpontensi tidak akan ada ujungnya.
Ke dua: Letak kesalahan belum tentu murni dari si pembuat marah. Bisa jadi kita atau ada pihak ketiga yang juga turut andil sehingga terjadinya masalah itu.
Ke tiga: Katakanlah benar dia yang berbuat salah, maka saya akan bilang: "Cobalah kamu pikir mengapa bisa terjadi begitu? Jangan saya saja yang disuruh terus mikir." Dengan begitu sudah merupakan sebuah shock theraphy dalam rangka untuk menghukum dia. Biasanya dia akan berkata: "Ya pak, saya yang salah." Kalau dia menjawab begitu akan saya kejar: "Lha terus bagaimana? Kalau hanya lantas meminta maaf keponakanku yang sekolah SD saja bisa." Biasanya dia akan berkata: "Ya pak, nanti akan saya atasi." Denagan begitu dia ada kesanggupan untuk bergerak mengatasi masalah.
Marah adalah sebuah tindakan yang kontra produktif. Kejadian yang membuat saya marah memberi peluang bagi saya untuk segera berintropeksi, Membuat saya harus membuat evaluasi, yang pada akhirnya harus menata ulang segala program dan rencana yang terkait dengan itu. Memunculkan kehati-hatian baru. Mengeksplorasi segala talenta dan kebisaan yang kita punyai. Menambahi alternatif yang mungkin tadi ada yang kita lupa. Menginspirasi kita untuk belajar lagi.
Jujur saja, kita akan dinilai orang dalam kejadian ini. Setidaknya kita akan dinilai sebagai orang yang dapat mengontrol diri. Sebagai orang yang tangguh, tidak mudah gagap dalam menghadapi masalah. Tidak menjatuhkan diri ke kasta atau golongan "orang yang gampang marah-marah." Itu akan menurunkan value kita.
Hidup ini sudah penuh masalah, jangan lagi ditambahi dengan masalah baru yang sebenarnya dapat kita atasi. Bukankah kita dalam mengambil sebuah keputusan atau tindakan kita selalu mempunyai opsi yang lainnya?
Tunjukkan bahwa kita tergolong sebagai insan yang berintelektual tinggi.
Marah-marah adalah sebuah pelampiasan. Padahal yang kita butuhkan adalah sebuah solusi. Bukan yang lain. Berpikir dengan tenang akan semakin membuka wawasan kita.
Have a nice day,
Notes: blog ini diusahakan setiap hari ada tulisan baru, Terima kasih.
Posting Komentar untuk "SAYA KALAU MARAH MALAH MIKIR. BAGAIMANA DENGAN ANDA?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.