Di kantor (Perusahaan) selama ini kita membuat satu kesalahan. Dan itu sangat sering kita lakukan. Sangat sering sekali. Kita selalu memperhatikan karyawan yang kurang maju. Dan kita mengabaikan (kurang memperhatikan) yang maju. Ini sama saja yang terjadi di rumah. Misal saja, kita hanya terpaku pada mata pelajaran anak kita yang mempunyai nilai merah di rapot anak kita. Lalu mengabaikan mata pelajaran yang mendapat nilai hitam. Akhirnya kita memacu anak untuk segera mengikuti les mata pelajaran yang angkanya merah itu. Kemudian apa yang terjadi? Mata pelajaran yang angkanya semula merah itu memang benar lantas menjadi hitam, tapi angka mata pelajaran yang lainnya yang semula bagus nilainya malah menjadi turun, meskipun masih berwarna hitam. Itulah kita. Mengabaikan yang berpotensi baik, kita hanya terfokus kepada yang kurang baik. Dan sangat sayang kalau energi kita terfosir untuk satu hal saja. Belum tentu yang dilatih dan didik (disekolahkan) lagi lalu akan menjadi baik. Belum lagi mengenai soal beayanya. Bisa dibilang percuma. Padahal dalam konteks bekerja, yang lamban harusnya kita tinggal. Apalagi yang tidak bakalan maju, buang saja.
Ini kasus lain. Ketika perusahaan membutuhkan Manager Marketing dan merasa kesulitan mencarinya, apa yang dilakukan? Biasanya ditariklah orang sales yang mempunyai prestasi penjualan terbaik untuk menjadi Manager Marketing. Yang hasil penjualannya terbanyak. Pasti cespleng, pikir kita. Apakah benar demikian? Belum tentu. Tindakan semacam itu malah dinilai berpotensi bisa mendatangkan kerugian dua kali. Sebab ketika si sales tadi ternyata tidak bisa menjalankan fungsi barunya di level Manager, maka yang terjadi adalah fungsi Manager Marketing tidak jalan dan Tim Sales kehilangan orang terbaiknya. Semua babak belur.
Dalam menentukan hasil kerja mana yang mempengaruhi: Kapabilitas (kemampuan) atau komitmen? Perusahaan biasanya percaya akan kapabalitas (kemampuannya). Benarkah? Sekedar contoh, mari kita lihat angka hitung-hitungan :
KEMAMPUAN KOMITMEN HASIL KERJA
5 x 2 = 10
8 x 2 = 16
5 x 5 = 25
Terlihat sudah bahwa ketika faktor angka komitmen naik, hasil kerja juga naik. Ternyata faktor komitmen mempunyai posisi yang strategis.
Kita selalu mengikuti pemikiran umum PEMBELI ADALAH RAJA. Penentu kemajuan perusahaan. Benarkah begitu? Ternyata tidak juga. Bagaimanapun PEKERJA ADALAH NOMOR SATU. Mereka bukan sekedar karyawan perusahaan, tap aset Perusahaan, kekayaan Perusahaan. Mereka adalah PEiNENTU Perusahaan juga. Di jaman moderen sekarang ini, Nama Perusahaan sangat bergantung dari hasil produk Perusahaan. Dan itu adalah berkat kreativitas pekerjanya. Bukannya si bos. Merekalah yang giat melakukan inovasi dan eksperimen-eksperimen. Mereka pantang menyerah mencoba hal-hal baru. Melatih dan menajamkan talentanya. Mengasah intuisinya. Dan layaklah mereka mendapatkan perhatian khusus dan penghargaan. Lihatlah produk Elektronik, HP, Komputer, Mobil, Motor, dan sebagainya. Merka berlomba-lomba menciptakan produk baru. Trend baru. Barang yang disukai dan diminati oleh masyarakat luas. Buntutnya ini tidak saja berbicara tentang penjualan yang sukses, angka produksi yang terus meningkat, tapi juga mengerek branding perusahaan. Tidak secara tiba-tiba memang, tapi bertahap. Bayangkan bila para pekerja hanya bekerja biasa-biasa saja. Apalagi bekerja sekedar ala kadarnya. Suka mengeluh. Suka menanyakan fasilitas. Suka menebar gosip. Apalagi sering menjadi si Trouble Maker. Maka yang meningkat jelek ini lebih baik kita lepaskan, kita buang. Uang yang kita keluarkan sangat tidak sebanding dengan hasil yang kita dapat. Dengan begitu kita jauh sangat untung. Karena yang kinerjanya yang jelek tadi disamping tidak membawa ke inovasi (kemajuan) yang lebih baik, juga bisa menebarkan virus bagi pekerja yang lain.
Kita ternyata selama ini selalu mengikuti arus biasanya yang lebih nyaman karena lebih dikenali. Lebih dipahami. Apalagi yang sudah mentradisi. Terjadi selalu berulang-ulang. Kita malah sperti di ninabobokan. Padahal, meski bukannya salah, berani membuat terobosan adalah sudah menjadi kebutuhan dan tuntutan keadaan. Tidak menunggu apalagi sampai ada permasalahan. Buatlah kenyamanan di situasi yang tidak nyaman. Bangun kepercayaan di situasi yang baru. Kita bisa belajar banyak di situasi yang baru. Lebih baik sedia payung sebelum hujan.
Produktivitas mempunyai posisi dan nilai yang sangat strategis. Produktivitas hanya akan muncul jika karyawan mengetahui apa yang diharapkan dari kinerjanya, memiliki kompetensi yang memadai untuk memenuhi harapan itu, dan mendapatkan imbal hasil yang sesuai dengan hasil kinerjanya. Ketiga aspek tersebut harus dikelola dengan baik. Tugas ini memang tidak mudah. Bila salah dalam menangani akan banyak karyawan yang bekerja tanpa arah, sehingga turun motivasinya, akhrnya menjadi kacau hasil produknya. Alhasil, Perusahaan yang paling rugi. Apalagi bila karyawan yang potensial jadi kabur, resign. Perusahaan bisa kehilangan arah tujuan dari program yang semula dicanangkan. Jangankan mengalami peningkatan produktivitas, perusahaan justru bisa mengalami kesulitan untuk mempertahankan kinerja yang sudah terbina selama ini.
Talent management sangat penting bagi organisasi. Itu sebabnya, mendapatkan, mengembangkan, dan mempertahankan talent adalah tantangan utama organisasi di dunia. Engagement karyawan seringkali merupakan tujuan dari berbagai kegiatan Manajemen Sumber Daya Manusia. Mendapatkan karyawan yang unggul sekaligus engaged, sangatlah bernilai bagi perusahaan, dan akan menjadi competitive edvatage perusahaan yang tidak mudah ditiru. Engagement didefinisikan sebagai tingkat komitmen karyawan terhadap sesuatu atau seseorang di dalam organisasi mereka, yang menunjukkan sejauh mana mereka mau bekerja keras serta seberapa lama mereka mau tetap bergabung dengan organisasi mereka sebagai konsekuensi dari komitmen tersebut. Penggerak utama untuk menciptakan engagement, adalah motivasi. Selain motivasi, faktor lingkungan juga mempengaruhi. Ada 4 elemen pokok yang menentukan, yaitu pekerjaan itu sendiri, kompensasi dan fasilitas, lingkungan fisik dan sosial, serta atasan. Dan uang bukanlah faktor segala-galanya. Kenyamanan bekerja adalah faktor utamanya. Dan itu bisa mencakup 4 faktor tadi. Sering-seringlah berbicara dengan karyawan karena mereka adalah penentu perusahaan.
Rencanakan, siapkan, dan petakan para karyawan pada batasan yang paling solid. Paling elegan. Jangan terpaku kepada hal hal yang biasanya. Pertajam talenta dan intuisi bila sebagai pimpinan dan asahlah konsep-konsep baru dan buatlah terobosan-terobosan yang memikat. Jadikanlah tempat kerja anda menjadi apik, penuh tantangan, dan mengasyikan. Itu semua akan menjadikan jiwa kita nyaman dan menarik. Selalulah menjadi orang yang produktif. Dan yang utama tempatkan karyawan yang tepat ke tempat yang tepat. Bila ada kenaikan gaji jangan semua disamaratakan. Lebih baik kenaikan yang 20% dibagikan ke semua karyawan yang lamban, dan 80% dibagikan ke semua karayawan yang menunjukkan kemajuan (produktif). Pengupahan berdasarkan produktifitas (gain sharing) perlu diterapkan. Tidak perlu sungkan, harus tegas. Ini untuk kepentingan kita semua.
Have a nice day.
Notes: Dari berbagai sumber. Silahkan di klik tanda tiga baris di sebelah kanan atas lalu akan muncul kata ARSIP lalu di klik akan muncul pilihan bulan kapan tulisan dimuat. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "PRODUKTIVITAS KARYAWAN HARUS KITA KENALI"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.