INFOTAIMENT, SEJAUHMANA ANDA MENGENALNYA?
Tidak dipungkiri Infotaiment di tv merupakan acara yang sangat disukai masyarakat, sehingga tidak mengherankan mendapatkan Rating atau peringkat yang tinggi diantara acara di tv terutama di tv swasta.
Banyak hal mengapa infotaiment sangat disukai masyarakat:
Pertama, tentunya infotaiment merupakan berita singkat yang katakata pemberitaannya tidak berteletele, kaku atau formal sekali.
Kedua, kebanyakan mengenai berita selebriti dalam negeri yang sedang ngetop. Sebuah sosok yang digemari masyarakat sehingga sangat ditunggu beritanya.
Ketiga, yang namanya berita, isu, gosip selalu menarik untuk diikuti dan dicermati. Jangankan tentang artis, tentang tetangga saja sangat menarik bagi mereka.
Keempat, penayangan iklan di tayangkan setelah memberitakan tentang seorang artis. Biasanya sebuah tayangan infotaiment setengah atau satu jam dengan sekitar 3 atau 6 atau lebih berita tentang artis dan yang lainnya.
Kelima, jam tayang biasanya di jamjam santai bagi masyarakat untuk melepas lelah atau berkumpul bersama keluarga.
Karena menempati rating yang tinggi tentu saja infotaiment menguntungkan beberapa pihak:
Pertama, pihak tv sendiri untuk berkesempatan emas untuk mengundang para sponsor. Sponsor dibagi menjadi sponsor utama dan sponsor umum. Bahkan ada juga sponsor tunggal. Perhitungan penayangan iklan per detik sehingga bisa dimengerti bila dapat mendatangkan keuntungan finansial yang relatif besar. Infotaiment yang dinilai bagus oleh masyarakat akan menumbuhkan citra yang baik bagi tv yang bersangkutan. Di sisi lain akan banyak Production house yang akan mengajak bekerjasama dengan tv tersebut. Acara tv yang mempunyai rating yang baik akan mudah menarik customer.
Kedua, bagi pihak sponsor sendiri infotaiment yang mendapat rating yang tinggi yang notabene disukai masyarakat adalah jelas merupakan “pasar” yang bagus bagi sponsor untuk menawarkan produknya. Tak hanya akan dibeli tapi mereka juga memberikan “brand” pada merek produknya. Brand yang diberikan masyarakat biasanya akan “mengikat” mereka dan bertahan lama serts dalam suasana unik.
Ketiga, bagi si pembawa acara, infotaiment yang baik dan menarik tentu akan ikut melambungkan namanya. Mengukuhkan namanya sebagai host atau “pemilik” sebuah acara infotaiment yang disenangi. Artinya, mendapat rejeki yang baik. Dari hanya sekedar pembawa acara bisa menjelma menjadi artis di bidang lain sebagai bintang film atau penyanyi.
Keempat, si artis yang sedang diberitakan tentu akan menjadi semakin lebih terkenal. Namanya semakin berkibar. Meski harus diakui ada artis yang diberitakan infotainment ada yang berkaragorikan dalam konotasi yang baik atau yang buruk. Tapi, suka atau tidak, apapun “gelar” yang diberikan masyarakat akan mendongkrak nama si artis.
Kelima, bagi para pekerja acara infotaiment itu sendiri. Karena dinilai bagus infotainment tersebut bisa diharapkan akan bertahan dalam kurun waktu yang lama sehingga bisa memberikan rejeki yang dalam waktu yang lama juga.
Dalam disiplin ilmu jurnalisme,memang ada perbedaan pendapat apakah infotainment merupakan produk jurnalistik ataukah bukan? Ada yang menyatakan bahwa infotainment adalah produk jurnalistik, karena pemberitaan artis masih pada metode dan teknik jurnalistik seperti reportase, dan sebagainya. Namun ada pula yang menyatakan infotainment bukan produk jurnalistik karena info atau berita didasarkan hanya pada gosip. Meski harus diakui ada unsur aktualitas, up to date dalam info itu, namun pemberitaan tentang dunia artis ini dipenuhi dramatisasi peristiwa dan bahkan ada ‘jikalau’ (seumpama), opini, sehingga ia kerapkali mengangkat unsur ‘berprasangka’.
Bahwa ternyata tayangan infotainment dapat berdampak besar bagi perkembangan psikologis masyarakat dan bahkan mungkin dapat mempengaruhi karakter kebangsaan kita. Sebab artis bagaimanapun merupakan figur publik dengan daya tarik besar yang ada kemungkinan untuk diikuti oleh mayoritas para generasi muda. Lagipula tayangan infotainment masih menyajikan “berita miring” dengan latarbelakang beragam konflik pribadi seputar pertengkaran antar selebritis, perceraian dan rebutan anak, ribut soal harta goni-gini, dan sebagainya sehingga dikhawatirkan secara lambat laun bisa mempengaruhi mental puluhan juta pemirsa.
Meski pemirsa kian kritis, namun daya pikat infotainment harus diakui jauh lebih kuat. Untuk itu kita berharap agar tayangan infotainment dapat berdampak positif dan konstruktif. Tayangan infotainment semestinya menggunakan metode jurnalisme damai, bukan jurnalisme konflik. Sehingga tidak hanya memberitakakan masalah konflik atau pertengkaran artis atau tokoh apa saja yang sedang terkenal pada waktu itu. Bila perlu dapat berperan sebagai mediator. Jangan sampai hanya berpegang pada kesimpulan dan muncul kekhawatiran: “Apabila tidak mengupas konflik, rating atau peringkat akan turun”. Meski harus diakui bila rating turun imbasnya sangat berpotensi jumlah iklan pun akan turun. Memang kemudian timbul pertanyaan: “Jadi untuk menaikkan rating harus jualan konflik?”
Meski pemirsa kian kritis, namun daya pikat infotainment harus diakui jauh lebih kuat. Untuk itu kita berharap agar tayangan infotainment dapat berdampak positif dan konstruktif. Tayangan infotainment semestinya menggunakan metode jurnalisme damai, bukan jurnalisme konflik. Sehingga tidak hanya memberitakakan masalah konflik atau pertengkaran artis atau tokoh apa saja yang sedang terkenal pada waktu itu. Bila perlu dapat berperan sebagai mediator. Jangan sampai hanya berpegang pada kesimpulan dan muncul kekhawatiran: “Apabila tidak mengupas konflik, rating atau peringkat akan turun”. Meski harus diakui bila rating turun imbasnya sangat berpotensi jumlah iklan pun akan turun. Memang kemudian timbul pertanyaan: “Jadi untuk menaikkan rating harus jualan konflik?”
Untuk itu “nurani” semua pihak harus dikedapankan. Semua unsur yang terlibat dalam infotainment harus berpahaman dan berpikiran jangan hanya mengejar rating semata tapi melupakan dan meremehkan pendidikan karakter bangsa. Dengan demikian memang perlu penguatan kapasitas praktisi infotainment. Dimulai dari reporter, kameramen, produser, penulis naskah dan editor (news room) semestinya dibekali kapasitas jurnalistik yang memadai dan memahami aturan di Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Berbicara mengenai indikator yang digunakan KPI dalam mengevaluasi program infotainment, penilaian tersebut tentunya berbeda dengan jenis program siaran lainnya. Indikator kualitas program infotainment mencakup delapan aspek, yaitu: infotaiment yang bersifat informatif berita; berita yang menghormati kehidupan pribadi; menghormati SARA; menghormati nilai, norma kesopanan & kesusilaan; menghormati orang & kelompok tertentu; tidak bermuatan kekerasan; memiliki keberimbangan; serta menghormati narasumber.
Kebijakan si artis yang menjadi obyek juga sangat diharapkan. Sehingga masyarakat bisa menilai sosok si artis: menggunakan "aji mumpung", kekanakkanakan, atau bisa bersikap bijaksana. Bukankah orang bijak berkata: “menjadi tua itu pasti, menjadi dewasa adalah pilihan”.
Saya masih ingat benar saat itu ada rumor dan gosip yang sangat santer tentang artis Ahmad Albar dan Rini S Bono akan bercerai. Di tengah sedang ramainya pemberitaan, Ahmad Albar dan Rini malah mengundang pers untuk mengadakan jumpa pers. Apa yang dikatakan Ahmad Albar? Mereka memang akan bercerai. Tapi Ahmad albar tidak akan bicara apaapa tentang Rini, karena saat ini Rini masih menjadi istrinya. Sedang kalau sudah bercerai dia juga tidak akan bicara apaapa tentang Rini karena Rini telah menjadi orang lain. Nah.
*****
NB: Jadilah follower blog ini. Beri komentar dan silahkan disebarkan. Selama ada ide insyaallah setiap sepekan ada tulisan baru. Untuk mempermudah mencari blog ini, simpanlah situsnya dengan cara di bookmark. Terimakasih telah mengunjungi perpustakaan kami.
Posting Komentar untuk "INFOTAIMENT, SEJAUHMANA ANDA MENGENALNYA?"
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.