HP KARYAWAN SERING BIKIN GALAU
Setiap meeting dengan karyawan, seorang teman Manajer HR selalu membuat aturan: hand phone (hp) boleh dibawa, boleh dihidupkan, tapi harus disilent, digetar, dan harus diletakkan secara terbalik di meja, agar tidak bisa diliraklirik terus. Soal internet di hp mereka minta tetap boleh dihidupkan, alasannya karena banyak keluarganya yang kalau menghubunginya dengan menelpon atau mengirim sms lewat WA. Bagaimana kalau ada kabar yang sangat penting dan bersifat darurat? Ya okelah, argumen ini bisa diterima, meskipun itu beresiko tetap ada bunyi berisik ketika ada pesan atau panggilan masuk di WA. Tapi ada cara lucu dalam menyikapi ini, yaitu dibuat aturan, dalam setiap pertemuan bila ada hp milik seseorang berbunyi karena ada pesan atau panggilan masuk, teman-teman yang lainnya bertepuk tangan bersama.
Soal hp sering dikaitkan dengan soal hak asasi manusia. Karena sifatnya sangat pribadi. Dipegang orang lain, tidak boleh. Bagi mereka, itu prinsip. Alasannya macam-macam: mereka tidak mau kalau nanti sms atau WA kebaca, aplikasinya bisa hilang, dan sebagainya, terus ya itu tadi, terkadang ada juga telepon penting dari keluarganya, kecelakaan atau berita kematian misalnya. Apa benar begitu? Setahu saya ya tidak. Benar, memang terkadang ada berita penting yang masuk. Tapi ya banyak yang tidak penting. Contohnya ada WA yang bunyinya begini: “Disitu hujan tidak?” Atau “Kita beli kado apa ya untuk ulang tahunnya si Dewi?” Atau “Jangan lupa besok Minggu arisannya dirumahmu lho?” Sudah tahu. Coba, seperti itu penting tidak? Apalagi kalau hanya sekedar guyonan yang tidak mutu.
Harus diakui bahwa pada kenyataanya menerima kabar itu yang penting. Sedang mengirim kabar bisa ditunda. Itulah gunanya mengapa hp harus ada di tangan. Ada di dekat kita. Masalahnya semua urusan ada di hp. Ada urusan pekerjaan, keluarga, pertemanan, organisasi, selingkuhan, dan sebagainya, semua ada di hp. Jadi sangat sulit untuk memisahkannya. Kecuali dalam situasi bekerja, di bagian produksi misalnya, baru bisa dilarang karyawan bawa hp karena hp harus ditaruh di loker. Karena dalam produksi harus mengerjakan pekerjaan berlangsung secara kontinyu, karena menghadapi mesin misalnya.
Harus diakui bahwa pada kenyataanya menerima kabar itu yang penting. Sedang mengirim kabar bisa ditunda. Itulah gunanya mengapa hp harus ada di tangan. Ada di dekat kita. Masalahnya semua urusan ada di hp. Ada urusan pekerjaan, keluarga, pertemanan, organisasi, selingkuhan, dan sebagainya, semua ada di hp. Jadi sangat sulit untuk memisahkannya. Kecuali dalam situasi bekerja, di bagian produksi misalnya, baru bisa dilarang karyawan bawa hp karena hp harus ditaruh di loker. Karena dalam produksi harus mengerjakan pekerjaan berlangsung secara kontinyu, karena menghadapi mesin misalnya.
Selain di bagian produksi, mereka tidak mau dilarang membawa hp. Saya tidak tahu ini penyakit apa namanya. Sensitif reaktif? Ego Centris yang keterlaluan, atau apa? Apa benar, ini bagian dari penyakit kejiwaan? Krisis mental? Kalau tidak lihat hp rasanya badan bisa menjadi panas dingin. Gengsi kalau dikatakatn tidak mengikuti jaman moderen. Padahal soal perhatian ke anak atau keluarga saja kadang sampai terkalahkan. Itu masih mending, itu belum seberapa. Lha, kalau untuk membicarakan sesuatu yang tidak bermutu atau tidak penting bagaimana? Untuk membicarakan orang, terlebih atasan bagaimana? Ya kalau baik, kalau jelek? Yang jelas, lihat saja, mereka pasti melirik hp ketika hpnya berbunyi. Padahal isinya WA itu untuk grup yang bersangkutan atau untuk orang lain, bukan untuk dirinya. Tapi kalau dilarang, ya pasti banyak protesnya. Padahal bisa lho, hp malah untuk membicarakan atasan yang sedang memberikan instruksi. Pakai kalimat yang tidak enak lagi.
Bisa saja ketika si Manajer memberikan arahan, malah menjadi perbincangan di grup WA karyawan. Misal ada dialog begini:
"Targetnya ngeri ya?" tulis seorang karyawan.
"Iya tuh. Arahannya ngawur banget." Timpal yang lainnya.
"Sadis.." Yang lainnya menggerutu.
"Dia sudah mandi belum sih?" Tanya yang lainnya sambil disertai gambar simbol orang tertawa.
"Jarang mandi guys. Tapi dia hebat: selingkuhannya ada dua."
"Sssstt.. hati hati si killer sedang bicara tuh.." Timpa yang lain.
Oleh karena itu berhati-hatilah jika anda wahai para Manajer sebagai atasan sedang dalam memberikan arahan. Bisa jadi menjadi makanan empuk bawahan untuk diperbincangkan. Hal ini juga berlaku bagi anda yang berprofesi dosen atau guru.
Bisa saja ketika si Manajer memberikan arahan, malah menjadi perbincangan di grup WA karyawan. Misal ada dialog begini:
"Targetnya ngeri ya?" tulis seorang karyawan.
"Iya tuh. Arahannya ngawur banget." Timpal yang lainnya.
"Sadis.." Yang lainnya menggerutu.
"Dia sudah mandi belum sih?" Tanya yang lainnya sambil disertai gambar simbol orang tertawa.
"Jarang mandi guys. Tapi dia hebat: selingkuhannya ada dua."
"Sssstt.. hati hati si killer sedang bicara tuh.." Timpa yang lain.
Oleh karena itu berhati-hatilah jika anda wahai para Manajer sebagai atasan sedang dalam memberikan arahan. Bisa jadi menjadi makanan empuk bawahan untuk diperbincangkan. Hal ini juga berlaku bagi anda yang berprofesi dosen atau guru.
HP, WA, sms, handy talky, messenger, telpon kabel, apapun, esensinya persis seperti bolpoin, dapat untuk cari teman, cari uang, cari cinta, bahkan musuh. Semua kental melarut dalam interaksi kehidupan manusia. Beraneka aroma bercampur di situ, mulai dari simpati, basabasi, menjilat, provokasi, persepsi, prasangka, fitnah, eksistensi, ilmu, sampai sumpah serapah, dan sebagainya. Terbawa perasaan dan sensitif kadang dominan di situ. Sesuatu yang kurang proporsional sebenarnya, tapi yang bersangkutan tetap enjoy saja. Itulah yang dapat membuat ramai. Itulah hidup.
Bagi mereka, ibarat irama kerja, kehidupan, bahkan bermusik, tidak baik bila berjalan secara monoton. Hambar rasanya. Bikin jenuh. Harus ada refrain. Nada yang berliku. Ada aransemen. Ada break. Yang kadang menukik. Itu semua kadang malah memperindah kehidupan. Guyon, intermezzo, kata salah seorang teman, bisa memacu kreatifitas produktivitas. Rutinitas memang dapat memacu kejenuhan. Serius tapi santai. Itulah yang banyak dimaui mereka. Di sisi lain dalam pelaksanaan unjuk kerja sebagai Manajer memang harus bisa mengakomodir piranti kemajuan tehnologi dalam pekerjaanya. Membuat gup WA contohnya. Atau membuat inovasi lainnya. Bagaimanapun para karyawan adalah keluarga kita. Perlakuan kita harus hati-hati dan bijaksana. Jangan malah menjadi kontra produktif.
Ironisnya, bagi kebanyakan kita kemajuan tehnologi internet biasanya hanya untuk berbasabasi belaja, bukan untuk sesuatu yang bermanfaat. Terutama yang dapat mendatangkan profit. Meskipun begitu bisnis on line toh juga menjamur di sekitar kita karena tehnologi.
Bisa tehnologi juga malah membuat kita menjadi kreatif. Di grup WA komunitas profesional kami dulu ada acara yang namanya Bintang Tamu. Jadi di hari tertentu (biasanya Jumat malam jam 20.00-22.00) kami undang seorang tokoh, pejabat, atau orang yang ahli di bidang tertentu sebagai nara sumber untuk ditanyai atau berdisukusi bersama. Bisa juga si narasumber yang malah bertanya untuk mengumpulkan data. Atau juga dulu di setiap hari minggu malam senin ada acara Tembang Kenangan, di mana ada salah seorang yang kita tunjuk (gantian) untuk memutar lagu-lagu yang pernah ngetop baik lagu Indonesia atau asing tapi kebanyakan sudah dilupakan orang. Juga sebagai media mengucapkan ulang tahun seorang teman. Di WA, facebook, dan sebagainya. Dapat juga untuk menaruh pengumuman dalam rangka kita mencari teman-teman yang dulu satu kelas atau saudara yang hilang tercerai berai untuk reuni.
Yang lucu, orang dalam bermedia-sosial ada yang seperti penyanyi yang sedang demam panggung, sadar ditonton banyak orang lagaknya malah serba salah tingkah, lebay, kocak. Maksud hati ingin agar jadi sorotan publik tapi kata-katanya dirasa lucu kadang dan tidak relevan.
Di sisi lain bergerombol dalam grup, bisa bikin frustasi kalau harus serius terus. Bayangkan bila isinya hanya segala ceramah atau regulasi, bisa bikin pusing dan stres. Ngono yo ngono ning ojo ngono atau begitu ya begitu tapi jangan begitu, adalah petuah jawa yang sangat terkena. Sebuah pesan yang elastis dan berkesan ramah, luwes, bisa diterima oleh semua pihak. Win-win solution selalu terasa nyaman untuk semua pihak. Tapi sikap serius harus tetap diperlukan, agar fokus. Yang repot bila itu bersifat pribadi dan ternyata bermasalah, imbasnya bisa mengganggu ketenangan dan jam kerja kita sebagai atasannya, misalnya yang bersangkutan selingkuh yang akhirnya ribut dengan keluarganya. Belum kalau bermusuhan. Pasti rame.
Dalam bercengkerama di alat komunikasi sebenarnya dapat menunjukkan sifat asli seseorang. Kualitas, loyalitas, intergritas, intensitas, kreativitas, sensitifitas, kredibitas dan sebagainya. Harus diakui kemajuan teknolgi dapat mempengaruhi dan berefek pada budaya kerja, karakter seseorang, baik ketika dirumah, atau dilingkungan kerja, atau di lingkungan pergaulan yang lain. Namun sebagai atasan semua itu tergantung kepiawaian kita dalam mengelolanya. Di rumah anda punya cermin untuk mematut diri. Di kantor, para karyawan adalah cermin anda, akan terlihat bagaimana cara anda mengelola mereka.
Mari kita bersikap positif saja. Saya yakin, banyak teman di sini yang sudah punya kiat untuk mengolah tentang masalah ini. Sekali lagi kita harus bertindak bijaksana. Kita harus memberikan contoh yang baik. Kebutuhan dan kepentingan karyawan harus bisa kita akomodir, walau tidak harus dituruti 100%. Bagaimanapun karyawan adalah juga merupakan penentu kemajuan perusahaan. Lagipula, dari kasus di atas, sebenarnya penting juga kok kalau hp harus tetap hidup. Siapa tahu dapat memunculkan ide baru, atau ada crew kita yang memberitahukan bahwa di perusahaan ada yang perlu untuk diadakan koordinasi secepatnya, atau ada keadaan yang sangat darurat, mekipun sebenarnya disampaikan lewat telpon perusahaan ya bisa saja.
Berkomunikasi melalui WA memang berbeaya gratis dan bisa menyajikan foto atau video. Tapi permasalahannya ya itu tadi. Lebih repotnya bila banyak ke kepentingan pribadi. Sulit kalau soal yang terakhir ini sudah ikut nimbrung. Kalau sudah begini masalahnya (masalah pribadi) jangan dilawan tapi dikompromikan. Kalau tidak hasilnya malah dapat kontraproduktif. Apalagi untuk sesuatu yang bisa mengakibatkan perselingkuhan.
Atau begini saja, suatu saat bila perlu pihak perusahaan mengundang narasumber yang profesional tentang penggunaan hp secara benar, secara efektif dan efisien termasuk dalam menangani secara tehnisnya. Ya untuk acara refreshinglah, sambil menambah ilmu. Apalagi setiap saat muncul produk hp baru yang fiturenya semakin bagus. Mungkin ini menarik. Lho, mereka kan juga butuh mengetahui tentang tatacara penggunaan hp yang baik, maupun larangannya. Soal berselfieria misalnya. Atau cara bertatakrama dalam berkomunikasi. Cara menghemat pulsa atau batu baterai hp juga. Mengenal fungsi tombol-tombol tertentu di hp. Bila perlu, biar tahu caranya mojok agar tidak ketahuan. Nah.
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "HP KARYAWAN SERING BIKIN GALAU "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.