BUMERANG DAPAT MENCELAKAI DIRI SENDIRI
Mulutmu harimaumu bukanlah kata-kata kiasan. Kalau di jaman yang serba canggih ini dimana nulis di tuts hp ataupun di komputer, jari tanganmu adalah harimaumu. Itu sesuatu yang realistis. Sesuatu yang berefek. Sebuah kata peringatan? Betnar, tapi lebih jelasnya itu menunjukkan sebuah konsekuensi.
Karena situasi, kepentingan, atau harga diri, orang suka mengucap sesukanya. Lepas kontrol. Tidak terkendali. Padahal ketika berbicara tentu dicermati oleh orang lain, diapresiasi, dinilai. Kalau hasilnya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan, bisa jadi bumerang. Bahwa ucapan itu ucapan positif atau negatif Tuhan membiarkan saja. Tapi bagi manusia akan menuai reaksi langsung. Baik berupa koreksi, kritik balik, atau dicopot dari jabatannya, atau bahkan dibunuh. Kalau yang dibunuh yang bersangkutan sendiri masih bisa diterima akal, tapi kalau juga teman dekat atau keluarga dekatnya pasti repot. Kalau Tuhan selalu wait and see atas ulah manusia, hanya kelak di hari pembalasan akan dimintakan pertanggungjawaban kepada yang bersangkutan. Juga karena timbulnya peristiwa lain (timbulnya efek lain) yang sehubungan dengan kejadian itu silahkan ditanggung sendiri akibai. Karena itu kelak bila seorang manusia masuk surga itu bukannya Tuhan pilih kasih, dan jika masuk neraka bukannya Tuhan yang tidak sayang kepada yang bersangkutan. Semua pasti menuai konsekuensi atas apa yang diperbuatnya.
Pengertian ucapan positif dan negatif kepada orang lain justru tertuju kepada dirinya sendiri. Tidak hanya ucapan tapi juga tindakan. Kalau baik kembalinya juga baik, bila buruk kembalinya juga buruk. Dan kembalinya bisa lebih baik atau lebih buruk. Persis permanian yoyo atau bumerang. Kalau dilempar dengan keras akan kembali dengan keras, bila dilempar dengan pelan akan kembali dengan pelan kepada kita.
Mengucap sesuatu kepada orang lain sebenarnya bisa untuk memotivasi diri. Bahkan ketika mengoreksi atau menasehati orang lain adalah sama apa yang kita lakukan itu kepada diri kita sendiri. Oleh karena itu sangat disayangkan bila orang bicara saja (apalagi bertindak) tapi tidak terkontrol alias seenaknya sendiri. Jangankan ketika bicara sembarangan, bicara sudah penuh perhitungan secara masak-masak saja bisa menuai kejadian yang di luar perhitungan bisa saja terjadi. Karena ketika kita bicara kita tidak tahu situasi dan kondisi orang yang sedang kita ajak berbicara itu dalam keadaan baik atau tidak. Orang baru menyadari setelah tahu ada suatu keadaan kontra sebagai efek, telah terjadi. Di situlah biasanya baru disadari dan ada rasa penyesalan yang menyelimuti hati. Tapi ya ada yang nekat tetap konsisten melakukan seperti apa yang telah direncanakan sebelumnya. Tetap nekat ngomong atau bertindak sembarangan. Faktornya entah karena gengsi atau demi kepentingan atau ambisi pribadi yang belum terpenuhi. Bila ngomongnya di depan orang banyak atau di media sosial (facebook, dan sebagainya), pendorongnya biasanya selain karena emosi juga ada keinginan agar dapat dilihat oleh orang lain.
Memang bisa saja yang dia katakan mengandung kebenaran atau menawarkan sesuatu yang baru. Tapi kalau diucapkan tidak dalam situasi hati dan otaknya jernih maka ucapan yang keluar terasa terburh nafsu dan bahkan bisa tidak konsisten. Ada kesan dia berucap agar kelihatan hebat diantara yang lain. Agar kelihatan super.
Menurut Andrew Newbert,M.D dan Mark Robert Waldman dalam bukunya Word Can Change Your Brain, katakata memang bisa mempengaruhi cara kerja otak dan suasana hati seseorang. Dijelaskan sebuah kata dapat memiliki kekuatan besar untuk mengatur gen yang mengatur rasa bahagia dan stres. Sering mendengar katakata yang bermakna positif dapat mendorong otak untuk melakukan halhal yang baik. Alhasil kadar stres bisa menurun hingga 30%. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian kebiasaan tersebut dapat berakibat pada semangat kerja dan kinerja seseorang.
Ada orang yang mengakui bahwa apa yang disampaikan (khususnya melalui omongan) lebih dulu diucapkan sebelum dipikirkan (dengan jernih tentunya). Atau timbul dari rasa gelisah atau kecemasan, atau ada alphasia yaitu gangguan komunikasi yang diakibatkan oleh kerusakan atau cidera di bagian otak yang mengatur kemampuan berbahasa.
Secara umum, mulutmu adalah harimaumu (di jaman sekarang malah ada ungkapan: Jari tanganmu adalah harimaumu) bisa terjadi karena kurangnya kecermatan rencana, adanya rasa meremehkan, atau karena timbulnya salah persepsi. Biasanya karena timbulnya kerasnya ego atau terlalu percaya diri. Apa yang disuarakan orang melalui lidah atau jari tangan adalah merupakan potret seseorang. Orang tersebut dapat ditengarai kurang bisa mengendalikan dan menahan diri serta bersabar hati. Tidak berpikir jauh. Tidak berpikir tentang akan timbulnya efek.
Mulutmu adalah harimaumu atau tangamu adalah harimaumu, umumnya tidak mesti merugikan orang secara finansial, tapi yang jelas sebagai bumerang kepada yang bersangkutan menyangkut harga diri dan kehormatan seseorang. Dapat menimbulkan denda dan atau hukuman penjara. Ada tindakan tegas. Setelah terjadi keributan baru orang tersadar dan melakukan evaluasi. Kejadian tersebut bisa menginspirasi orang lain untuk tidak bertindak gegabah. Tapi ya itu tadi, herannya, ada juga yang malah nekat padahal tahu kalau itu bisa berakibat merugikan diri sendiri. Demi gengsi?
Jadi sangat tidak benar jika orang berbicara hanya sekedar untuk gagah-gagahan, atau sesuatu yang dia anggap benar. Apalagi bila merasa bisa berbuat sesuatu yang dia yakin pasti bisa. Harus dikalkulasi secara masak-masak.
Yang seharusnya dan agar lebih amannya adalah menerapkan filosofi punya dua talinga satu mulut. Artinya sebaiknya kita lebih mempertajam mendengarkan (diam dan berpikir), daripada suka berbicara (tapi tidak terkendali).
Mulutmu adalah harimaumu atau tanganmu adalah harimaumu, sejatinya adalah sebuah tantangan untuk menyampaikan sesuatu tapi yang harus dilembari kehati-hatian. Tidak boleh sembrono. Perlu perhitungan. Jangan ego yang ditonjolkan. Bisa terlaksana sesuai yang dikehendaki atau tidak itu tetap saja berkat campur tangan Tuhan. Lagipula apakah tidak ada hal lain yang lebih penting dan bermanfaat?
NB: Silahkan diklik gambar tiga baris sejajar cari kata ARSIP untuk mencari artikel yang lainnya. Terima kasih.
Posting Komentar untuk "BUMERANG DAPAT MENCELAKAI DIRI SENDIRI "
1. Komentar harus relevan.
2. Komentar harus sopan.
3. Komentar dari yang beridentitas jelas.
4. Komentar harus singkat, padat, jelas.
5. Dll.